Missing Control • S2 • 25

Bắt đầu từ đầu
                                        

"Gue mau beli jajan bentar." Ucap Aria lalu pergi tanpa berkata apa apa lagi.

Aeden hanya sempat mengangguk lalu mendekati kaca besar untuk melihat arena bertarungnya. Sementara Aria membeli sebungkus camilan di food center untuk ia makan selama pertunjukan Elaine.

"Keripik kentang 1." --- "Keripik kentang, dua bungkus."

Aria menoleh ke sebelahnya dan mendapati sosok pemuda berambut pirang berdiri diebelahnya. Pemuda itupun menoleh ke arahnya dengan pandangan terkejut.

"Maaf, keripik kentang nya tinggal satu..." ucap si pelayan ragu.

Pemuda itu menoleh lagi ke arah pelayan. "Buatnya saja. Aku bisa beli lain kali." Ucap si pemuda itu sambil tersenyum.

Keripik kentang terakhir itupun diberikan kepada Aria dan dibayar olehnya. Sementara pemuda itu berjalan mundur sedikit lalu menatap anting anting di telinga Aria.

"Anting anting yang bagus." Ucapnya.

Aria tersentak karena ia kira pemuda itu sudah pergi. "A-ah. Terima kasih. Sahabatku yang memberikannya."

"Hm? Begitukah? Siapa namanya?"

"Aeden Ha."

Pemuda itu tersenyum. "Nama yang bagus."

Tiba tiba ia mengulurkan tangannya. "Namaku Zen. Salam kenal."

Awalnya Aria ragu dengan uluran itu. Tapi ia tetap saja menerima nya sambil tersenyum lembut.

"Arianna Zahard. Senang bisa mengenalmu, Zen."

Secara sepihak, Aria melepaskan jabatannya dan pergi setelah melambaikan tangannya ke arah Zen yang diam ditempat sembari terus menatapi nya.

"... Kuakui dia lebih cantik kalau dilihat secara langsung." --- "Aeden, Aeden... Apa jadinya kalau dia tau kau menyukainya karena dia mirip dengan Irysen?"

"Ah? Kok Aeden?... Harusnya William, 'kan?" Gumamnya lalu pergi ke tempat lain untuk membeli minuman.

***

Beberapa menit menunggu, akhirnya pelelangan dimulai. Semua tamu menantikan barang apa yang akan dilelang kali ini. Tapi ketika melihat Elaine keluar dengan tanpa mengenakan topeng, semua penonton histeris.

"KAK ELAINE! AKU PADAMU KAK!!" teriak Elanie heboh bukan main di tempatnya.

Ditempat lain, Jinsung menatap lamat gadis itu. "Betapa luar biasa cantik dan berbakatnya dia... untuk dibuang oleh keluarganya."

Elaine yang mendengar teriakan saudarinya, menoleh ke arah suara itu datang. Ia melemparkan senyuman sebelum akhirnya melepas sepatun dan naik ke panggung.

"Please... Cantik banget. Naksir kakak sendiri boleh kan?" Tanya Elanie pelan.

"Harusnya haram. Tapi disini mah halal halal bae." Jawab Aeden seadanya.

Ruang penonton heboh kembali ketika Elaine menunjukkan bakatnya bermain senjata di atas panggung. Banyak pasang mata menatap kearahnya dan menginginkannya.

Tepat setelah ia menujukkan bakatnya, para penawar bersiap membeli gadis itu.

Tapi semua harga yang mereka lontarkan langsung kalah dengan harga yang Jinsung tawarkan.

"10 Miliar poin." Ucapnya enteng.

"10 miliar?! Kau bisa membeli seluruh armada perang dengan angka sebanyak itu!!" Teriak salah satu petinggi Keluarga Ha yang diutus oleh Yuri.

"Ya, itu tidak banyak." --- "Jika untuk sekedar menyenangkan hati murid."

Ia lalu pergi untuk membayar uangnya dimuka. Atas ucapan Hwaryun kemarin, Jinsung langsung berhenti di stasiun itu dan mengabulkan kemauan murid sekaligus Dewa FUG itu.

Pelelangan selesai, Aria dan tim nya segera kembali ke kediaman bernama untuk membawa barang barang mereka dan naik kereta.

"Ketemu Karaka nih?" Tanya Nyxeon ketika melihat salah satu pintu kereta terbuka dengan Yuri dan Evan disana.

Aria mengangguk. "Masuk aja dah. Ga usah maen maen."

Pergi ke sisi Yuri, ia sedang marah marah kepada ranker utusannya.

"Aku sudah bilang kepadamu untuk membeli apapun yang mereka lelang, kan?!" Bentak Yuri kesal.

"I-iya tuan putri. Tapi harga penawarannya itu terlalu tinggi..."

"Aku akan membantumu soal tawarannya." Jawab Yuri lagi sembari menghela nafas.

"Saya tau. Tapi harga yang ditawarkan... senjumlah 10 miliar poin."

Yuri dan Evan tersentak kaget. "Saya tidak mempermasalahkan uangnya. Tapi yang dilelang kali ini bukanlah si pembunuh FUG. Melainkan seorang gadis yang tak tau asal usulnya."

"Jadi saya ragu untuk menawarkan harga yang tinggi..."

Yuri bertanya. "10 miliar poin untuk seoranf regular? Kau tidak salah dengar kan?"

"Tidak, Tuan Putri. Saya mendengar dengan jelas nominal yang ia sebutkan. Dia juga membayar uangnya dimuka." Jelas lawan bicara.

Kesekia kalinya Yuri menghela nafas dan mengakhiri percakapannya. Tak ada yang bisa ia bicarakan lagi dengan orang suruhannya itu.

Sebelum sebuah pesan mengejutkannya juga evan

Nyonya Khun Maschenny :

Hubungi aku.

***

Missing Control • TOG FanfictionNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ