BAB 11 : EUREDIAN

11.1K 778 155
                                    

Mulai dari sore hingga malam Anya tidak ada melakukan kegiatan lain, perempuan itu terus menangis di sudut ruangan dipinggir kaca balkon menghindari Euredian yang duduk di single sofa mengawasinya.

Euredian menopang dagunya memperhatikan Anya yang menangis hingga tersengal, bahkan bahu mungil itu bergetar hebat tetapi Euredian diam saja tidak membujuknya.

Dari Euredian mengantar Anya pulang hingga laki-laki itu pergi lagi untuk bertemu Riftan, tangisan Anya tidak kunjung usai.

Selama Anya menangis selama itu juga Euredian membiarkan lecet di jari-jarinya belum di obati.

Euredian melirik jam dinding yang sudah pukul delapan, kira-kira 5 jam sudah Anya menangis dan tidak ingin berbicara dengannya. Euredian mengangkat sebelah alisnya melihat paha mulus Anya lantaran rok hitam bergaris yang dikenakannya merosot ketika lutut mulusnya di tekuk.

Anya menyembunyikan wajahnya di lipatan lututnya merasa takut dan kasihan. Takut kepada Euredian dan kasihan kepada Rama yang sedang di rawat dirumah sakit atas ulah Euredian yang kesetanan.

Pria dewasa dengan kemeja hitam dan celana bahan itu menatap sendu perempuan kesayangannya yang tidak ingin meliriknya barang sedetikpun. Euredian tidak marah tetapi sedih di hatinya terlihat jelas dari sorot matanya melihat Anya menangis karena sosok pria lain.

"Kamu tidak lapar, Anya?" tanya Euredian, setiap jamnya melontarkan pertanyaan yang sama. Menurutnya hari ini adalah rekornya Anya melewatkan makan malam hingga jam segini, biasanya pukul enam sore sudah memarahinya segera pulang karena perempuan itu lapar.

Euredian menghela nafas. "Maaf aku tidak sengaja." ujarnya mengalah.

Tidak ada sahutan apapun dari Anya hanya terdengar isakan tangisnya yang belum usai.

"Anya?" panggil Euredian tidak ditanggapi oleh sang istri. "Berhenti menangis atau aku bunuh langsung si sialan itu?!"

"ihh Eu-euredian ja-ja-jangan a-ajak A-anya nghh-- ngo-ngomong," Anya menggeser duduknya membelakangi Euredian.

Euredian terdiam sejenak. "Kamu menyukai dia Anya?"

"Engg-engga!!"

"Jadi, kenapa kamu menangis?" Intonasi suara Euredian memang rendah tetapi mungkin bawaan suaranya yang berat terdengar memaksa di pendengaran Anya.

Anya tidak menjawab pertanyaannya membuat Euredian lama-lama kesal.

Euredian menarik tangan Anya pelan dan mengangkat tubuh mungil berisi menggemaskan istrinya keatas kasur. Ia melepas dasi dan kemejanya kemudian membuangnya asal sebelum menarik Anya masuk kedalam pelukannya.

Euredian menjatuhkan dirinya di kasur membuat Anya didalam pelukannya ikut terjatuh. Tangan besar laki-laki itu menyingkirkan anak-anak rambut Anya yang menutupi dahi mulusnya.

Sekarang Euredian dapat melihat jelas kondisi Anya. Matanya merah dan bengkak, pipi dan alis serta hidungnya juga merah terutama bibir ranum kesukaan Euredian lebih merah dari biasanya lantaran sang pemiliknya menangis.

"Kamu menyukai dia Anya?" tanya Euredian lirih. Euredian menikahi Anya bukan untuk membuat perempuan itu menangis, tujuannya menikahi Anya agar perempuan itu hidup didalam dekapannya dengan nyaman.

Anya menggelengkan kepalanya kemudian merapatkan diri pada Euredian menyembunyikan wajahnya di ketiak Euredian yang wangi.

"Apa dia alasan kamu terus merengek ke sekolah?" tanya Euredian.

"Eng-engga," Anya tidak menyukai Rama, hanya kasihan.

Euredian mengeratkan pelukannya. "Aku akan mengira kamu menyukai dia karena kamu menangis lebih dari lima jam, Anya."

EUREDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang