bab 1

1.2K 126 9
                                    

Seorang lelaki berperawakan kecil terbaring tertelungkup di tengah jalan. Ketika ia membuka mata, ekspresi kebingungan terpancar jelas dari matanya yang sayu.

Di mana ini? Dia berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan pencahayaan. Dengan susah payah ia berdiri, hanya untuk mendapati bahwa dirinya kini telah berada di tempat yang sangat asing menurutnya.

Baru setelah semua kesadarannya terkumpul kembali, dia bisa mengingat dengan jelas apa yang telah ia lalui barusan. "Dimana aku...? Ssshh...akh." pemuda tersebut menyentuh bagian kepalanya yang terasa sakit.

Bukankah aku habis tersambar petir tadi? Lalu kenapa aku tiduran di sini??

Namanya Alvin, lebih tepatnya Alvin Fornax. seorang pengelana yang selalu berkeliling dunia. Sebelumnya ia hanya sedang beristirahat di bawah pohon. Tiba-tiba saja cuaca berubah dan hujan deras mengguyur permukaan tanah. Alvin yang kebetulan duduk bersandar pada batang pohon mendadak tersambar petir bahkan sebelum dirinya sempat mengelak.

Entah kenapa kini dirinya berada di sini, dengan kepala benjol dan sekujur tubuh penuh luka. Matanya yang sayu mengamati benda-benda asing di sekitarnya.

Jalanannya tidak terbuat dari batu atau tanah, dan sebuah benda sihir yang dapat memancarkan cahaya redup ada di ujung jalan. Alisnya bertaut dengan kerutan di sekitarnya.

"Dimana ini?" Alvin bergumam lantas terdiam begitu saja. Suaraku berubah?! Apa-apaan ini! Baru di saat itulah ia menyadari sesuatu. Ini bukan dirinya! Alvin membolak balikkan telapak tangannya yang jauh lebih kecil daripada tangannya yang asli.

Syok? Tentu saja!

Orang gila mana yang berani membuatnya berada dalam tubuh lemah ini! Alvin menggigit lidahnya saking jengkelnya.

Blarr...!!

Gemuruh di gelapnya langit malam yang diikuti dengan angin kencang mengejutkannya. Setelah memikirkannya, Alvin memuruskan pergi meninggalkan tempat aneh tersebut.

Namun semakin dirinya menjauh, semakin aneh pula tempatnya. Alvin sampai hampir terjungkal dengan wajah syok ketika melihat bangunan-bangunan tinggi yang seolah bagaikan menembus langit. Matanya terbuka lebar dengan mulut menganga.

A...apa, d-dimana ini...???

Bibirnya gemetar dan hanya mampu menelan air liurnya sendiri. Gemerlap cahaya berwarna-warni dari arah kota terpantul lewat matanya yang indah. Hiruk pikuk kota di malam hari membuatnya terperangah. Ini jelas bukan dunia yang ia kenal.

Masih dengan tertatih, Alvin berjalan ke arah kota besar tersebut. Semua pejalan kaki yang lewat tak henti-hentinya memandang ke arahnya. Alvin hanya mengerutkan kening dan melenggang pergi, yah walau sekujur tubuhnya sakit sampai hampir mati rasa.

Ia berjalan tak tentu arah sambil terus mengamati kegiatan yang tengah orang-orang lakukan. Apakah ada pasar malam? Kenapa tempat ini sangat ramai??

Alvin sedikit takjub saat melihat benda dari logam berwarna warni yang lewat begitu cepat di tengah jalan aspal. Benda tersebut tak ayal telah menarik minatnya.

Kesadarannya kembali tatkala bahunya tak sengaja bersinggungan dengan bahu orang lain. Alvin menoleh sebentar dan pergi tanpa sepatah kata apapun.

Sementara orang yang tak sengaja ia senggol bahunya mengernyit dengan pandangan aneh yang tentu saja tak Alvin lihat.

Alvin berhenti di depan sebuah toko. Matanya melihat jauh ke dalam pantulan dirinya pada kaca.

Ini bukan tubuhku... Dimana ini? Ini sungguh bukan diriku... Alvin dalam pantulan kaca tampak jauh lebih kecil dan kurus. Itu membuatnya agak kesal, pasalnya penampilannya yang dulu jauh lebih baik daripada penampilan tubuh yang ia singgahi saat ini. Jujur saja Alvin merasa tidak puas.

Transmigrasi Sang PengembaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang