(3) WISMA KAPUTRAN

89 1 0
                                    

Saat itu ashar telah menjelang, suasana mulai meremang, Jaka Indi perlahan mengiringi langkah Dewi Kemala menuju Paviliun peristirahatan, Dewi Kemala mengenakan baju sutra hitam semacam daster  atau kimono  sepanjang betis, dan mengenakan sepatu kain dari sutra yang juga warna hitam, terlihat betis rampungnya yang yang berwarna putih pucat, pinggangnya yang langsing dan  lekukan badannya yang proposional, saat angin bertiup menghembus pakaian Dewi Kemala, rambutnya yang hitam lurus sepunggung tampak  tergerai indah, sesekali. Dewi Kemala merapikan beberapa helai rambutnya yang berkibar dengan menyelipkannya kebelakang sisi telinganya.

Saat berjalan beriringan Jaka Indi dapat mencium aroma harum bunga melati yang kuat dari tubuh Dewi Kemala, dan juga ada semacam aura hawa dingin yang sangat menggigit tulang yang memancar dari tubuh Dewi Kemala, ditambah warna kulitnya yang putih pucat, pupil matanya yang merah terang, memberikan kesan misterius  dan terasa menggidikkan hati saat harus berjalan berdekatan.

Walau Dewi Kemala hanya berjalan perlahan, tapi tidak mudah bagi Jaka Indi untuk mengimbangi langkahnya, karena Dewi Kemala berjalan hanya dengan menutul ujung kakinya pada permukaan tanah atau rumput, namun sudah dapat melaju pesat ke depan.

"Perlahan Dewi kemala, tolonglah  berjalan lebih perlahan, agar aku tak tertinggal mengiringi langkahmu." Perlahan Dewi Kemala memperlambat langkahnya seraya melirik sekilas kearah Jaka Indi, kemudian berkata ...
"Bisakah mas Raden  ceritakan kehidupan Dewi Nawang Wulan dan Jaka Tarub, dan awal mereka berkenalan."

"Bisa.... bisa.... !"  Jawab Jaka Indi. "Ehmm......tapi tolong panggil aku Jaka Indi saja, maaf aku tak terbiasa dipanggil dengan nama Raden." Kemudian Jaka Indi mensejajarkan langkahnya  dan merapatkan dirinya lebih dekat ke Dewi Kemala. "Hmmm... mumpung bisa merapat ke kunti yang cantik, eh...ke peri cantik," Gumam Jaka Indi dalam hati.

"Begini ceritanya ...., Jaka Tarub adalah seorang pemuda gagah yang rajin ibadah dan senang tirakat, hingga ia memiliki mata bathin yang sangat peka, juga memiliki beberapa kesaktian, Ia sering keluar masuk hutan untuk berburu di kawasan gunung keramat. di gunung itu terdapat sebuah telaga yang berlokasi di desa Widodaren, Gerih, Ngawi, saat sedang mencari hewan buruan, tanpa sengaja, ia melihat  tujuh wanita yang sangat cantik, yang difikir Jaka Tarub tujuh bidadari, tapi lebih sebenarnya mereka tujuh peri yang cantik yang sedang mandi di telaga tersebut. Karena terpikat oleh kecantikan para peri, Jaka Tarub mengambil salah satu selendang berwarna merah muda yang tengah disampirkan di batu. Ketika para peri  selesai mandi, mereka berdandan dan siap kembali ke negeri khayangan. Salah seorang peri bernama Nawang Wulan tidak mampu ikut kembali ke khayangan, karena tidak menemukan selendangnya, maka Ia pun akhirnya ditinggal pergi oleh kawan-kawannya. Ketika hari sudah beranjak senja, Jaka Tarub muncul dan berpura-pura menolong. Dewi Nawangwulan pun akhirnya bersedia ikut pulang ke rumah Jaka Tarub dan singkat cerita, Dewi Nawangwulan  akhirnya menikah dengan Jaka Tarub. Dari pernikahan ini lahirlah seorang putri yang dinamai Nawangsih.
Sebelum menikah, Dewi Nawang wulan mengingatkan pada Jaka Tarub agar tidak mencari tahu rahasia kebiasaan dirinya dalam menanak nasi. Rahasia tersebut adalah bahwa Nawang Wulan selalu menanak nasi dengan hanya  sebutir beras namun bisa menghasilkan nasi yang banyak. Jaka Tarub yang sebenarnya penasaran tidak menanyakan suatu apapun, tapi suatu ketika karena rasa keingin tahuannya, Jaka Tarub langsung membuka tutup penanak nasi. Akibat tindakan ini, kesaktian Nawang wulan hilang. Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa.

Akibat hal ini, persediaan gabah di lumbung menjadi cepat habis. Ketika persediaan gabah tinggal sedikit, Nawang wulan menemukan selendangnya, yang ternyata disembunyikan suaminya di dalam lumbung, agar ia tidak bisa kembali ke khayangan. Dewi Nawang Wulan yang marah mengetahui kalau ternyata suaminya yang telah mencuri selendang tersebut, mengancam meninggalkan Jaka Tarub. Jaka Tarub memohon istrinya untuk tidak meninggalkannya. Namun tekad Dewi Nawang Wulan sudah bulat. Hanya saja, pada waktu-waktu tertentu ia rela datang ke Desa Gerih Ngawi untuk menyusui bayinya Nawangsih.

Jaka Indigo dan Dunia AstralHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin