Chapter Three

6 4 0
                                        

Malam ini, takkulihat lagi senyumnya tak nampak lagi suara merdunya, tak lagi kunampak sosok yang membuatku kegirangan saat bertemunya, dalam ceritaku aku hanyut dalam impian yang nyatanya malah menyakitkan, namun aku tak segan segan untuk menceritakan hal ini kepada dia sang seorang yang kupercaya, aku memilih diam untuk memendam sendiri kata orang yang kurang ajar, bukan itu saja aku tak menginginkan seorang merasakan apa yang aku rasakan , kisah kelam yang mungkin tak sengaja tersulam dalam alur kehidupan.

Lain halnya engkau yang mau mendengarkanku bercerita ataupun engkau yang sengaja kuperdengatkan cerita tentang kisahku, itu bukan kebetulan yang kau anggap keberuntungan, namun itu adalah kepercayaan, namun terkadang kepercayaan itu juga bisa sewaktu waktu ku renggut kembali, setelah aku paham akan engkau yang pernah melukai .

Mungkin aku takkan mengucapkannya secara terang terangan, sebab aku tak ingin engkau terluka berulang ulang, maka dari itu diam akan menjadi andalan untuk menyelamatkanmu dari ketidaktahuan, selain itu juga akan menjagamu dari luapan emosi yang tak terduga dariku.

Lain insan lain sifat katanya, namun dari lain itulah kita akan mampu mengenali, memahami tentang ribuan macam sifat, bahkan kita takkan menyadari ketika kita sudah memahaminya.

Dalam kehidupan ini saranku adalah jangan engaku terlalu percaya dengan manusia, bukan bermaksud untuk tidak percaya kepada siapapun, namun kita tahu bukan, sifat yang kita miliki sajapun kerap kali berubah-ubah dalam waktu yang singkat.

Detik mampu membuat kita percaya sesuatu yang sebelumnya kita tak percaya, dan sebaliknya.

Meskipun demikian sudah menjadi hukum alam, kita dapat belajar dari kesalahan yang mungkin telah kita lakukan dalam menyikapi sifat yang tak berlaku berkepanjangan itu.

Rasanya sadarku tak sesingkat sifatku berubah, mengapa demikian terjadi ? Andai saja bisa kurubah sifat itu, mungkin aku akan lebih mudah mengetahui yang seharusnya , dan mengetahui apa yang seharusnya tidak kuketahui.

Laba laba akan membuat rumahnya kembali dalam waktu beberapa detik setelah dirusak manusia, itu saja bisa laba laba lakukan, mestinya aku juga bisa cepat sadar untuk hal yang belum terlanjur menjadi kebiasaan.

Pekatnya malam bukan berarti menandakan kesedihan
Terangnya matahari bukan berarti selalu menandakan kebahagiaan

Dibalik pintu yang indah belum tentu ada kebahagiaan
Dibalik pintu bambu belum tentu banyak penderitaan

Kita tak bisa menilai seorang dari pandangan saja, hati dan rasa perlu diperlihatkan dalam masalah mengenali.

Aku diam bukan berarti tak mampu, namun aku diam itu kemauan

Lebih lanjut kau memahamiku kau pun akan tahu tentang sifat asliku

Entah nanti akan terbelalak tak percaya, atau malah terkejut menilai dengan ocehan yang tak kuduga sebelumnya.

Siang ini terik namun rasanya teduh
Siang ini hujan namun rasanya panas

Itulah sifat, yang terlihat belum tentu sesuai dengan apa yang terjadi dan dimiliki.

Hati hati dalam berucap, sebab yang terlihat tak terluka diluar bisa saja ia memendam sakit yang sangat dalam, dalam diam.

Perih tak mesti terluka, dan terluka tak mesti perih rasanya

Apakah engkau tahu tentang air yang tak bisa dipegang dengan tangan, namun bisa diminum dan digunakan ketika ia bertemu dengan suatu yang tepat .

Kita  bisa belajar darinya, yakni sebuah rasa tak dapat kita pahami dengan keadaan yang tidak tepat, maka dari itu butuh waktu tertentu untuk dapat memahami rasa agar sesuai dengan kenyataan.

So...... Jangan sedih ya
Yang terlihat belum tentu sama dengan kenyataan aslinya.

thank you, so few scribbles for chapter three hope you like it.

#jangan lupa vote and comment
#pantau terus ceritanya
#jangan lupa baca juga cerita satunya " Nostalgia Abi dan Zahra "

iNTRoVeRTWhere stories live. Discover now