62. Kehilangan Andra

Start from the beginning
                                    

"Kaaaaak....." Ada kesan putus asa dari suaranya.

"Biar semuanya damai kan El, semua dari daftar itu gak ada yang mikirin cinta, mereka cuma anggep pernikahan sebagai bisnis, mereka mungkin masih punya pacar juga. Nanti kita masih bebas ketemu kalau kamu mau, tanpa menyakiti siapapun. Apart ini tempat rahasia kita, gimana?? Atau nanti kakak cari Apart baru deh biar ganti suasana"

"Kak, kakak kenapa sih?"

"Kakak, ngikutin mau kamu sayangkuuu... Kamu mau kakak menikah, ini kakak turutin" sambil aku noel hidungnya. Pasti keliatan aku sarcastic.

"Tapi kakak aneh, ini mendadak... "

"Gak mendadak, daftar itu sudah lama kakak terima dari Papi. Setelah kakak pikir-pikir, ide kamu boleh juga dicoba"

Dia lemparin Ipad ke sampingku. Memutar posisi duduknya dan merebahkan kepalanya dipangkuanku dengan posisi wajahnya di depan perutku, menempel.

Oh God, rasanya aku ingin memeluknya dengan seerat mungkin. Aku sadar aku sudah menyakitinya lagi. Tapi siapa yang peduli dengan perasaanku??

"Kalau Yasmin gimana kak?" Tiba-tiba bilang begitu. Kenapa malah Yasmin?.

"Yasmin katanya gak boleh, kan dia orangnya Adek"

"Bukan, dia bukan orangnya Jiel. Cuma kak Rachel yang Jiel jagain. Yasmin enggak!!"

"Yasmin kenapa?"

Jeda lumayan lama sampai akhirnya dia mulai menjelaskan:

"Yasmin kapan hari bilang ke Jiel kalau dia masih mengharapkan kakak. Dia juga bersedia jika harus menikah dengan kakak demi menuruti kemauan Papi. Dia juga gak peduli jika nanti Kakak dan Jiel tetap melanjutkan hubungan kita. Dia bilang dia sangat mencintai Kakak" sambil nangis dia katakan itu.

Aku paham gimana hancurnya perasaannya sekarang, terlepas dari apa yang dia lakukan padaku, saat ini dia butuh aku untuk menenangkannya. Ini mungkin maksud dari yang dia sembunyikan tentang Yasmin kapan hari. Jiel malang, dia pasti merasa dihianati Yasmin. Dia anggap Yasmin keluarganya, dia belain Yasmin tapi Yasmin menghancurkannya.

Tapi bagaimana denganku?? Siapa yang membelaku sekarang?

"Ah gak mau ah kalau sama Yasmin, kakak gak suka yang modelan yang begitu. Kita cari yang cuek aja yang gak baper biar gak rewel. Ya?"

Jiel bangun dari pangkuanku, matanya berair, bibirnya gemetar, wajahnya menunjukkan segala bentuk kekecewaannya padaku. Dia mungkin gak menyangka tanggapanku akan sebejat itu.

Aku bahkan gak mengusap airmatanya, atau bahkan sekedar menepuk pundaknya.
Dengan tega aku melakukannya, aku egois dan gak mau luluh dengan air matanya.

"Jadi yang dari daftarnya Papi, gak ada yang masuk nih?" Sekali lagi, sangat tega aku memaksanya untuk tetap membicarakan hal konyol ini.

Jiel gak jawab...

"Tapi El, kakak boleh jujur gak? Sebenernya ada yang kakak suka, dia mirip sama kamu. Yasmin juga mirip kamu sih, tapi si dia lebih mirip kalau menurut kakak"

"Siapa?" Polos sekali kamu sayang, mau bertanya seperti ini.

"Itu lho, gadis yang tinggal sementara di Rumah Kara" Setan mana yang sudah merasukiku sampai aku tega mengatakan ini ke Jiel.

Jiel mengusap wajahnya kasar, dia keliatan frustasi tapi masih mencoba untuk berhati-hati. Emosinya terkontrol dengan baik.

"Dia kalem gitu kan El, dia kayaknya sudah tau hubungan kita. Jadi ya gak papa, tawarin aja. Kakak bisa kasih hadiah mahal buat dia... "

"Jangan bawa-bawa Shanum kak!"

"Kakak gak paham latar belakangnya, kamu juga gak detail cerita. Tapi bisalah nanti kakak cari tau lewat orang kakak. Masalah gampang itu... "

"Kak cukup!"

"Kenapa sih El, sama dia gak boleh juga? Dia orangmu juga? Yang baik-baik jadi orangmu? Gitu? Nanti kan kita bisa jagain Shanum gantian El... Kakak bisa kog diajak kerja sama"

Dan..

PLAKKK!!!

Aku dihadiahi tamparan. Kebejatan omonganku memang pantas mendapatkan ini. Aku sengaja memancing amarahnya.

"Kenapa? Kamu gak bisa bayangin kakak sama dia? Gak rela? Hah!! Lucu kamu El" bicaraku masih landai tapi jelas sekali kalau aku marah.

Badan Jiel gemetaran, pandangannya masih kearah tangan kanannya yang dia gunakan untuk menamparku. Airmata masih terus bercucuran dari sudut matanya.

"Sama orang lain kamu bisa, bahkan kamu tega berikan kakak ke Yasmin! Tapi sama Shanum kenapa gak?? Kenapa kakak Tanya?!!!" Aku gak membentaknya, tapi aku sadar aku keterlaluan. Entah, aku memang sengaja melakukannya.

Jiel makin gemetaran, satu kata pun gak ada yang bisa dia ucapkan padaku. Pandangannya masih terus menunduk pada tangannya, air matanya makin deras tapi gak niat dia hapus sekalipun.

Melihat tangisnya sekarang, bukanlah inginku. Aku bersumpah, sebenarnya Akupun ingin memeluknya seerat mungkin. Tapi egoisku gak mengijinkan itu.

Aku ingin mengajarkan dia tentang arti
KEHILANGAN ANDRA

KENANDRA ✅Where stories live. Discover now