Part 20 - Daily live

3 0 0
                                    

"Kita mau kemana?" Tanyaku pada Ardo yang sedang berdiri di ruang tengah sambil memegang hp. Dia menggaruk kepalanya sebentar dan senyum kecil. "Don't say you haven't idea." Aku mulai berkacak pinggang.

"I just confuse."

"of what?"

"Where to go."

"Aaand, Do you have any list?"Kali ini tanganku bersedekap di dada mencoba menantangnya.

"Nope." Dan dia menjawabnya dengan wajah datar tanpa bersalah memandangku yang lebih pendek darinya.

Aku menghembuskan nafas kasar. "Jadi? Gimana?"

"Gue ga ada bayangan mau kemana. Gue ikut loe mau kemana aja." Kali ini aku membalas pandangannya dengan pandangan males. 

"Aseli ini gue lagi disuruh mikir." Ardo terkikik pelan mendengar celetukanku. Setelah mencari dan berpikir tempat yang seru untuk didatengin, aku menjatuhkan pilihanku di sebuah restaurant and cafe bertemakan nature di daerah jakarta selatan. "Ya udah ayok. Kita ke sini aja. no complain." 

Ardo mengangguk dan dengan santainya mengambil kunci mobil dan meninggalkanku sendiri.

Ardo mengangguk dan dengan santainya mengambil kunci mobil dan meninggalkanku sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tempat ini emang sangat menarik. Karena konsepnya nature dan santai, kita memutuskan untuk pulang agak maleman. Ditambah mager cari tempat lain untuk dikunjungi dan sambil nunggu macet berkurang juga. Alhasil, kita cerita lama banget mulai dari bahas pekerjaan, bagaimana kondisi politik atau teknologi terbaru. 

Pada dasarnya, ngobrol bareng Ardo itu sangat menyenangkan. Selain karena Ardo punya wawasan luas, dia juga sangat paham caranya mendengarkan dan memberi pandangan lain jika berbeda pendapat. Yah.. walaupun kadang dengan bahasa yang menyebalkan. Tapi, beberapa bulan hidup bersama dan intens bertukar pikiran, akhirnya aku paham bahwa Ardo punya karakter yang diam diam peduli dengan sekelilingnya. Terlihat seolah tidak peduli, tapi dia melihat dan memperhatikan sekelilingnya.

Seperti kejadian 4 bulan lalu ketika kita sedang jalan di Mall untuk membeli keperluan bulanan, pertama kalinya aku melihat Ardo uring uringan. Dan kebetulan kita sedang berada di sebuah resto di Mall itu, aku memberanikan diri bertanya.

"Loe kenapa sih diem aja? Liatin HP mulu dari tadi."  

Ardo sepertinya berpikir cukup lama apakah bercerita atau tidak. "Hmm.. gue lagi bingung, Vye."

"Kenapa emang? Cerita aja. Kali aja gue bisa bantu."

"Tapi, kayaknya ga etis kalau gue cerita. Privasi orang soalnya. Tapi jadinya gue bingung."

"Hmm.. Ga ada yang bisa di spill emang?  Sensor aja orangnya kalau gue kenal. Tapi kalau gue kenal mah apa pengaruhnya ama gue?" Kataku sambil mengesap minumanku.

"Bener sih. Baru kali ini gue ga paham cari solusinya."

"Ya udah. Sok atuh diceritain." Kataku dengan logat sok ke sunda sundaan.

Is This Endless WaitingWhere stories live. Discover now