REASONS (0)

1.5K 82 8
                                    

Adakah yang lebih menyakitkan dari sebuah pengkhianatan?

Kwon Yuri menatap penuh kekecewaan pada pria yang berlutut di hadapannya. Tak lupa sosok wanita yang berada di sebelah pria itu.

Dua orang di hadapannya saat ini, orang-orang yang sudah menghancurkan kepercayaannya.

"Mianhae, tapi aku benar-benar tak bisa meninggalkannya."

Jiyong menatap penuh sesal pada Yuri. Merasa bersalah atas apa yang ia lakukan pada istri sahnya itu.

"Eomma."

Dua gadis kecil yang sejak tadi menyimak pertengkaran tiga orang di hadapannya, salah satu dari gadis itu tampak mendekati sang Ibu lalu memeluk kaki Ibunya.

"Gwenchana sayang." ucap Sandara mencoba menenangkan putri bungsunya yang terlihat ketakutan.

Yuri tampak memalingkan wajah, bagaimana mungkin sahabatnya sendiri mengkhianatinya? Diam-diam menjalin hubungan dengan pria yang tak lain adalah suaminya.

"Kau bisa memilih sekarang."

Jiyong mendongak, menatap penuh tanya pada Yuri.

"Aku atau wanita simpananmu."

"Yuri-ya..."

"Jika kau memilih dia, maka aku yang akan pergi dari sini."

Jiyong maupun Sandara tentu terkejut.

"Yuri..."

"Geurae, biar aku yang pergi."

Yuri beranjak, bergegas pergi ke kamarnya untuk membereskan pakaian yang akan ia bawa.

"Anak-anak akan ikut bersamaku, dan jangan harap kau bisa menemui mereka." ucap Yuri pada Jiyong.

Jiyong tampak menggeleng. Bukan ini yang ia inginkan. Ia tak ingin jauh dari putri-putrinya.

"Yuri-ya, ku mohon jangan seperti ini." ucap Jiyong seraya menahan pergerakan Yuri.

Sandara melihatnya, kekacauan yang terjadi akibat hubungan terlarangnya dengan Jiyong. Harusnya sejak awal ia menjauh dari Jiyong yang sudah jelas akan di jodohkan dengan Yuri.

"Aku yang akan pergi." ucap Sandara, membuat Yuri dan Jiyong kini menatap ke arahnya.

"Mianhae karna sudah menjadi sahabat yang buruk untukmu. Setelah ini aku akan pergi, aku janji tak akan mengganggu kalian."

Sandara menatap Yuri yang juga tengah menatapnya. Lalu beralih menatap Jiyong, tatapan itu seolah memberitahu Jiyong jika keputusan ini adalah yang terbaik.

Perlahan Sandara meraih tangan mungil kedua putrinya lalu menuntunnya untuk pergi.

Satu gadis terlihat menoleh ke belakang, melihat sang Ayah yang hanya diam menatap kepergiannya. Usianya memang terbilang kecil, namun gadis itu mampu mencerna apa yang baru saja ia lihat dan ia dengar.

.

.

.

Kwon Seola

Kwon Seola

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
REASONSWhere stories live. Discover now