i knew what i did wrong

Mulai dari awal
                                        

"Oh, yang itu? Dia juga ada di lokasi kah waktu kejadian itu?" Tanya Naomi.

Aku menggeleng, "Enggak. Bahkan dia bilang kalau dia langsung pulang setelah—"

Tunggu. Kenapa aku baru sadar jika ada yang janggal dari semua ini?

Aku masih ingat dengan jelas bagaimana Kai mengatakan bahwa dirinya langsung pulang setelah kejadian ia berusaha memberi tahuku jika aku harus pulang lewat pintu belakang. Tapi jika ia memang pulang, alias meninggalkan kampus pada saat itu, kenapa ia terdengar seolah tahu semuanya? Kenapa ia mengatakan bahwa Adam seperti psikopat dan denial? Bagaimana caranya ia tahu jika Adam begitu padahal dia tidak ada di sana saat kejadian berlangsung?

Apakah dia bertanya kepada seseorang yang pada saat itu ada di tempat? Tapi itu tidak terdengar seperti dirinya. Bahkan Kak Felix yang sempat menjadi saksi yang singkat saja tidak pernah melabeli seorang Adam sampai sedetail itu. Dan aku rasa hanya Kak Ace yang bisa tahu kelakuan Adam sebenarnya, karena hanya ia ada di lokasi sejak awal.

Tapi, Kai? Kenapa ia mengatakan bahwa Adam seperti itu jika sebelumnya ia menjelaskan jika ia sudah pulang? Dan bodohnya, kenapa aku baru menyadarinya hal janggal itu sekarang?

Ah, semua ini terdengar semakin membingungkan saja.

"Kei?"

Disela-sela ketiga temanku yang kebingungan, aku justru sibuk memikirkan petunjuk yang ditinggalkan Kai kepadaku. 

Apa mungkin Kai sempat bertanya kepada Kak Ace di suatu waktu?

Ataukah mungkin saja ada hal yang lelaki itu sembunyikan?


Keesokan harinya, aku bertekad hendak mendatangi Kai selepas kelas pagi. Aku berjalan menyusuri beberapa gedung dan menaiki banyak anak tangga untuk bisa mencapai laboratorium seni kriya yang pernah aku datangi sebelumnya. Namun begitu tiba, aku malah dikejutkan dengan kondisi lorong yang ramai akan para senior seni kriya yang berjejer tengah merokok. Kehadiranku yang tiba-tiba tentu membuat mereka menoleh ke arahku serempak. Tidak sedikit yang melayangkan tatapan tajam seraya berbisik satu sama lain membahas terkait identitas diriku.

"Cari siapa?" Tanya salah satu diantara mereka. Ia perempuan bertubuh tinggi besar dengan tatto naga terukir di lengan kirinya.

"K-Kai ... Kaivan, angkatan 2022," ucapku gugup.

"Oh, adeknya Kania." Ia menghembuskan asap perlahan melalui kedua lubang hidungnya. "Ada di dalem laboratorium seni keramik." 

Kemudian ia menunjuk ke arah salah satu ruangan yang berbeda dari yang pernah aku datangi sebelumnya.

Aku mengangguk kaku, "M-Makasih, Kak."

Setelah itu aku sedikit merundukkan badanku saat lewat di depan mereka seraya berucap permisi dengan sangat sopan. Setelah berhasil mencapai lokasi laboratorium seni keramik, aku lantas menggeser pintunya perlahan, dan mengintip kondisi di dalamnya dengan berhati-hati.

Ketika berhasil membukanya sedikit, bisa aku dengar dengan jelas ada percakapan yang tengah terjalin di dalam sana.

"Gue gak nyangka sih Bu Beta kasih tugas seberat ini buat maba."

"Udah biasa gak sih? Kita juga pernah bikin kayak gitu pas semester tiga."

"Semester tiga sama satu beda, tolol."

"Santai dong, anjing."

"P-Permisi," ucapku disela-sela pertikaian dua laki-laki di dalam sana.

Begitu menoleh, wajah keduanya langsung tampak familiar dimataku. Mereka adalah dua senior seni kriya angkatan 2021 yang ikut serta dalam kegiatan di Jepara dan Jogja sebelumnya.

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang