Aku mengernyitkan dahi tanda protes. Namun begitu melirik ke arah Kai, ia hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi. Bahkan ia tampak tidak peduli terhadap raut kebingungan yang aku layangkan kepadanya. Hingga kedua senior itu berlalu, barulah Kai bergerak beranjak mendekati motornya tanpa sempat mengatakan sepatah katapun kepadaku.
"Thanks. T-Tapi gue gak paham kenapa lo harus bilang gitu."
Saat sudah mengenakan helm dan menyalakan mesin motornya, barulah Kai menjawab, "Mendingan lo balik sekarang."
Aku mengerutkan alis bingung, "Gak bisa. Kati— maksud gue, temen gue masih di dalam sana. Emang ada apa sih?"
Kai menatapku tajam dari atas hingga bawah. Harusnya ia paham sejak dari tadi aku belum pulang ke rumah karena pakaianku masih sama dengan dress code yang dipakai saat closing ospek.
"Jadi lo gak mau pulang?"
Saat aku menggeleng, Kai langsung menghela napas panjang. Kemudian, ia memastikan mesin motornya dan melepas helmnya lagi. Lalu ia duduk di kursi panjang yang sebelumnya aku tempati.
Aku yang bingung lantas menghampirinya, "Ada apaan sih?"
"Mending lo diem aja. Tunggu sampai cowok lo keluar," balasnya tanpa menatapku sedikitpun.
"Oke, tapi kenapa? Kenapa lo gak pulang? Gue bisa nunggu sendiri kok."
Entah sudah ke berapa kalinya ia mendengus kesal, "Gak aman buat lo."
Aku tercenung selama beberapa saat. Mengingat apa yang telah ia lakukan dulu kepadaku saat Adam ke kampus, membuatku mau tak mau memutuskan untuk diam dan mengambil tempat untuk duduk di sebelahnya.
"Tadi lo ada urusan apa sama dua senior tadi?" Tanyaku membuka pembicaraan.
"Kasih kunci laboratorium."
Aku menautkan kedua alisku, "Lo habis dari kampus? Bukannya semua matkul ditiadakan ya hari ini?"
"Iya."
"Terus?"
"Ada urusan."
"Oh, oke."
Tidak salah kan jika aku mengatakan bahwa Kai itu misterius? Bahkan sedari tadi obrolan kami lebih terlihat seperti interview, aku terus bertanya dan dia terus menjawab.
Kemudian, percakapan kami pun hilang seolah tertiup angin. Ia terus menatap ke arah depan dengan ekspresi yang masih sama. Sedangkan aku yang berusaha mencari topik yang tepat lantas kembali bertanya.
"Lo tadi lihat pas bagian konser RAN gak? Seru banget. Gue gak nyangka kampus kita manggil mereka buat closing ospek," sahutku bersemangat. Tapi ia masih belum menanggapi. "Mana tadi isinya konyol banget gue, Jihan, Bella, sama Cantika pas di tengah kerumunan. Lo harus lihat pas gue lompat-lompat gak jelas terus—"
"Gue lihat."
Aku menoleh ke arahnya, "Hah?"
Kai balik menatapku, "Iya. Gue lihat."
Ingin sekali menayakan maksud dari jawabannya itu. Namun diwaktu yang bersamaan, suara pintu yang terbuka dari dalam pun menyeruak. Tak lama kemudian, Kak Ace berjalan mendekat dengan santai seraya memainkan kunci motornya dari arah belakang.
"Kei? Ini aku udah selesai."
Begitu mendengar Kak Ace bersuara menyebut namaku, Kai langsung buru-buru beranjak dari posisinya dan tancap gas menaiki motornya. Semula Kak Ace hanya kebingungan melihat sosok Kai yang langsung pergi, lalu berujung melupakannya begitu ia duduk di sebelahku.
VOUS LISEZ
if only,
Roman d'amourKeira bertemu dengannya Agustus lalu, saat hari pertama ospek fakultas dilaksanakan. Semula yang terasa hanyalah percikan, bisa terabai. Tapi bagaimana ia bertutur dan berperilaku, pada akhirnya Keira merasa jatuh. Meski selama itu, tiada kata pasti...
i understood what he meant [part 3]
Depuis le début
