Chapter 2

7K 121 11
                                    

Rama terpaksa menjepit guling di antara pahanya untuk menyembunyikan jendolan di selangkangannya yang makin mencuat, ia mengutuk reaksi tubuhnya yang selalu seperti ini setiap kali dekat dengan temannya Dewo.

Memang Rama dan Dewo teman sejak kecil, namun sejak mulai puber Sosok Dewo mulai menjadi perwujudan mimpi basah berjalan bagi Rama, walau masih sekolah, tapi Dewo rajin membentuk tubuhnya, ditambah dengan genetika yang mendukung hingga membuat tubuhnya kekar berotot.

"Sultan Hassanudin adalah pahlawan yang berasal dari?" tanya Rama, seraya curi-curi pandang, melihat cahaya sore mengelus garis-garis jantan di wajah Dewo yang ganteng.

"Aduh! Aku inget nih," kata Dewo, lalu dia berbisik pada dirinya "Sulawesi Selatan atau Tenggara ya...," Setelah beberapa detik akhirnya ia memutuskan "Sulawesi Tenggara!"

Rama menggelengkan kepala, "Jawabannya Sulawesi Selatan," katanya.

Dewo mengeplak jidatnya sendiri.

"Hampir benar Bang, tapi peraturan tetap peraturan ya," kata Rama, meraih kancing seragam Dewo.

Jantung Dewo berdebar, tapi dia diam saja melihat jari Rama membuka kancingnya, menyisakan kancing terakhir.

Rama tertawa gugup, "Kita tidak perlu pakai metode buka kancing begini kalau Bang Dewo nggak mau sih..." kata Rama.

"Malah seru sih belajar dengan gaya kamu, jadi cepet nempel di otakku," jawab Dewo. "Lagian kan kamu gurunya, sebagai murid aku harus nurutin lah perkataan kamu," timpal Dewo lagi sambil menaikkan alisnya.

Apapun permintaanku? Pikir Rama, lalu segera menggelengkan kepala untuk mengusir semua hal mesum yang menyerbu otaknya.

Sejujurnya   Dewo sangat berterima kasih pada Rama, sudah sebulan telah membantunya   belajar, dengan kreativitasnya Rama bisa membuat persoalan matematika   yang rumit menjadi sesuatu tantangan yang menunggu untuk dipecahkan,   pelajaran sejarah ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sejujurnya Dewo sangat berterima kasih pada Rama, sudah sebulan telah membantunya belajar, dengan kreativitasnya Rama bisa membuat persoalan matematika yang rumit menjadi sesuatu tantangan yang menunggu untuk dipecahkan, pelajaran sejarah yang membosankan menjadi sebuah petualangan yang seru.

"Ayo Pak Guru, apa pertanyaan berikutnya?" tanya Dewo.

"Ok Bang, Di berbagai daerah, VOC melakukan tindakan dengan melaksanakan politik devide et impera, artinya apa?" tanya Rama.

Sambil berpikir keras, Dewo merubah posisinya, bersandar ke belakang dengan ditopang kedua lengannya, ini menyebabkan belahan kemeja terbuka lebar.

Rama merasakan kontolnya makin mengeras saja, matanya jelalatan melihat tubuh Dewo yang terpapar, sebagian otot perut yang kotak-kotak, juga otot dada yang kekar dan montok mengintip dari balik seragam putih, ia membayangkan bagaimana rasanya ndusel-duselin wajahnya disana, lalu memuja keperkasaan Dewo dengan kecupan-kecupan mesra.

"Woi Ram!" panggilan Dewo membuyarkan lamunannya, "Mengadu domba, bener nggak?"

"B..Benar..." Rama batal membuka kancing Dewo, ia lumayan kagum karena Dewo bisa menjawab sebagian besar soal yang diberikan, ternyata Dewo benar-benar menepati janjinya untuk membaca catatannya kemarin malam.

PELAKORWhere stories live. Discover now