Seusai berfoto bersama dan mengobrol singkat dengan beberapa orang, aku beranjak menuju ke arah kamar mandi untuk buang air kecil. Setelah menyelesaikan urusan itu, aku membasuh tanganku di wastafel seraya sesekali aku menoleh ke arah cermin besar di hadapanku untuk mengecek keadaan diri. Hingga ku temukan sosok Ann dari pantulan kaca datang dengan tergesa dan berakhir menyuci kedua tangannya di sampingku, membuat tubuhku tegang sesaat.
Rautnya sedikit kesal, entah apa alasan dibaliknya. Sedangkan aku yang tidak memiliki kepentingan lagi di toilet lantas buru-buru beranjak dari posisi. Namun langkahku harus terhenti begitu mendengar sebuah suara menyeruak.
"Eh, kamu temannya Ace bukan?" Tanya Ann.
Aku terkesiap. Lalu aku menoleh seraya berusaha memasang wajah ramah.
"I-Iya. Ada apa ya?"
"Ah, enggak. Cuma tadi sempet lihat kalian ngobrol makanya aku pikir gitu. Tapi ternyata bener," ucap Ann seraya berjalan mendekat.
Aku hanya mengangguk-angguk kaku.
"Aku Reanna, panggil aja Ann, seni rupa angkatan 21." Ia mengulurkan tangan kanannya, yang kemudian aku sambut dengan raut ragu.
"Keira, jurusan fotografi angkatan 22."
"Oh, ternyata kamu adik tingkat yang mereka maksud."
"Maksudnya? Mereka siapa?" Aku kebingungan.
"Raihan, Ace, Felix, mereka bilang kalau ada maba ikut rombongan mereka."
Aku mengangguk-angguk, "Ah iya, ikut mereka karena sebelumnya ada yang ngajak buat bareng gitu sih."
Sebenarnya aku ingin sedikit pamer karena merasa lebih unggul dari Ann, dimana sebelumnya aku diajak oleh Kak Ace untuk ikut dengan mereka. Namun jawaban dari Ann membuat pemikiranku itu runtuh seketika.
"Loh? Kok sama? Aku juga sebelumnya diajak salah satu dari mereka."
Mendengarnya, senyumku langsung luntur. Mungkinkah itu Kak Ace?
Namun Ann hanya terkekeh, "Ah, tapi udah berlalu. Akhirnya aku naik kereta, maklum belum dapet SIM."
Aku terus membalas obrolannya dengan raut ramah yang terpaksa. Sampai akhirnya ia mengajakku untuk pergi bersama.
"Mau keluar bareng? Nanti kita bisa ngobrol bareng sama Ace sama yang lain."
Tidak. Itu tidak boleh terjadi. Aku tidak boleh menyaksikan secara langsung betapa akrab keduanya meskipun hanya sebagai teman. Tapi untuk kondisi saat ini aku hanya bisa mengangguk pasrah. Lagipula aku merasa tidak enak jika memberikan kesan menyebalkan kepada orang yang baru saja ku kenali.
Selagi berjalan meninggalkan toilet perempuan, otakku berusaha keras mencari jalan alternatif lain untuk menghindari obrolan bertiga dengan Kak Ace dan Ann. Hingga seseorang tak terduga muncul dengan cara yang tiba-tiba pula. Itu terjadi dimana aku dan Ann tengah berjalan menyusuri lorong yang akan membawa kami keluar dari area toilet. Sedangkan sosok itu berjalan dari arah berlawanan, seolah memang hendak mendatangi toilet wanita, dan berujung tidak sengaja mendapati kami berdua di sini.
Ia adalah Natalie.
Dan menemukanku membuatnya langsung menghentikan langkah. Kemudian ia beralih kepada Ann yang ternyata memasang wajah sama terkejutnya denganku.
"Oh? Kenapa bisa kebetulan banget kalian berdua lagi bareng? Apa jangan-jangan kalian saling kenal?" Tanyanya seraya menyeringai.
Warna merah menyala pada gaunnya yang senada dengan warna bibirnya sontak membuatku muak. Maka dari itu aku hanya menatapnya sinis tanpa ada niatan hendak membalas.
YOU ARE READING
if only,
RomanceKeira bertemu dengannya Agustus lalu, saat hari pertama ospek fakultas dilaksanakan. Semula yang terasa hanyalah percikan, bisa terabai. Tapi bagaimana ia bertutur dan berperilaku, pada akhirnya Keira merasa jatuh. Meski selama itu, tiada kata pasti...
