BAB 3 - 2 | Tekanan Ibu

Mulai dari awal
                                    

"Ah, aku tinggal di kamar sebelah."

Chanyeol melirik dari ekor mata. Ia diam, penasaran.

Mangkok nasi ambil, "Orang tuamu?"

"Ibuku tinggal di Bucheon dan Ayahku di Seoul."

"Bercerai?" Mangkok penuh Baekhyun di kembalikan, gantian mengisi mangkok Chanyeol.

"...Ya, mereka bercerai saat aku kecil."

Ibu Chanyeol terdiam sejenak, lalu tangan yang mulai bergelambir itu mengambil lauk, meletakkan di atas piring Baekhyun. "Makanlah."

Mau tak mau perlakuan itu membuat sudut hati kecilnya terenyuh. Sudah lama ia tak merasakan kehangatan di antara anggota keluarga terutama seorang ibu. Tanpa sadar mata sipit malah berkaca-kaca. Tak sadar saat Chanyeol menghentikan kunyahan pada mulutnya dan memandangnya. "Terima kasih."

Ibu melirik Chanyeol sekejab, lalu kembali makan dengan khitmat. "Tapi Baekhyun masih sering bertemu ayahnya kan?"

Mahasiswa dengan kepala merah itu menggeleng, "tidak. Ayah sudah punya istri baru, rasanya agak sungkan untuk datang."

"Pantas saja," bisik Ibu Chanyeol, wanita itu melempar pandangan pada ranjang dengan sprei kelabu yang gelap.

"Ya?"

"Tidak, makan yang banyak, Baekhyun." Ibu Chanyeol tersenyum tipis, mata tak lepas memandangi sosok mahasiswa dari sang putra yang kini makan dengan lahab.

...

"Mr. Park dan Nyonya, terima kasih atas makanannya." Baekhyun membungkuk, tali tas punggung di cengkram erat.

"Ya. Jangan sungkan," sahut Ibu, berdiri di balik wastafel.

"Baekhyun, aku serius tentang jenis pakaian yang kau kenakan. Kenapa kau begitu keras kepala?" tanya Chanyeol agak heran sembari mengamati kemeja, kaos juga ripped jeans yang mengganggunya. Tubuh tinggi bersandar di dinding. Mengamati mahasiswanya yang tengah mengenakan sepatu dengan tajam.

"Aku suka dengan gaya pakaianku, Mr. Park. Lagipula kampus tidak pernah melarang jenis pakaian apapun yang dikenakan oleh mahasiswanya." Baekhyun mendongak, ia baru sadar kalau dosennya itu memang benar-benar tinggi dalam jarak sedekat ini. Kemana saja Baekhyun kemarin? Mata dengan manik coklet gelap menusuknya intens. Seolah mendorongnya masuk ke dalam lautan tanpa dasar yang begitu gelap. Tanpa segaris senyum dari bibir tebalnya.

"Kampus adalah kampus. Tapi aku punya aturan sendiri di kelasku. Ikuti atau kau tidak perlu masuk di kelasku dan dapat nilai E. Aku tidak masalah. Juga lakukan tugasmu sebagaimana PJMK pada umumnya."

Napasnya tercekat.

Baekhyun melempar pandangannya ke dinding polos dengan lukisan abstrak. Jantung berdetak dua kali lipat. Tatapan mata itu begitu tajam, perlahan menguliti Baekhyun hingga nyalinya menciut takut.

"Baik. Lainkali aku akan berpakaian lebih baik dan tidak telat," balas Baekhyun agak gugup. Kenop pintu di tarik, Baekhyun pamit pulang.

Sementara Chanyeol memutar mata malas, berdecak untuk kesekian kali.

"Wajahnya jelek sekali. Dia mau menangis atau apa?" gumam Chanyeol. "Hanya karena ucapanku?"

Bagi Chanyeol ucapannya memang agak pedas, ia terbiasa menegur mahasiswa yang memang keluar dari aturannya. Mungkin karena itu juga tak sedikit mahasiswa yang kurang suka pada dirinya.

Sekali lagi, Chanyeol tak masalah, tujuannya adalah baik.

Namun entah mengapa kali ini hatinya tak tenang.

Ia merasa bersalah. Sedikit. Apalagi di tambah dengan ucapan Ibu.

"Aku benar-benar tak suka pada orang dengan penampilan berantakan sepertinya."

Ucapan Ibu membuat Chanyeol terkesiap. Ia balik badan. Raut Ibu jauh berbeda. Tak ada seulas senyum saat berbicara.

"Saat melihat penampilannya, aku tahu ia anak bermasalah. Orang tuanya bercerai dan tak ada yang mengurusnya. Beruntung ia masih bisa mengucapkan salam dan terima kasih dengan baik." Dua pasang mata bertemu, "jangan terlalu dekat dengan mahasiswamu itu, Yeol."

Chanyeol terhenyak, bibir tebal di gigit. Itu memang benar. Baekhyun bukan anak polos yang gemar menghabiskan waktu di rumah. Ia adalah anak yang bebas dan mandiri, bolos, telat, hingga gemar pergi ke club malam, mabuk, dan semoga saja ia tak suka bermain dengan banyak perempuan.

Tapi rasanya ia tak suka saat Ibu berbicara seperti itu.

"Dia ... baik, Bu."

Walau nyatanya Chanyeol tidak tahu pasti.

"Entah dia baik atau tidak, yang paling penting jangan dekat dengannya."

Ibu berkemas, tas jinjing di angkat. Tubuh agak gemuk itu mendekat, memberi pelukan yang segera di sambut Chanyeol. "Urus saja dirimu, temukan wanita mana yang akan kau kenalkan pada Ibumu dalam waktu dekat. Kau sudah memasuki masa menikah, Chanyeol."

Pelukan dilepas, Ibu tersenyum lembut. Telapak mengusap bahu Chanyeol yang kaku. "Ibu pamit, sampai jumpa."

Meninggalkan sang putra dengan tekanan lebih besar dari sebelumnya.

|_______|

Tolong jangan dimasukkan hati kata-kata Ibunya Chanyeol ya. Cuma agak khawatir sama anaknya yang udah gede aja.

Sampai jumpa di bab selanjutnya!

MR. PARK [CHANBAEK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang