Chapter 8

2.5K 80 3
                                    

Rama benar-benar mencoba berkonsentrasi, tapi ucapan Para guru yang sedang menjelaskan pelajaran terdengar bagaikan bahasa alien di telinganya. Kilas balik kejadian di rooftop sekolah pagi ini menyita semua ruang di otaknya.

Kalau hanya pikiran ngeres yang menyerbu, Rama sudah biasa, ia bisa mengatasinya. Tapi sejak bibirnya bersentuhan dengan bibir Dewo, kali ini yang menyerbu adalah angan-angan halu.

Rama membayangkan hubungannya dengan Dewo lebih dari sekedar nafsu kedagingan saja, tapi saling mengenal lebih dalam lewat hati, menjadi pasangan yang saling menyayangi mengarungi masa depan penuh petualangan bersama.

Lalu mereka pun hidup bahagia selama-lamanya. Tapi apa mungkin? Di Indonesia, kisah cinta itu selalu cowok dan cewek. Kalau cowok dengan cowok bagaimana, pikir Rama.

Begitu bel istrirahat berbunyi, Rama langsung bergegas mencari Dewo ke kelasnya, tapi Dewo tidak ada di sana.

Aneh, biasanya Bang Dewo yang menjemputku di kelas, pikir Rama.

Ia tidak berhasil menemukan Dewo dimana-mana, ia bahkan mencari ke gudang peralatan olah raga yang terpencil. Rasa panik mulai menyelimuti hatinya seperti awan hitam.

Dimana   dia? apa dia sama pacarnya? tapi pacarnya yang sekarang kan di sekolah   lain? Apa dia bolos?  Atau jangan-jangan gara-gara ciuman tadi dia  jadi  jijik sama gue?!  pikir Rama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dimana dia? apa dia sama pacarnya? tapi pacarnya yang sekarang kan di sekolah lain? Apa dia bolos? Atau jangan-jangan gara-gara ciuman tadi dia jadi jijik sama gue?! pikir Rama.

Setelah menenangkan diri dengan bernafas panjang, tiba-tiba Rama sadar akan sesuatu, ia menepuk dahinya sendiri.

Rama segera bergegas lari menuju ke arah tangga menuju rooftop.

Dalam kekalutannya, ketika berbelok di tikungan, Rama menabrak seseorang, "Aduh!" pekik Rama, orang yang ditabraknya lebih besar darinya, hingga ia pun terpental.

"Anjing!" kata orang itu.

Ketika mendengar suara itu, Rama merasa seperti disiram air dingin, perutnya terasa mual, lututnya lemas.

Tidak salah lagi, itu adalah Bopeng, dia dan gengnya yang membuat hidupnya sengsara.

Bopeng adalah nama julukannya karena bekas jerawat yang memenuhi wajahnya.

Seperti biasa Bopeng selalu ditemani gengnya.

"Oh, si bencong!" kata Bopeng, ia menghembuskan asap rokok yang sedang dihisapnya ke wajah Rama, "Nggak liat-liat lo kalo jalan?! Dasar bencong!"

Teman-teman Bopeng tertawa terkikik, mereka mengelilingi Rama seperti hyena mengepung mangsa.

Berbagai perbuatan mereka terkilat kembali di benaknya, tubuh Rama seperti lumpuh karena rasa takut, tenggorokannya kering, jantungnya berdebar seakan mau meledak.

"Tanggung jawab nih cong, bahu gue patah gara-gara ditabrak lo," kata Bopeng berlagak kesakitan, kata-katanya diikuti oleh gelak tawa gengnya.

PELAKORWhere stories live. Discover now