BAB 4 : EUREDIAN

17.8K 1K 115
                                    

Lelah berjalan-jalan kurang lebih setengah jam didekat taman yang luas seperti lapangan bola di ibukota. Sekarang, Anya duduk disalah satu kursi semen dibawah pohon rindang yang menggugurkan satu atau dua daunnya setiap tertiup angin dengan beberapa camilan diatas meja yang dibawakan pelayan rumah Euredian.

Jauh dua meter dibelakang punggungnya ada tiga pelayan yang terus mengikutinya. Anya menghela nafas, percuma mengajaknya untuk duduk bersama, pelayan itu terus menolak.

Anya memakan biscuit coklatnya. Semilir angin meniup rambutnya, Anya menoleh kearah hamparan bunga mawar bervariasi warna yang menjadi pusat perhatiannya, sekumpulan bunga bewarna persik lembut. Terlihat sangat indah dan anggun ditengah-tengah kebun bunga mawar yang terawat.

Anya membenarkan gaunnya sebelum beranjak untuk mendekati bunga itu. Anya menoleh kearah pelayan yang mengikutinya.

"A-anya boleh kesana?" tanya Anya langsung diangguki ketiga pelayan itu. Anya menyunggingkan senyumnya melangkah melewati deretan bunga mawar yang indah.

Langkah Anya terhenti tepat didepan bunga yang menarik perhatiannya. Tangannya terulur menyentuh kelopak bunga itu pelan agar tidak merusaknya.

Pupil matanya membesar. Anya mendekatkan diri dengan bunga itu, bunga ini seperti Juliet Rose.

Anya menoleh. "I-ini Juliet Rose?" tanya Anya pada Marie yang mendekatinya.

Marie mengangguk. "Benar Nyonya,"

Tangan Anya refleks menjauh dari bunga itu. Anya menatap tangannya kemudian menatap bunga itu. "A-anya gak bermaksud pe-pegang, ma-maaf."

"Tuan menanam bunga ini untuk anda Nyonya." ujar Marie membuat Anya mengernyit.

Marie tersenyum kecil. "Bukan hanya bunga ini tapi semua bunga di taman ini untuk anda Nyonya." Marie menatap majikan barunya yang masih memandangi bunga cantik itu serius. "Tuan Schneider meminta kami untuk merawat bunga-bunga disini dengan teliti,"

Anya tertegun sejenak, Anya tidak tau ini kebetulan atau disebut seperti apa. Anya juga menyukai bunga mawar. Anya menoleh kemudian tersenyum berterimakasih atas penjelasan tersebut.

Bunga semahal ini ada dirumah Euredian, Anya menatap bunga itu, memperlihatkan betapa kayanya laki-laki itu. Bahkan hampir setengah hari pun, Anya belum selesai menyelusuri seluruh rumah besar Euredian.

"Tu-tuan tinggal disini sa-sama siapa?" tanya Anya, dari tadi tidak mendapati keluarga Euredian yang juga tinggal di wastu.

Marie membuntuti langkah perempuan muda didepannya. Tidak henti-hentinya Marie memandangi istri majikannya, parasnya begitu cantik dengan suaranya yang lembut dan senyumannya yang hangat.

"Tuan tinggal sendiri Nyonya, selama ini tuan tidak pernah membawa siapapun jika pulang. Nyonya adalah orang pertama yang dibawa tuan," jelas Marie membuat Anya menghentikan langkahnya.

Anya menyentuh kelopak bunga mawar itu dengan hati-hati. "Euredian gak pu-punya keluarga?"

"Semuanya sudah meninggal Nyonya." ujar Marie, wanita tua berusia tujuh puluh tiga tahun yang berjalan menggunakan bantuan tongkat.

Hampir lima puluh tahun mengabdi menjadi pelayan di keluarga terhormat Schneider, Marie mengetahui seluk-beluk keluarga yang tertutup itu. Kehidupan Euredian dari kecil hingga sekarang, cara Euredian kembali bangkit dari keterpurukan bahkan kegagalan yang dialami Euredian tidak mampu membiayai rumah sakit mendiang Erenicka Schneider yakni ibu kandung Euredian sendiri hingga berada dijalan yang kejam.

Anya menoleh. "Me-meninggal?"

"Tuan sudah tidak memiliki keluarga, tuan hidup sendiri Nyonya sebelum anda datang kesini." Marie menarik nafas dalam-dalam jadi teringat kilas kejadian beberapa belas tahun lalu. "Tuan hidup sendiri selama sembilan belas tahun."

EUREDIANWhere stories live. Discover now