REASONS (27)

453 68 8
                                    

Dawon mendorong kursi roda Luda menyusuri taman rumah sakit. Ia berinisiatif menghibur saudarinya itu agar tak jenuh.

Dawon tak tau, mengapa ia bisa semudah itu memaafkan keluarga Kwon, terlebih Luda yang begitu sering mengucapkan kalimat kasar padanya.

Memilih berdamai dengan keadaan. Dawon pikir tak akan ada habisnya jika ia membalas perlakuan buruk keluarga Kwon.

Sejak pertemuan mereka di rumah sakit, juga permohonan keluarga Kwon yang meminta Dawon dan Seola untuk kembali, hubungan mereka perlahan mulai membaik. Tak ada lagi kebencian yang tertanam seperti sebelumnya.

Dawon menghentikan langkah tepat di hadapan sebuah air mancur. Merasa takjub dengan rumah sakit yang di bangun keluarga Kwon. Tak hanya fasilitas yang begitu lengkap, taman luas di sana juga begitu memanjakan mata untuk di pandang.

Dawon menunduk untuk menatap Luda, pemandangan indah di hadapan mereka sama sekali tak menarik bagi Luda.

Beberapa hari lalu, saat Dokter kembali melakukan pemeriksaan pada Luda. Hasil yang cukup membuat mereka semua kalut.

Luda juga mengetahuinya. Hidupnya yang mungkin hanya tinggal hitungan bulan, tubuh lemahnya yang semakin kurus, Luda bahkan sudah tak mampu untuk menopang tubuhnya.

Seolah tau apa yang sedang Luda pikirkan, Dawon tampak berpindah posisi, gadis itu berjongkok tepat di hadapan Luda.

"Aku mengajakmu kemari bukan untuk bersedih." ucap Dawon.

Luda hanya menatap sayu pada saudarinya itu. Mencoba memaksakan senyumnya di hadapan Dawon. Ia bahagia sejak Dawon dan Seola kembali. Namun ia sedih karna penyakitnya mungkin tak bisa membuatnya lebih lama menghabiskan waktu bersama Dawon dan Seola.

Dawon tampak mengusap lembut punggung tangan Luda. Melihat betapa kurus tubuh Luda sekarang, berhasil membuat dada Dawon sesak. Ia tampak memalingkan wajah saat sesuatu terasa ingin keluar dari pelupuk matanya.

Menarik nafas lalu ia hembuskan perlahan.

"Dawon-ah.

Panggilan lirih itu membuat Dawon kembali menatap Luda.

"Boleh aku minta sesuatu padamu?"

Dawon mengangguk cepat.

"Aku ingin kau menggendongku berkeliling taman, bisakah?"

Permintaan sederhana yang tak Dawon sangka akan terlontar dari bibir Luda. Namun sekali lagi Dawon mengangguk cepat. Ia sudah berjanji akan menuruti semua permintaan Luda.

Dawon memposisikan punggungnya tepat di hadapan Luda. Perlahan ia menarik kedua tangan Luda hingga kini tubuh Luda sudah berada di atas punggungnya.

"Jangankan berkeliling taman, berkeliling dunia pun akan ku turuti." ucap Dawon di sertai kekehan pelan.

Luda yang mendengar pun ikut terkekeh.

Dawon mulai melangkah, cuaca cukup mendukung untuk mereka pergi jalan-jalan.

"Apa aku berat?"

Dawon menggeleng.

"Setelah ini kau harus menambah berat badanmu." ucap Dawon

"Jika berat badanku bertambah, nanti kau tak kuat menggendongku. Kau saja sangat kurus."

"Hey, jangan meremehkanku. Aku ini gadis tangguh."

Beberapa pasang mata di sana tampak menatap iri pada hubungan persaudaraan Dawon dan Luda. Keduanya terlihat seperti kakak beradik yang saling menyayangi.

REASONSWhere stories live. Discover now