Villain 67

38.5K 4.4K 120
                                    

Bumi dulunya hanya berupa planet dengan daratan dan lautan. Kosong. Tanpa ada satu pun hewan atau tumbuhan yang menghuninya. Seorang dewi kemudian terlahir dari cahaya matahari dan bulan. Bersamaan dengan lahirnya para makhluk purba. Dewi yang menamai dirinya sebagai Anthia Zenoa Claramel itu menciptakan tanaman dan beberapa hewan pemakan tumbuhan.

Daratan dan lautan mulai terisi oleh makhluk hidup. Tak lama kemudian, seorang Dewa terlahir dari kehidupan bumi yang baru dimulai. Dewa itu adalah Andersen, Dewa Kehidupan. Dan, lahirlah makhluk baru yang menghuni bumi. Manusia.

Kehidupan di bumi jadi semakin ramai. Manusia memanfaatkan apa yang diciptakan oleh Anthia. Mereka berternak. Berkebun. Dan, berburu untuk bertahan hidup. Juga berperang. Saling membunuh. Menghancurkan. Dan, melakukan banyak kejahatan yang melahirkan dewa dewi baru. Dewa perang, dewi kematian, dewa kehancuran, dan masih banyak lagi. Mereka adalah dewa dan dewi yang disembah oleh manusia. Berbeda dengan Anthia yang tidak suka dikenal oleh manusia. Menurut Anthia, manusia adalah makhluk yang suka menghancurkan alam demi keserakahan mereka. Karena itu, Anthia tidak pernah menampakkan wujudnya di hadapan manusia. Atau, sekadar menunjukkan eksistensinya. Itulah yang menyebabkan tidak ada catatan apapun soal Dewi Alam alias Anthia.

Bersamaan dengan kelahiran dewa dan dewi lain, makhluk-makhluk mistis lain juga lahir. Iblis. Demonic. Siren. Mermaid. Kraken. Dan, masih banyak lagi. Mereka lahir dengan kemampuan mereka sendiri. Seperti Siren yang memancing manusia dengan nyanyian mereka yang merdu. Iblis yang menggoda manusia untuk berbuat jahat dan memakan nafsu mereka. Dan, Demonic yang memperpanjang hidupnya dengan memakan manusia yang dibunuh oleh korban dari kemampuannya dalam memberikan perasaan negatif.

Anthia dan Andersen tinggal dalam dunianya sendiri yang disebut 'Panorama'. Sementara, dewa dan dewi lain tinggal bersama dalam sebuah tempat bernama 'Pandora'.

"Kau harus mengatur jumlah hewan yang ada agar alam bisa menjaga keseimbangannya." kata Andersen pada Anthia yang dengan santai tidur di atas kasur awannya sambil makan anggur.

"Tidak perlu! Alam bisa mencari cara sendiri untuk menjaga keseimbangannya. Aku tidak perlu ikut campur." jawab Anthia malas.

Adiknya ini tidak pernah kehabisan cara untuk mengganggu waktu santainya. Entah dengan menyuruh Anthia menghitung jumlah hewan yang dia ciptakan. Mengatur kelahiran dan kematian hewan. Menciptakan jenis hewan baru. Melihat sikap dan sifat hewan yang dia ciptakan. Blablabla.

"Apa kau tahu mana hewan buas dan bukan?" tanya Andersen sembari mengambil anggur Anthia.

Dewi pertama sekaligus terkuat itu langsung memukul tangan adiknya. Membuat Andersen mau tidak mau harus melepaskan sebutir anggur dari tangannya.

"Hewan buas wajahnya menyeramkan. Kalau yang jinak terlihat lucu." kata Anthia. Masih merebahkan dirinya di atas kasur awan. Sama sekali tidak peduli dengan Andersen.

"Bagaimana kalau ada hewan buas berwajah lucu?" tanya Andersen lagi.

Kakaknya ini terlalu menyepelekan statusnya sebagai Dewi Alam. Bisa-bisanya dia terus menciptakan hewan tanpa mengetahui karateristik mereka. Manusia yang hanya makhluk tanpa kekuatan saja tahu lebih banyak soal hewan dan tanaman yang Anthia ciptakan daripada penciptanya sendiri.

"Tenang saja! Aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku ke bumi. Jadi, tidak masalah jika ada hewan buas berwajah lucu." kata Anthia tak peduli.

Andersen menghela nafas. Bukankah rasa benci Anthia pada manusia terlalu berlebihan?

"Kau tahu makhluk purba?" tanya Andersen.

Dia menjetikkan jarinya. Sebuah kursi awan muncul di sebelah kasur awan Anthia. Pembicaraan Andersen dengan Anthia akan sangat panjang.

I'm The Villain's Mom✔ [TERBIT]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ