Missing Control • 04

591 87 5
                                    

Iris merah Aria perlahan terlihat dibalik kelopak matanya. Silau cahaya lampu membuatnya harus menyesuaikan ulang pengelihatanya. Meski butuh beberapa menit, ia bisa melihat dengan jelas lingkungan sekitarnya.

Ini kamarnya Zahard.

"Bukanya aku di kediaman Keluarga Ha ya? Kok--" sebelum Aria menyelesaikan kalimatnya, pintu kamar terbuka lebar, memperlihatkan sosok Adori di sana.

"Sudah enakan?" tanya Adori dengan nada lembut serta senyuman. Meski tidak lebar, tapi membuat Aria speechlees. Ini pertama kalinya dia melihat senyuman Adori. Secara dia belum debut full visual di webtoonya.

"Ah-- iya. Sudah enakan." jawab Aria setelah tersadar.

"Baguslah. Kamu tertidur 1 minggu penuh setelah ditendang oleh Yuri. Beberapa tulang rusuk dan organ mu juga sedikit rusak akibat dirimu yang memaksakan diri latihan melawan Yurin." Adori menjelaskan seraya mendekat ke kasur yang Aria tempati.

Dia menarik sebuah kursi kayu dan duduk di sebelah kiri Aria. "Beruntung Tuan Gustang bisa diminta kerja sama sehingga dia membantu pemulihan mu."

"Hubungan ayah dengan Tuan Gustang kan... Kurang baik..." tentu mengherankan. Masa iya, Gustang yang ada masalah sama Zahard sampai repot nolongin dia?

"Aku tau itu. Aku sendiri tidak paham bagaimana Tuan Gustang mengiyakan kemauan Ayah." balas Adori jujur.

"Gustang kenapa sus ya..."

"Oh, anak Nona Yurin tadi kemari dan menitipkan ini kepadaku."

Adori merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah anting anting berwarna merah dengan bandul kupu kupu merah pula. Anting anting itu sepertinya memang hanya untuk sebelah telinga, karena Adori hanya menunjukkan satu.

"Siapa?"

"Aeden Ha."

•••

Zahard berjalan malas ke arah ruang rapat. Pakaianya sekarang tidak seperti yang Claude De Agler Obelia kenakan. Balutan piayama menggoda iman itu berubah menjadi armor yang selalu ia kenakan ketika acara penting. Dilengkapi jubah merah dan juga anting tiga mata warna merah pula.

Ia membuka sebuah pintu ruangan yang sudah diisi 10 keluarga agung.

Hari ini mereka rapat dadakan karena salah satu dari mereka ingin menyelenggarakan acara.

"Tumben sekali kalian datang menemuiku langsung. Bukanya menyuruh keluarga kalian." tanya Zahard setengah menyindir.

Edahn mendengkus. "Heh raja ngenes, sebaiknya cepat mulai rapatnya. Aku lelah menunggu."

"Bilang saja akau ingin menambah selirmu, belut listrik." Zahard membalas perkataan Edahn dengan datar.

Mendengar kata 'Belut Listrik', Edahn naik pitam. Dia paling anti dengan julukan tersebut.

"Sudah ku katakan, jangan memanggilku belut, sialan."

"Oh, maaf." wajah Zahard terlalu datar untuk disebut mengakui kesalahanya.

Gustang berdeham. "Sebaiknya kita mulai. Apa yang ingin kau ajukan, Yeon Hana?"

"Terimakasih bantuanya. Mengenai itu, aku berencana membuat organisasi khusus. Atau tepatnya... Secret Intelegent Force?"

Alis Zahard berkerut. "Untuk apa?" 

"Beberapa anakku melaporkan adanya gerak gerik mencurigakan dari prasasti kuno yang dulu kita gunakan untuk menyegel lima roh agung itu." balas Hana.

Semua kepala keluarga menatap wanita itu penuh rasa heran dan terkejut. Puluhan bahkan ratusan ribu tahun telah berlalu semenjak mereka menyegel 5 petarung tangguh dari salah satu lantai menara. Alasan Zahard memutuskan penyegelan, tentu karena 5 petarung itu tak akan pernah menerima Zahard sebagai Raja Menara dan berpotensi memberontak.

"Zahard, bocah itu menantimu dari tadi."

Zahard kebingungan lalu menoleh ke arah pintu. Dimana Aria sedikit mengintip dibalik pintu. Dia kepo dengan apa yang dibincangkan, tapi dia juga ingin meminta izin dengan ayah barunya itu.

"Ada apa?"

Suara Zahard yang tadi dingin,berubah menjadi kalem. Tentu menimbulkan pertanyaan besar untuk keluarga agung lain. Jarang jarang Zahard bisa kalem kepada orang.

Aria perlahan masuk ke ruangan itu lalu menoleh ke arah Zahard. "Aku akan berangkat."

"Menaiki menara?" Aria mengangguk.

"Bersama Aeden."

Zahard melirik Yurin sekilas lalu menatap Aria kembali. "Hati hati. Jangan mati dulu."

Aria tersenyum lebar. "Tentu!"

Gadis itu menatap seluruh kepala keluarga secara bergantian lalu menunduk hormat. "Senang berjumpa dengan anda sekalian. Saya, Arianna."

"Zahard... Aku tidak tau kau menyimpan gadis muda ini untuk dirimu sendiri..." celetuk Edahn syok. Zahard menatap sengit Edahn.

"Dia muridku." Aria mengangguk membenarkan.

"Yakin?"

"Tanya saja sendiri."

Edahn memasang senyumana menggoda andalanya. Lumayan,nemu cewe cantik. "Nona, kamu yakin mau sama Zahard? Nggak sama aku aja?"

Aria menghilangkan senyumanya. "Uhm... melihat record kematian anak anak Khun karena persaingan yang tinggi, saya rasa anda cukup buruk dalam mengasuh anak."

"Jadi, jawaban saya, TIDAK."

Edahn benar benar tertohok. Jarang ada waita yang menolak dirinya secara mentah mentah. Ia sekarang malah ditolak Irregular bau minyak telon.

"Tapi saya merasa terhormat jika suatu waktu saya diizinkan berkencan dengan Asensio yang lemah lembut dan gentleman."

Gelak tawa Yurin sudah pecah, dia terjatuh dari kursi dan berguling guling di lantai. Hon tak kalah parah, dia berusaha tidak tertawa lepas agar image nya tidak rusak. Sehingga dia tertawa dalam diam sampai menangis. Gustang tertawa meremehkan, Blossom tersenyum tipis dan Zahard menahan tawanya dengan menutup mulut menggunakan punggung tangan.

Edahn tersenyum miris dengan perkataan menohok Aria. Ini pertama kalinya dia tertolak dan dilempari kalimat sadis oleh perempuan. Sekalipun Yurin sering memakinya, tidak ada yang sekejam mulut Aria barusan.

"Zahard."

"Hm?"

"Terima kasih. Aku pamit."

•••

Missing Control • TOG FanfictionWhere stories live. Discover now