"Ayo, cepat! Karaka masih belum sadar kita disini." Teriak Aria yang segera dituruti tim Bam.
Sementara Aria membuat perisai, Endorsi menteleport teman temannya ke seberang jalan dengan Bong-bong bergantian. Bantuan alat alat sakti Evan mempercepat Aria dan kawan kawannya menyebrang ke seberang jalan.
Semuanya berjalan lancar.
Setidaknya sebelum Karaka muncul dibelakang Aria di detik-detik terakhir.
"... Dimana Jue Viole Grace?" tanyanya.
Seluruh reguler disana membeku ketakutan ditempatnya masing masing. Aria sedikit menoleh ke arah Dewa FUG itu dengan ragu, takut taku dia ditebas atau dijatuhi serangan bola hitamnya. Sosok berbaju full armor itu menatapi seluruh reguler di hadapannya satu persatu dan tatapannya berhenti di Aria.
"... Apa yang Zahard's Mad Dog lakukan disini? Bukankah seharusnya kamu berada di sisi tuanmu dan mematuhi perintahnya layaknya anjing yang baik?"
Aria tersenyum tipis. "Justru aku yang harusnya tanya begitu. Kau takut posisimu sebagai murid kesayangan Jinsung dan Dewa FUG terkuat saat ini dilengserkan Bam? Hahaha, lucu. Ranker takut dilengserkan regular sampai sampai datang kesini tanpa sepengetahuan Jinsung."
Ucapan Aria sepertinya sedikit mencoreng harga diri dan kesabaran Karaka hingga lelaki itu diam diam menciptakan bola hitam di tangannya. Ehwa dan Endorsi langsung banjir keringat dingin mendengar perkataan sarkas Aria. Bukannya membantu, malah bisa bisa mereka mati konyol disini.
"Sepertinya aku perlu membungkam mulut lancangmu agar Jue Viole Grace keluar."
"Ah, itu pun kalau kau siap diburu oleh Tuan Putri Maschenny."
Diseberang, Bam yang mendengar perkataan Karaka menjadi ragu. Teman temannya ada didalam bahaya dan dia hanya terdiam di posisinya memikirkan keputusan. Ia pun berlari ke arah Karaka setelah memakai wig panjangnya sebagai penyamaran.
"Lepaskan mereka."
Aria yang mendapati Bam mendekat terkejut. "Kau cari mati, Viole? Dia berbahaya."
"Dia membahayakan kalian dan itu karena ia mencariku."
Dengan penuh keraguan, Aria mendekati Ehwa dan Endorsi di belakangnya. "Apa maumu? Aku yakin kamu kesini bukan hanya untuk berbincang dengan Viole."
Karaka menoleh ke arah Aria di belakangnya lalu mengangguk kecil. "Dia mengganggu kebangkitan seorang pembunuh kuno FUG. Aku kemari untuk menyempurnakan kebangkitannya."
"Pembunuh kuno FUG? Wait--- Dia bicara soal kebangkitan White? God, aku juga mau bantu bantu. Siapa tau dia naksir saya trus jadian, ea ea ea." --- "Maksudmu Slayer White? Masuk akal... Dia mengerikan sesuai gelarnya dulu..."
Aria menatap Endorsi sembari mengkode gadis itu untuk pergi selagi Karaka terkecoh.
"Bong-bong tenaganya sudah terkuras banyak. Aku hanya bisa bawa 2 orang... "
Langsung saja Aria misuh-misuh ditempat. Sudah lighthouse nya rusak, rekannya sudah di kereta semua pula. Evan juga tidak mungkin mendatangi mereka langsung, Yuri apalagi.
"Aku dan nona Ehwa akan tetap disini."
"Hah? Jangan bercanda! Kalian sama saja bunuh diri!" Ucap Aria kepada si Ksatria. Namun Ehwa tersenyum ke arah Aria. Seakan gadis itu mengatakan kalau ia akan baik baik saja.
Langsung saja Endorsi mengkode Bam agar mengalihkan perhatian Karaka sejenak. "Bagaimana denganmu, Aria?"
"Pikirkan saja bagaimana kau akan kabur. Aku baik-baik saja." Balas Aria santai.
Ia menatap ke arah kereta sejenak lalu mengenggam tangan Ehwa dan Knight lalu memasang barier untuk melindungi mereka. tepat setelahnya, Yuri melancarkan serangan Rose Shower miliknya yang membuat Endorsi berhasil kabur meski harus meninggalkan Aria, Ehwa dan si Knight.
"Ehwa! Aria!" teriak Bam sembari meronta ketika dibawa Endorsi memasuki kereta.
"Mereka akan baik-baik saja! Tenanglah dan kita berlindung di kereta dulu!"
Bong-bong pun berhasil mengantar mereka sampai didalam kereta. Khun, Rak, dan beberapa rekan lainnya berdiri didalam menunggu kedatangan sisa tim yang tertinggal. Melihat hanya Bam dan Endorsi yang kembali, Nyxeon langsung terheran.
"... Mana nona Ehwa dan Aria?"
Bam langsung jatuh terduduk dan menangis dalam diam. "... Maaf... Kami gagal membawanya."
Rahang Aeden jatuh seketika. "Hah?! Dia masih diluar sana?!"
"Bong-bong kehabisan tenaga jadi aku hanya bisa membawa Bam." Endorsi mengepalkan jarinya. "... Maaf."
Meski Aria Irregular, lawannya kali ini adalah pembunuh FUG yang bertalenta dan statusnya juga Ranker. Meski Aria sempat berseteru dengan beberapa ranker sebelumnya, tapi ia sama sekali belum mengenal seperti apa gaya bertarung Karaka. Itu yang membuat Aeden panik dan ketakutan.
Takut Aria tak akan kembali.
"Jangan... Aku tak boleh kehilangan seseorang yang kusayang untuk kedua kalinya!"
Belum sempat Aeden melangkah keluar dari kereta, Nyxeon menarik pemuda itu hingga jatuh kebelakang. "Jangan bertindak gegabah. Dia pasti baik baik saja."
"Kau tau apa?! Lawannya itu ranker!"
Nyxeon mendengus. "Dia kan Zahard's Mad Dog. Mana mungkin dia membiarkan dirinya mati konyol di tangan FUG?"
Pemuda khun itu menatap Aeden malas. "Aku tau kau menyayanginya, tapi pakai otakmu itu."
"Cepat atau lambat, dia akan menemui kita."
•••
Halo halooo saya kembali OvO
Maafkan saya ngilang berbulan bulan (Otw satu tahun klo comebacknya pas maret)
Anyway, mungkin alurnya bakalan kurombak sedikit dan kebetulan aku dapet gambaran endingnya. ya walau di TOG Webtoon blm tamat tapi ya sekedar ide sliweran aja si.
Maunya sad end tp kasian si Aria.
But... Who knows?
Gimana? Enaknya klo udah mendekati ending langsung kutamatin dengan alur buatan sendiri atau tetep ngikut Webtoon?
Bantu kasi saran ya, thankyouuu
YOU ARE READING
Missing Control • TOG Fanfiction
FanfictionKecelakaan maut beruntun merenggut nyawa seorang mahasiswi. Dia sedang dalam perjalanan menuju kampus di semester ke 3 nya, namun naas, nyawanya telah direnggut terlebih dahulu. Dan ketika membuka matanya, ia melihat sosok pria tinggi berambut pira...
Missing Control • S2 • 26
Start from the beginning
