Bab 31 : Adopsi

4.3K 430 45
                                    

🍟🍟🍟

Terkunci. Itulah kata yang tepat menggambarkan keadaan Ruby saat itu. Mulutnya tertutup rapat, matanya terkunci lekat menatap Jason, tak bisa berkedip. Kakinya terpaku di tempat, tidak mampu kabur sejenak untuk memproses apa yang terjadi. Ruby hanya bisu, menatap mantan suaminya lamat-lamat dan beruntungnya Jason memberi jeda cukup lama untuk sama-sama mencerna situasi tersebut.

Tak kunjung mendapat respon, Jason akhirnya mengajak Ruby pulang. Dia mengantarkan wanita itu kembali ke penginapannya dalam diam. Sepanjang jalan Ruby bahkan tak menatap Jason sama sekali. Dia memalingkan wajahnya.

Ini kabar baik, seharusnya.

Ruby selalu menggembar-gemborkan pada Onyx tentang mempertahankan pernikahannya dengan Jason. Ruby berharap Jason kembali padanya. Ruby bahkan sampai kabur ke Palembang, tempat masa kecilnya, kota yang paling dia benci hanya untuk melarikan diri dari perceraiannya.

Ruby ingin pernikahannya bertahan. Dan ketika Jason kembali, dia malah membeku. Diam seperti orang konyol.

Saat Jason membukakan pintu taksi, dia berjalan mengiringi Ruby, memasuki pagar pekarangan rumah sewa itu.

Mata biru laki-laki itu sayu, menilik mantan istrinya yang kebingungan. Ini pasti mengejutkan bagi Ruby tentunya.

Jason mengayunkan tangan sehingga--secara sengaja--ujung jarinya menyentuh pergelangan tangan Ruby.

Ruby tidak beringsut atau menariknya. Dia membiarkan tangannya disentuh.

Setelah sampai di undakan, Ruby melangkah lebih dahulu sementara Jason berhenti. Wanita itu berbalik badan, menatap suaminya dari ketinggian dua puluh sentimeter, yang mana membuat tinggi mereka sama saat ini.

Bibir Jason bungkam, menunggu Ruby bicara. Namun Ruby tak kunjung bersua.

"Aku tidak akan memaksamu mengambil keputusan atas apa yang terjadi," kata Jason lembut, tapi sarat akan ketegasan. "Aku tidak ingin kau tertekan. Hanya saja... kali ini aku bersungguh-sungguh, Bi."

Mata Ruby memanas, situasi ini persis mengingatkannya ketika Jason dulu memberanikan diri melamarnya di Singapore Fire.

Sorot mata yang sama, nada suara yang serupa, keberanian yang setara.

Dan Ruby sama-sama tak berkutik dibuatnya. Seolah dia lupa apa yang sebenarnya terjadi pada pernikahan mereka. Apa merekah pernah bertengkar? Apa masalah mereka sebelumnya sampai-sampai bercerai? Yang Ruby saksikan saat ini putaran ulang sepuluh tahun lalu, tapi nyata.

"Aku ingin menghabiskan semuanya bersamamu. Tiga tahun lagi sebelum kepala empat. Tiga puluh tahun lagi sesuai harapan hidup di Indonesia atau empat puluh tahun lagi sesuai harapan hidup di Singapura." Jason tertawa kaku. Napasnya tak beraturan dan tangannya terkepal di dalam saku. "Tak masalah jika hanya ada kita berdua. Aku hanya ingin kamu kembali."

Kali ini sorot matanya berubah penuh harap. Mata biru itu berbinar cerah, menelusuri dalam iris mata kecokelatan Ruby.

"Pulang, Bi," bisiknya lirih. Sekali lagi, Jason berharap.

Hanya saja Ruby tak kunjung buka suara. Lama. Cukup lama.

Jason akhirnya mengangguk pelan dan tersenyum. "Aku akan menunggu jawabannya nanti. Tapi apa pun jawabannya, tiga hari lagi kita kembali ke Singapura ya, Bi?"

Ruby masih bergeming. Tanpa adanya jawaban atau respon. Wanita itu berbalik badan begitu saja, membuka pintu, masuk, kemudian menutupnya.

Dahi Jason perlahan berkerut. Dia merapatkan bibirnya dan mengembuskan napas berat.

We Start With The End [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang