Epilog

2.2K 79 14
                                    

Pagi itu ketika matahari hampir terbit dan rumput masih basah oleh embun, sebuah Chevrolet Silverado hitam berhenti di depan rumah Pak Brengos.

Pagi itu ketika matahari hampir terbit dan rumput masih basah oleh embun, sebuah Chevrolet  Silverado hitam berhenti di depan rumah Pak Brengos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak lama kemudian Pak Brengos keluar dari pintu membawa sebuah tas ransel besar dan tas kulit kecil. Senyum lebar mengembang di wajahnya.

Indra bergegas turun dari mobil dan menyambut Pak Brengos dengan pelukan dan ciuman.

Pak Kong pun ikut turun dari sisi pengemudi, ia mengecup Pak Brengos, lalu membantu menyimpan ransel Pak Brengos di bagian belakang truk bersama tas miliknya dan Indra.

Lalu mereka masuk ke dalam mobil, karena bangku depan mobil menyambung, maka mereka duduk bertiga di depan. Pak Kong menyalakan mesin, menginjak pedal gas, dan mereka bertiga pun memulai perjalanan.

"Aku lihat kalian sudah 'saling mengenal' kan, selama aku nggak ada," kata Pak Brengos, seraya menunjuk ke beberapa bekas cupangan di dada Pak Kong.

Indra dan Pak Kong berpandangan penuh arti, wajah mereka berdua langsung merona merah menyala.

"Aku juga mau nambahin satu!" kata Pak Brengos.

"Eh..eh, aku lagi nyetir Ram, jangan kena pentil!" kata Pak Kong.

"Lho kok bengkak begini pentilnya?! Kamu apaain Nyo?" kata Pak Brengos.

Begitu aja udah kaget, apalagi nanti pas Pak rengos liat apa yang aku sumpelin di bool Pak Kong, pikir Indra.

Indra mengakui selama beberapa hari ini dihabiskannya dengan mengenal binaragawan itu. Secara fisik tubuh Pak Kong begitu perkasa dan indah seperti dewa yang turun ke bumi, tak bosan-bosannya ia menikmati otot-otot besar Pak Kong. Karena tubuhnya begitu tangguh, Indra pun tidak kuatir mengasari Pak Kong, apalagi, meskipun penampakan luarnya begitu mengintimidasi, sebenarnya hatinya begitu penurut dan pasrah.

Kini Indra merasa begitu tergila-gila kepada Pak Kong, seperti halnya ia tergila-gila kepada Pak Brengos. Ia tidak menyangka ini bisa terjadi, tapi hatinya mencintai dua orang sekaligus.

Di tangan kanannya ia menggengam tangan Pak Kong, di tangan kirinya ia menggenggam tangan Pak Brengos. Di wajahnya sebuah senyum lebar terpampang, di dadanya bunga-bunga bermekaran dan ribuan kupu-kupu menari, di selangkanganya kontolnya berdesir-sedir.

"Semua urusan dengan istrimu sudah beres Pak?" tanya Indra, menyenderkan kepalanya di bahu Pak Brengos,

Pak Brengos menggelengkan kepala sambil memberikan senyum masam.

"Bagaimana denganmu Bang Dewo?" tanya Pak Brengos ke Pak Kong.

"Masih jauh dari kata selesai, apalagi dengan ketiga anakku," kata Pak Kong sambil menggeleng kepala.

Suasana hening sejenak.

"Ya, tidak bisa dihindari, tapi ini memang yang terbaik untuk semua pihak," kata Pak Brengos, matanya menatap ke jendela, melihat cahaya keemasan di timur yang mulai menyusup.

PELAKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang