6

17 10 1
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak Catz di jemput pulang oleh Mark dan makan bersama di rumahnya. Sudah seminggu pula ia belum bertemu dengan pria bermata biru itu. Meski begitu mereka masih saling mengirim pesan.

“Gue cuci tangan dulu ya!”tukas Catz sambil berdiri.

“Oke!”sahut Tika yang masih menyantap makan siangnya.

Catz sedang menikmati jam makan siangnya bersama Tika, Jessi dan Selvi. Siang ini ke empat gadis itu memilih menyantap menu ayam bakar. Catz berjalan melewati meja makan yang penuh dengan para pengunjung yang juga sedang makan.

Dirinya tiba di tempat cuci tangan yang juga ramai. Banyak orang yang sedang membersihkan tangan. Ia pun ikut berdiri mengantri dan tidak perlu menunggu lama untuk gilirannya. Catz membersihkan tangan serta jarinya dengan sabun.

Ketika kembali berjalan menuju meja makan, matanya melihat seorang pria yang sedang memandangi dirinya. Dahinya berkerut. Ia merasa pernah bertemu dengan orang itu sebelumnya. Tapi Catz lupa di mana. Ia kembali heran karena pria itu menatapnya terus dengan sorot mata tajam. Terlihat pria itu seperti tidak menyukainya.

Catz melihat pria itu masih memperhatikan dirinya sampai ia duduk. Ia tidak bisa lagi melihat orang itu karena tertutup oleh Jessi. Catz baru ingat. Pria itu yang pernah ia temui saat nonton bersama Mark beberapa waktu lalu.

Tapi kenapa ia kembali melihatnya seperti itu? Dan kenapa ia bisa berada di sini? Apa orang itu juga bekerja di daerah sini?

“Kenapa lo?!”tanya Tika yang baru cuci tangan melihat Catz tampak aneh. “Muka lo kaya belum kenyang!”

“Sembarangan!”seru Catz tertawa.

“Habis lo pake mengerutkan kening segala. Kaya lagi pusing.”

Catz terkekeh. Ia memilih untuk tidak cerita mengenai pria tadi. Lagipula ia memang tidak mengenalnya. “Balik kantor yuk!”

“Ayo.”

Catz berdiri dan melihat pria itu masih duduk di meja dengan beberapa orang pria dan wanita. Mungkin teman kantornya kalau di lihat dari pakaian mereka. Pria itu tampak asyik berbincang dengan temannya dan tampak menyadari Catz beranjak bangun. Mata mereka kembali bertemu. Dan pria itu kembali memberinya sorot mata tajam hingga Catz yang lebih dulu memutus kontak mata.

Sampai di meja kerjanya Catz kembali fokus dengan pekerjaannya. Hari ini ia harus mengerjakan persiapan pembayaran kepada supplier. Ia merapikan voucher pembayaran dan di susun rapi untuk meminta persetujuan dari atasan serta managernya.

Menjelang sore Catz meregangkan punggungnya yang pegal. Ia mendongak dan mengintip teman satu divisinya juga masih sibuk bekerja. Ia ingin mengecek ponselnya yang tidak tersentuh sejak makan siang. Catz membuka laci meja kerjanya dan mengeluarkan ponsel. Di tekannya layar gelap itu dan membuka kunci lalu terlihat beberapa notifikasi pesan.

Mata Catz melebar melihat pesan masuk dari Mark. Refleks bibirnya tersenyum. Jarinya pun langsung menekan pesan dari pria itu. Ia membaca Mark menanyakan aktivitasnya hari ini. Dari pesan itu terlihat Mark mengirim pesan saat selesai makan siang. Sudah dua jam yang lalu.

Catz segera mengetik balasan untuk Mark. Ia menceritakan bahwa ia sedang sibuk menyiapkan pembayaran untuk para supplier. Serta minta maaf karena telah membalas. Catz kembali tersenyum setelah pesan itu terkirim. Mark tidak terlihat sedang online. Pria itu pasti sedang sibuk juga, pikirnya. Ia pun meletakkan ponselnya lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

“Makan bakso lagi?!”tanya Ruby sambil mengemudikan motornya keluar area parkir.

Catz tertawa. “Tidak ah. Mama gue bisa marah-marah nanti!”

“Padahal lo kan enak, makan banyak juga tetap kurus.”

“Iya tapi mama gue bisa emosi lagi nanti.”

“Jadi kita langsung pulang saja ya?!”

“Sip!”sahut Catz.


———


“Aku pulang!”seru Catz masuk ke dalam rumah. Ia mendengar suara dari meja makan dan langsung berjalan ke sana setelah menaruh tas di sofa ruang tamu.

“Wah lagi pada makan ya?!”seru Catz melihat keluarganya sudah duduk di meja makan. “Tumben kakak dan papa pulang cepat!”

“Iya dunk!”sahut Henry.

“Ayo sana cuci tangan dulu lalu kita makan bersama.”kata Rose.

“Iya ma!”sahut Catz. Ia langsung cuci tangan dan membasuh lalu kembali ke meja makan.

“Wah mama masak makanan enak nih!”kata Catz dengan mata berbinar melihat hidangan di atas meja. Ia segera mengambil piring, mengambil nasi lalu lauknya. “Mari makan!”

Setelah selesai makan, Catz membantu membereskan meja makan dan cuci piring. Lalu ia naik ke kamarnya untuk mandi dan rehat. Setelah memakai piyama, ia duduk di tempat tidur. Mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Mulutnya tersenyum tipis melihat pesan dari Mark. Ia pun langsung membuka aplikasi WhatsApp.


Mark : Sabtu nanti lo ada acara?

Catz : Tidak, kenapa? Mau ajak kencan ya?! 😝

Mark : Hahaha… tahu aja lo…

Catz : Nasib jomblo….

Mark : Gue mau ajak lo ke pesta pernikahan teman gue. Bisa kan?


Catz tercengang. Ia membekap mulut lalu berbaring dan mengangkat ke dua kakinya sambil menendang udara dengan girang. Lalu ia kembali duduk tegak sambil tertawa. Menatap layar dan mengetik karena Mark pasti menunggu balasannya.

Catz : Bisa dunk. Jomblo mah bebas…

Mark : Hahaha…. Oke, gue jemput lo jam enam sore ya.

Catz : Siap!


———


“Wuidih makin mesra nih kalian!”seru Ruby saat mereka sedang makan siomay di warung pinggir jalan setelah pulang kerja.

“Apa sih?!”sahut Catz tersenyum lebar. Sejak kemarin ia terus merasa desir bahagia karena tahu Mark mengajaknya pergi ke pesta pernikahan temannya. Bukankah itu berarti pria itu sudah siap memperkenalkan dirinya sebagai wanita yang dekat dengannya?

“Cie yang lagi happy! Pasti tadi malam tidak bisa tidur nih!”ujar Ruby tertawa.

“Lebay ah! Gue tetap bisa tidur kok. Mimpi indah malah!”

“Wah teman-temannya di pesta nanti pasti pada kepo sama lo! Lo harus cantik!”

“Iya iya…”gumam Catz sambil menyuap sepotong kentang.

Pembicaraan mereka beralih ke topik lain. Ke dua gadis itu saling bertukar cerita mengenai kerjaan di kantor serta gosip terbaru mengenai artis atau teman sekolah mereka. Dan berhenti karena siomay mereka sudah habis. Seperti biasa, Ruby mengantar Catz pulang ke rumahnya.


———


Hari Sabtu tiba. Hari di mana Catz akan pergi bersama Mark. Pagi hari ia terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Catz berbaring sambil memandangi langit-langit kamarnya. Tersenyum lebar mengingat sore nanti ia akan pergi dengan Mark.

“Duh gue pakai baju yang mana ya?!”

Catz beranjak bangun dan melangkah mendekati lemari baju lalu membukanya. Ia berdiri memandangi deretan bajunya sambil berpikir.

“Yang pasti gue harus pakai dress…tapi yang mana ya?!”

“Sedang apa lo bicara sendiri?!”

Catz terpekik kaget dan refleks melempar dress hitam hingga mengenai kepala kakaknya. “Ih lo bikin kaget!!”serunya.

Henry mengambil dress dari kepalanya. “Ngapain lo mau pakai dress pagi-pagi?! Mau joging pakai dress?!”

Catz mendengus dan merebut dress dari tangan kakaknya. “Buat nanti malam.”Sahutnya sambil kembali mengantungkan dress di lemari.

”Mau ke mana lo malam-malam? Jangan bilang lo mau ke club ya?! Gue godok lo kalau berani ke tempat kaya begitu!”

“Dih siapa yang mau pergi ke sana! Kaya tidak tahu adikmu saja deh! Gue mau pergi sama Mark ke pesta pernikahan temannya!”Sahut Catz kesal.

Sedetik kemudian Henry memasang ekspresi jail. Mulutnya tersenyum lebar. “Oh….mau kencan lagi toh! Cie mau dikenalkan sama teman-temannya juga nih.”

“Apa sih ah…”

“Jadi ceritanya lo lagi bingung pakai baju apa nih ya?!”tebak Henry.

“Begitulah.”sahut Catz.

“Lo pakai saja dress baru dari mama yang warna pink itu. Bagus kok.”usul Henry.

Catz menatap kakaknya dengan wajah berbinar. “Eh benar juga ya! Kok gue bisa lupa.”

“Ngapain Lo pusing cari dress?! Kebiasaan para wanita nih kalau mau pergi ke mana selalu bilang tidak punya baju, tapi tahunya isi lemari penuh!”

Catz tertawa. “Pasti pacar lo juga begitu ya!”

“Ya. Tiap mau pergi suka nanya gue pakai baju apa ya, gue tidak punya baju nih!”keluh Henry.

“Namanya juga wanita. Kadang suka bingung pilih baju.”

“Ayo turun! Tadi mama suruh turun buat sarapan. Katanya kemarin lo minta mie goreng. Sudah jadi tuh!”

“Wah asyik! Ayo kita sarapan dulu!”ajak Catz menarik lengan kakaknya.

“Dasar tukang makan!”


———


Menjelang sore Catz memilih untuk mandi dan bersiap. Ia ingin sudah siap saat Mark datang menjemput nanti. Gadis itu sengaja mencuci rambut supaya bersih dan harum. Mengolesi tubuhnya dengan body lotion setelah luluran saat mandi tadi.

Catz memakai dress brokat model sabrina berwarna pink. Lalu ia duduk di meja rias. Mulai merias wajahnya dan menata rambut. Ujung rambutnya ia buat curly agar tampak lebih rapi dan menarik. Catz menatap bayangannya di cermin. Merasa puas dengan penampilannya. Matanya melihat jam dinding. Tersenyum karena ia selesai tepat waktu dan sebentar lagi seharusnya Mark datang. Catz meraih cluth dengan warna senada dressnya dan turun ke lantai bawah.

“Wuih ada bidadari jatuh nih!!”seru Henry melihat adiknya turun.

“Ih kok lo ada di sini?! Tidak kencan apa?!”tukas Catz sebal melihat kakaknya. Ia yakin Henry pasti akan terus meledeknya. Dan pasti semakin menjadi kalau Mark sudah datang nanti.

“Kencan dunk! Tapi nanti. Gue sengaja tunggu lo pergi dulu.”

“Wah anak mama cantik sekali!”puji Rose yang baru keluar dari dapur dengan tangan membawa piring berisi bakwan sayur dan cireng untuk cemilan sore.

“Iya dunk ma! Wah mama bikin apa?!”tanya Catz semangat mendekat.

Rose menepuk tangan Catz yang sudah mau mengambil bakwan.

“Auw sakit ma! Kok di pukul sih?!”

“Kamu jangan makan! Nanti make up kamu luntur!”

“Kan tinggal olesi lipstick lagi ma!”

“Pokoknya jangan! Kamu kan mau pergi ke pesta!”

“Iya. Di sana lo bisa makan enak! Siapkan perut lo buat nanti!”sahut Henry sambil mengunyah cireng dengan perlahan dan nikmat.

Catz mencibir. Ia Tahu kakaknya sengaja menggodanya. “Biarin! Gue bisa makan banyak di sana!”

“Eh eh jangan banyak-banyak! Nanti gemuk loh!”

“Ah mama, aku kan susah gemuk, masa mama lupa?!”keluh Catz.

“Tapi kamu tetap harus jaga makan. Jangan sampai kalap. Nanti badanmu jadi berlemak semua!”ujar Rose.

“Ma, tidak perlu cemas Catz gemuk sih. Dari dulu juga kan putri kita memang susah gemuk.”kata Jack.

“Tapi dia tetap harus jaga makan. Catz kan kalau sudah makan bakso atau gorengan suka rakus.”

Henry tergelak keras. “Rakus! Ya adik gue rakus tukang makan!”

Catz mencubit pinggang Henry kesal.

“Auw…auw…sakit, Catz, sakit…ampun!!!”seru Henry menepuk tangan Catz yang masih mencubitnya.

“Makanya jangan iseng!”sergah Catz kesal.

“Aduh sudah sudah. Kalian ini sudah besar tapi masih saja berantem kaya anak kecil!”tegur Rose.

“Habis kakak yang mulai!”sahut Catz manyun.

“Kayanya Mark sudah sampai. Ada suara mobil di luar.”kata Jack.

“Cie pangerannya sudah datang oi!”

“Cubit lagi nih!”ancam Catz. Refleks Henry beringsut menjauh dan ia tertawa. Catz berdiri dan mendengar suara ketukan pintu. Ia langsung bergegas membukakan pintu.

Catz menahan napas ketika melihat sosok yang berdiri di depannya. Duh ganteng banget sih manusia satu ini, puji Catz dalam hati. Ia benar-benar terpesona melihat penampilan Mark dengan jas dan celana hitamnya. Rambutnya juga tertata rapi. Pakaiannya yang serba hitam membuat mata birunya semakin indah. Benar-benar seperti dewa yunani modern, pujinya dalam hati.

“Hei!”seru Mark menjentikkan jari di depan wajah Catz.

Catz mengerjap dan sadar. “Eh lo sudah datang ya.”

“Dari tadi kali! Lo malah diam kaya patung ngeliatian gue terus

Catz tertawa kecil dengan malu. Ia mengusap rambutnya dengan gugup. “Masuk dulu yuk.”

Mark mengangguk. Mata birunya memperhatikan penampilan Catz. “Lo cantik juga ya kalau dandan.”

Catz menoleh dan tersenyum. Pipinya bersemu merah. “Thanks.”

“Selamat sore, om, tante, Henry!”sapa Mark tersenyum saat sudah berada di ruang tamu.

“Eh kamu sudah datang ya! Sore juga, nak!”sahut Rose.

“Sore, Mark!”ujar Jack mengangguk padanya.

Catz melihat mata papanya yang menatap padanya. Memandangi wajahnya yang memang merona. Jack tersenyum tipis. Catz menaikkan alisnya dengan heran. Lalu ia melihat papanya mengangguk dan mengalihkan fokusnya kepada Mark yang sedang berbincang dengan Rose.

Duh papa pasti lihat wajah gue yang merah padam, bisik Catz dalam hati.

“Duduk dulu?”tawar Henry. “Nih ada gorengan kalau lo mau, ambil saja! Masih hangat!”

“Terima kasih tapi kalau tidak keberatan sebenarnya kami sudah harus pergi. Biar tidak terlambat tiba di pesta nanti.”ujar Mark.

Catz mendesah lega. Setidaknya ia bisa terbebas dari godaan kakaknya. Ia tahu Henry menawari Mark duduk supaya bisa melancarkan aksi jahilnya juga.

“Oh baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan kalau begitu.”ujar Rose.

“Jaga adik gue ya! Jangan sampai dia menghabiskan semua makanan di hotel!”tukas Henry tergelak.

“Ih kakak!”seru Catz gemas sudah ingin mencubitnya.

“Sudah, sudah!”ucap Jack. Henry langsung berhenti tertawa meski sebenarnya ia menahannya. “Hati-hati ya, Mark. Jangan pulang terlalu malam, Catz.”

“Iya, pa.”

“Iya, om.”

Mereka menjawab bersamaan. Saling menoleh menyadari hal itu dan tersenyum terkekeh.

“Duh pasangan serasi sekali sih kalian.”tukas Henry cengegesan.

“Sudah yuk kita pergi!”ujar Catz berjalan lebih dulu. “Bye, pa, ma!”

Ke dua orang itu pun pamit pergi dan melangkah keluar rumah. Mark membantu membukakan pintu untuk Catz lalu segera duduk di bangku pengemudi dan mulai menjalankan mobilnya. Tidak lama terdengar bunyi ponsel.

Bukan punyaku, kata Catz dalam hati, berarti punya Mark. Ia melirik Mark yang mengambil ponsel dari dashboard mobil. Melihat layar ponselnya yang menampakkan nama Kevin. Mark tampak berubah jadi kaku dan tegang melihat siapa peneleponnya. Ia mematikan ponsel lalu menaruh kembali.

“Kok tidak di angkat?”tanya Catz heran.

“Tidak apa.”gumam Mark datar.

Dahi Catz mengenyit bingung. Sikapnya sama seperti beberapa waktu lalu di mana Mark tidak menjawab telepon dan berubah menjadi dingin. Apa penelepon sebelumnya juga Kevin? Tapi ia tidak berani menanyakan lagi.

“Hm…teman lo yang menikah teman kuliah atau…?”tanya Catz pelan.

“Teman kampus.”jawab Mark dengan nada biasa lagi.

“Oh oke.”sahut Catz mengangguk. “Gue pasang radio lagi ya?!”

“Silakan.”

Catz menyalakan radio. Duduk bersandar sambil mendengar lagu yang di putar di radio. Sesekali ia ikut menyanyi dan menggoyangkan kepala.

“Tiap hari lo selalu pulang sama teman lo ya?”

“Oh iya, namanya Ruby. Dia teman gue sejak kuliah. Kebetulan rumahnya dekat dan kita kerja di gedung yang sama, jadi pulang pergi bersama.”

“Oh.”sahut Mark. “Lo tidak ada rencana belajar menyetir motor atau mobil?!”

“Mama gue yang larang gue.”tukas Catz meringis. “Gara-gara dulu naik sepeda dan menabrak pagar rumah tetangga, sejak itu gue di larang mengemudi apapun.”

Refleks Mark tertawa. Reaksi itu cukup membuat Catz terkejut. Sekaligus malu. Pengalaman masa kecilnya cukup membuatnya malu.

“Kok bisa lo nabrak?!”tanya Mark sambil masih terkekeh.

“Gue lupa rem…”gumam Catz.

Mark kembali tertawa sambil menyetir. Untung lalu lintas malam itu tidak terlalu padat. “Maaf ya, gue jadi menertawakan lo!”

Catz nyengir. “Tidak apa. Gue sudah biasa. Semua orang yang tahu kejadian ini pasti pada tertawa. Apalagi kakak gue. Sampai sekarang saja masih suka godain gue.”

Mark tertawa pelan. “Ternyata lo lucu juga ya!”

“Baru tahu?!”sahut Catz tertawa.

“Kita sudah berteman selama seminggu lebih. Apa lo nyaman sama gue?”tanya Mark.

Catz menoleh menatapnya. Ia terkejut dengan pertanyaan Mark. “Hm gue nyaman sama lo. Lo enak di ajak ngobrol.”

Mark mengangguk. Ia menoleh dan tersenyum tipis. “Bagaimana jika kita lanjut ke tingkat yang lebih serius?”

Catz membelalakkan mata. Ia kembali kaget. “Lo yakin? Apa tidak terlalu cepat?! Belum juga sebulan dan lo ajak gue menikah?!!”serunya panik.

Mark tergelak keras. Sementara Catz menatap bingung sekaligus ngeri karena pria itu tertawa sambil menyetir.

“Ya ampun, Catz, lo lucu sekali!”tukas Mark mengusap air mata karena tertawa.

“Habis lo bilang tingkat lebih serius!”

Mark terkekeh sambil menggelengkan kepala. “Maksud gue, kita coba pacaran. Itu maksud gue dengan tingkat serius. Atau lo memang sudah mau menikah dengan gue?!!”ujarnya jahil.

Catz merasa wajahnya panas. Sangat panas. Dan ia malu setengah mati hingga rasanya ingin kabur dari mobil. “Jadi, gue yang salah tangkap ya?!”ujarnya meringis malu.

“Ya.”

“Jadi sekarang lo lagi nembak gue?”tanya Catz shock. Padahal ia mengharapkan seorang pria menembaknya dengan cara romantis. Di pantai atau mungkin di restoran dengan suasana romantis. Bukan di mobil seperti ini.

“Yah bisa dibilang begitu.”sahut Mark.

Catz terdiam. Ia masih kaget. Tidak mengira Mark akan menembaknya secepat ini. Ia melihat mobil mereka sudah masuk area hotel tempat pesta pernikahan teman Mark berlangsung.

“Jadi bagaimana?”tanya Mark setelah diam beberapa menit dan memarkir mobilnya. Ia memiringkan badan menatap Catz yang diam dengan wajah merah. “Apa lo mau mencoba ke tingkat yang lebih serius?”

Catz menoleh pelan. Menatap Mark dengan Jantung berdebar dan malu. “Mari kita coba…”lirihnya.

“Hah apa?! Lo bicara atau berbisik?!”

Catz menarik napas. “Iya mari kita coba!!!”pekiknya.

Mark tertawa seraya menutup telinganya. “Gue suka semangat lo!”

“Jadi, sekarang….kita….”gumam Catz malu-malu.

“Ya. Kita pacaran. Lo sudah jadi pacar gue.”ujar Mark pelan.

Mata Catz membulat. Masih tidak percaya kalau sekarang statusnya sudah berubah. Ia sudah tidak jomblo lagi. Senang? Tentu saja ia sangat senang. Kalau saja tidak ada Mark, mungkin ia sudah lompat sambil menjerit bahagia detik ini. Ia tidak tahan dan hanya bisa tertawa.

“Kenapa lo tertawa?!”

“Maaf…gue…gue Cuma bahagia karena akhirnya gue punya pacar….hahaha…ya ampun gue sudah kaya orang gila ya…”

Mark tertawa kecil. “Lo wanita yang lucu ya. Untuk selanjutnya jangan pakai lo gue lagi ya. Pakai aku kamu.”

Catz tersenyum lebar dan mengangguk. “Oke!”

“Kita turun yuk.”

“Siap!”

Mark tertawa. Ia membuka pintu dan turun lebih dulu lalu berjalan memutar untuk membukakan pintu bagi Catz. Catz keluar sambil tersenyum lebar. Wajahnya berbinar bahagia berjalan di sisi Mark. Ia melirik pria itu.

Catz sempat menangkap sorot mata sendu dari manik biru pria itu. Mark tampak muram. Apa dia terpaksa menembakku tadi ya, tanyanya dalam hati. Tapi Mark tersenyum ketika menoleh kepada Catz. Pria itu mengulurkan lengannya agar Catz bisa mengandengnya. Mata Catz melebar dan langsung menyusupkan tangan dengan tersipu malu. Berjalan berdampingan dengan tangan memegang lengannya membuat jantung Catz berdebar kencang.

Mereka tiba di lobby hotel lalu naik lift yang membawa ke lantai delapan, tempat ballroom pesta berada. Catz bergumam kagum melihat dekorasi ballroom yang indah dan mewah. Tercium aroma lezat hidangan yang tersaji di atas meja putih panjang. Suasana pun sudah ramai.

“Kita salami pengantinnya dulu ya.”

“Baiklah.”sahut Catz.

Mereka berjalan melewati kerumunan para tamu. Lalu berdiri mengantri bersama tamu lain yang ingin memberi selamat kepada pengantin. Catz melihat pasangan pengantin itu berdiri dengan senyum dan binar bahagia menghiasi wajah mereka. Yang wanita tampak cantik dan seperti dewi dengan gaun putih cantiknya. Dan sang pria tampak gagah dalam balutan jas putih.

“Temanmu yang pria atau wanita?”tanya Catz.

“Pria. Namanya Peter.”

“Oh. Ganteng juga ya. Seperti pangeran berkuda.”

Mark tertawa. “Kamu terlalu banyak membaca cerita!”

“Kamu tidak cemburu mendengar aku memuji pria lain?!”

“Untuk apa cemburu? Peter sudah menikah. Dan kamu sudah menjadi kekasihku kan?!”

Pipi Catz bersemu merah. “Bisa saja!”serunya menepuk lengan Mark.

“Hei Mark! Lo datang juga!”seru Peter ketika tiba giliran mereka bersalaman.

Mark tersenyum. “Selamat ya!!”

“Thanks!”sahut Peter menyambut jabat tangannya. Ia menyadari kehadiran Catz di samping Mark dan menatap dengan penasaran. “Siapa dia?!”

“Oh kenalkan ini Catrina. Pacar gue.”Ujar Mark.

Catz tersenyum sambil mengulurkan tangan untuk memberi selamat pada Peter.

“Wah akhirnya lo punya pacar juga ya! Setelah sekian lamanya…Selamat ya! Jangan pacaran lama-lama!”

Mark tertawa. “Sudah ah. Lihat tuh antrian jadi panjang!”

“Jadi, kita makan apa dulu?!”tanya Catz semangat setelah selesai memberi selamat.

Mark terkekeh. “Pasti ini bagian yang di tunggu ya!”

“Iya dunk!”sahut Catz tertawa malu.

“Aku ikut kamu saja.”

Catz menoleh pada Mark yang tersenyum padanya. Jarak wajah mereka begitu dekat. Begitu dekat hingga ia bisa melihat betapa indah mata biru di hadapannya. Ia merasa perutnya mulas dan jantungnya seperti hendak melompat keluar karena berdekatan dengan Mark.

“Hei kok malah melamun?!”tukas Mark melambaikan tangan di depan wajah Catz.

Catz tersadar. “Oh eh maaf, aku lagi berpikir mungkin kita bisa mulai makan siomay dulu.”gumamnya dengan wajah merona.

“As your wish, my lady.”

Catz mengulum senyum. Debar jantungnya semakin bertalu ketika Mark menggandeng tangannya. Ia melirik ke bawah. Melihat ke dua tangan mereka yang saling bertautan. Tangan Mark yang besar terasa hangat dan nyaman.

Duh Tuhanku, bantu aku menenangkan jantungku, batinnya. Kalau Ruby tahu pasti heboh!

Mark mengajak Catz ke stand siomay yang sudah ramai dengan antrian. Mereka pun mulai ikut antri. Mata Catz melirik menatap Mark dari samping. Mulutnya kembali tersenyum. Duh ganteng banget sih pacarku ini, pujinya dalam hati, dari samping saja sudah bikin ketar ketir begini. Lalu ia melihat  ke sekeliling ballroom. Makin malam makin banyak tamu undangan yang datang.

“Eh bagaimana kalau gue mengantri di stand puding? Lo tetap di sini.”ujar Catz.

Mark menatapnya dengan mata menyipit. “Kebiasaan lo gue nih.”

“Eh ya ampun maaf gue….eh salah….aku lupa! Maaf maaf!”sahut Catz terkekeh malu.

“Jangan lupa lagi.”

“Iya. Aku antri ambil puding ya.”

Mark mengangguk.

Catz pun segera melangkah menuju stand puding. Ikut berdiri antri dengan para tamu undangan yang lain. Ia menoleh dan mendapatkan Mark sedang memandangi dirinya.

Deg…jantungnya serasa berhenti berdetak melihat mata biru itu menatapnya. Ternyata dari tadi pria itu memandangi dirinya. Catz tersenyum gugup yang di balas oleh Mark lalu ia membuang pandangan ke arah lain.

“Duh kenapa lo malah natap gue sih? Gue sengaja pergi biar jantung gue tenang…”bisiknya.

“Maju, nona!”Tukas tamu yang berdiri di belakangnya.

Catz terkejut. Ia menoleh dengan malu karena ketahuan berbicara sendiri. “Eh iya, maaf ya bu…”gumamnya sambil melangkah maju.

“Pacarnya ya?!”

Catz kembali menoleh ke belakang. “Hah?!”

“Itu cowok yang lihatin dari tadi. Pacarnya kan?!”

“Oh iya, bu.”sahut Catz tersenyum.

“Dari tadi ibu lihat dia melihat kamu terus. Kayanya takut kamu hilang ya.”

Catz tertawa kecil. “Ibu bisa saja.”

“Pacarnya ganteng sekali loh. Kamu juga cantik. Serasi sekali.”

“Terima kasih, bu!”sahut Catz tersenyum bahagia.

Tiba giliran Catz untuk mengambil puding. Ia mengambil piring dan dua buah sendok. Matanya berkilat senang melihat puding dengan berbagai warna dan toping. Ia mengambil nyaris semua rasa puding.

“Duluan ya bu.”pamitnya pada tamu yang berbincang dengannya tadi. Ibu itu mengangguk tersenyum. Aroma manis puding tercium dan menggodanya. Tidak tahan, gadis itu memotong puding dan menyuapnya ke dalam mulut. Matanya terpejam sedetik merasakan manis dan lembutnya puding. “Duh enak sekali….”

“Lupa sama aku ya?!”

Catz terpekik kaget. Nyaris menjatuhkan piring pudingnya. Ia melihat Mark sudah berdiri di depannya dengan piring berisi siomay. “Ih bikin kaget!”

Mark tersenyum miring. “Siapa suruh kamu makan sendiri dan lupa sama aku?!”

Catz kembali tertawa pelan dengan malu. “Maaf deh, habis aku tidak tahan.”

“Dasar tukang makan!”ejek Mark tertawa.

Catz melihat Mark mengulurkan tangan. Ia mengira Mark ingin mencoba puding di piringnya. Tapi apa yang terjadi membuat tubuhnya terpaku dan ia menahan napas. Jari Mark mengusap lembut sudut bibir Catz. Matanya membulat menatap Mark.

“Mulutmu ada noda saos puding.”ujar Mark. Mata Catz semakin melebar karena Mark menghisap jari sisa saosnya.

“Eh iya, terima kasih.”sahut Catz dengan jantung bertalu kencang.

“Makan kok kaya anak kecil.”

Catz tertawa pelan. “Ih kamu sudah terkena virus kakakku kayanya nih. Meledek terus!”protesnya sengaja membuat mulutnya manyun.

“Tingkahmu lucu sih.”tukas Mark tersenyum sambil menyuap sepotong siomay.

“Mark?!”




Bersambung....

Kalau ada yg berkenan, boleh dukung aku di karya karsa ya 🙏
Akunku : agustine81
Thank you 🙏❤















I Lay My Love on YouWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu