Chapter 12

2.5K 99 21
                                    

Menyaksikan bagaimana Pak Brengos dan Pak Kong berinteraksi, Indra tahu ada sejarah yang dalam dan rumit di antara mereka.

Rama? Jadi itu nama asli Pak Brengos, pikir Indra.

"Jadi Pak Bre..eh maksudnya, Pak Rama..." kata Indra tergagap.

"Nyo, panggil aku Brengos aja, seperti biasa, malah jadi canggung," kata Pak Brengos.

Setelah membersihkan diri dan merawat luka-luka karena perkelahian tadi, mereka pun menceritakan sejarah mereka yang berliku kepada Indra.

Indra mendengarkan kisah yang diceritakan Pak Brengos dan Pak Kong dengan seksama, ia meneteskan air mata saat mendengar hubungan mereka berakhir begitu tragisnya.

Pak Kong tak henti-hentinya meminta maaf karena meninggalkan Pak Brengos waktu itu di perpustakaan. Sejak kejadian itu Pak Brengos begitu kecewa dan hancur hatinya hingga memutuskan untuk pindah sekolah, dan mereka pun tidak pernah bertemu lagi hingga sekarang.

Tanpa perlindungan Dewo, ia pun mulai melatih tubuhnya dan belajar beladiri. Ia  pun mulai memelihara kumisnya untuk seperti topeng. Ia tidak pernah benar-benar menjalin hubungan dekat dengan orang lain, membangun benteng mengelilingi hatinya agar tidak terluka lagi, sampai Indra datang dan menghancurkannya.

Indra tidak bisa membayangkan betapa berat hidup sebagai gay di Indonesia tiga dekade yang lalu, Entah berapa banyak dari generasi itu yang berpura-pura menjadi straight dan menikahi lawan jenis karena terpaksa.

Bahkan di jaman sekarang pun tidak berubah banyak, padahal secara medis homoseksualitas sudah dicoret dari daftar sebagai penyimpangan sejak tahun 1960, namun tetap saja kurikulum pelajaran Indonesia mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa menjadi gay adalah penyimpangan.

Bedanya mungkin di jaman sekarang, generasi Indra sudah tidak mempercayai semua yang diajarkan di sekolah dengan membabi buta, mengenal budaya LGBT dari internet, atau film hollywood, yang menunjukan bahwa LGBT bisa berprestasi dan bahagia, bahkan menikah dan punya anak.

Setelah mendengarkan kisah mereka, ia yakin bahwa inilah alasannya ia diberi hidung yang bisa mengendus Pak Brengos dan Pak Kong, yaitu untuk mempertemukan mereka.

Indra menatap sepasang pria itu kembali, bahkan setelah terpisah puluhan tahun sepertinya mereka masih memendam perasaan untuk satu sama lain, mereka berpandangan dan bibir mereka pun kembali bersentuhan.

Mereka berdua sungguh serasi, Pak Brengos memang lebih cocok dengan Pak Kong, usia mereka sepantaran dan setelah mendengar kisah mereka Indra ingin melihat mereka bersama dan ia tidak ingi dirinya mengganggu hubungan mereka.

Dan juga, hidungnya kini mengendus aroma baru di kejauhan.

Seolah sebuah pertanda untuk memandu Indra menjauh, memberikan kedua insan ruang pribadi mereka.

Indra memutuskan untuk pergi sekarang, saat Pak Brengos dan Pak Kong sedang sibuk mengejar ketinggalan selama bertahun-tahun.

Mission Accomplished, pikir Indra.

Bukankah harusnya aku merasa bahagia? Tapi kenapa aku merasa begini?

Ketika ia hendak melangkah pergi, sebuah tangan hangat meraih tangannya.

"Tunggu Nyo," kata Pak Brengos.

Indra berhenti melangkah.

"A..ku.." kata Indra, ia menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya, kemudian melanjutkan ,"Aku sudah mengendus wangi selanjutnya."

"Tapi kamu nggak perlu langsung pergi kan?"

"Kalau aku tidak pergi sekarang..." kata Indra dengan suara meninggi, Indra tidak melanjutkan kata-katanya berusaha menahan tangisnya yang hampir meledak. Kalau aku tidak pergi sekarang, dan melihatmu bersama pria lain dan tidak bersamaku, aku bisa mati, pikir Indra.

PELAKORWhere stories live. Discover now