"She's pregnant, benar kan?" ucap Jennifer pelan.
Jessica mendengus kasar, tapi dia membenarkan ucapan adiknya. "Bajingan sialan itu ... akan aku patahkan dia, jika aku tau siapa dia."
"Alisa tidak memberitahu siapa yang melakukannya?" Jessica menggelengkan kepalanya. "Gosh, apa yang dipikirkan anak itu. Dia menyiksa dirinya sendiri."
"Dia seorang idol," gumam Jessica.
"What?"
"Alisa mengatakan ayah dari anak yang dikandung itu adalah seorang idola, itu kenapa Alisa memilih pulang dan tidak ingin memberitahu siapa laki-laki bajingan itu."
Jennifer memejaman matanya sebentar. Tangannya memijit pelipisnya. "Alisa ... apa yang kau pikirkan. Kau mengorbankan dirimu demi bajingan itu. Astaga aku marah sekarang!"
"Jen, daddy pasti mengusir Alisa. Dia tidak akan mengenalkan Alisa sebagai putri bungsunya. Aku bisa merasakan itu akan terjadi. Kau tau seperti apa daddy."
Jennifer memegang pagar balkon sebagai tumpuan berat badannya. Kakinya melemah mendengarkan kabar tidak menyenangkan ini. "Itu pasti. Aku tidak tau harus apa. Di sini Alisa juga salah, Jess."
"Dia adik kecil kita," lirih Jessica.
"Tapi, dia juga harus bertanggungjawab dengan perbuatannya. Dia harus belajar menyelesaikan masalahnya. Oh shit, aku tidak tau harus apa sekarang."
Jessica menggigit bibir bawahnya. "Aku juga. Aku benar-benar bingung sekarang."
• • •
Matthew Fernandez telah pulang. Ruangan pertemuan keluarga di kediaman mewah itu diisi lengkap anggota keluarga tanpa terkecuali. Suasana terasa canggung. Pelupuk Lisa tampak basah, matanya merah dan bengkak.
Seharusnya mereka berbahagia karena kepulangan si bungus, tapi malah kabar tak terduga datang menghampiri.
Fakta tentang kehamilan Lisa sudah dibuka oleh Jessica. Semua orang di sana syok bukan main.
Samar-samar tangis Christina masih terdengar, bahkan sang kepala keluarga menghela napas cukup panjang entah apa yang harus dia katakan, tapi amarah nampak jelas di wajahnya dan juga kekecewaan mendelam tersirat di wajah ibu dan tiga saudari Lisa.
Semua tidak menyangka dan bahkan tak percaya, pasalnya Lisa berpamitan untuk pergi mengejar masa depannya, tapi dia kembali dengan membawa sebuah kabar yang sangat tidak menyenangkan. Orang tua siapa yang tidak kecewa ketika putri kebanggaan mereka yang paling muda justru hamil di luar nikah, bahkan mereka tidak tau siapa laki-laki yang menghamili anak mereka.
Lisa hanya bisa tertunduk dan menangis. Dia kehilangan seluruh rangkaian kalimatnya, seluruh statement pembelaan dirinya seketika. Ketiga kakaknya pun hanya diam mematung dengan pandangan yang sama dengan orang tua mereka.
"Dad, I'm sorry, aku sungguh minta maaf. Aku tau aku salah, aku bodoh, aku tidak menggunakan kepercayaan kalian dengan baik-"
"Aku hanya ingin nama laki-laki sialan yang menghamilimu." Sang ayah berucap tegas dan tak main-main. Matthew Fernandez tampak dua kali lebih menyeramkan dari biasanya.
"Alisa, sayang ..." Sang ibu melirih dalam getara suara diikuti isakannya. "... katakan pada kami siapa yang melakukannya?"
"Aku bisa menuntut agensi itu dan membawa mereka jatuh ke tanah karena kelalaian dan kejahatan mereka pada putriku." Matthew berucap tegas. Tatapannya sarat akan kesungguhan.
"Dad, please ... Mereka tidak melakukan apa pun padaku." Suara Lisa serak dan bergetar. Dia juga sekuat mungkin menutupi tetesan air matanya. "Aku yang salah, semua salah aku, tidak ada hubungannya dengan agensi itu, please dad ... kau boleh menghukumku, jika kau mau. Tapi, tolong jangan tanyakan siapa yang melakukannya."
"Alisa!" Itu suara Jessica.
"Apa kau sudah tidak waras?" Jennifer menyela lebih dulu ucapan sang kakak dengan suara keras dan membanting telapak tangannya ke meja. "Kau hamil! Dan kau menutupi siapa ayahnya? Apa kau dibayar untuk tidur dengannya?"
"Jennifer!" Sang ibu menegur tegas putri keduanya.
Bukan tanpa alasan Jennifer bersikap ketus seperti itu, tapi sungguh dia sangat kecewa dengan adiknya.
Pandangan Lisa pada sang kakak kedua tak ayal marah, melainkan terkejut dengan nada suara yang dilontarkan Jenni. "Kau hanya tidak mengerti. Aku-"
"You what?!"
Rosaline yang duduk di sebelah Jessica langsung meremas tangan sang kakak ketika mendengar suara Jennifer semakin membesar dan lebih mengerikan dari ayahnya. "Jennifer benar-benar mengerikan ketika sedang marah."
"Kau bodoh atau uang dan popularitas yang membutakanmu? Kau melakukannya agar bisa debut dengan cepat, huh?" Jennifer menggunakan kata-kata sarkas yang jujur saja semakin menyayat hati Lisa, padahal kenyataan bukan lah seperti itu.
"Jen, tak ada hubungannya dengan apa yang kau pikirkan!" Lisa membelas diri.
"Kalau begitu katakan siapa yang menghamilimu!" Matthew ikut bersuara keras.
"Dad, I can't ..." Lisa menundukkan wajahnya yang penuh linangan air mata.
Jennifer mendecih dan memainkan lidahnya di mulut. "See ... Dia terus menutupinya."
"Alisa, honey ..." Christina bersuara lembut, memegang tangan putri bungsunya. "...dengarkan mommy, kami mencintaimu lebih dari apa pun, tapi apa yang telah dia perbuat dia harus bertanggungjawab. Sayang, katakan saja siapa yang melakukannya?!"
"Mom, aku sungguh minta maaf. Tapi, aku tidak bisa."
Matthew menarik napas. "Well, kalau begitu, jika kau masih terus keras dengan sikapmu, silakan keluar dari rumah ini."
"Dad ..." Jessica, Jennifer juga Rosaline kaget bukan main dan berseru bersamaan.
"Asingkan dirimu dari keluarga. Aku tidak ingin kau mencoreng nama keluarga, karena perbuatanmu ini."
"Dad, no ..." Rosaline bangkit berdiri demi membela adiknya. "Dad, kita masih bisa membicarakan jalan keluar yang lain, tidak seperti ini. Dad, Alisa bagian dari keluarga kita."
"Keputusanku mutlak, Rosaline. Dan ini juga pelajaran untuk kalian bertiga. Sekali pun kalian putri kandungku aku tidak segan-segan melakukan hal yang sama, jika kalian mengecewakanku."
BERSAMBUNG
BẠN ĐANG ĐỌC
ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ꜱᴏɴ • ʟɪꜱᴋᴏᴏᴋ
Fanfiction15+ From Instagram Liskook's fanfiction by @storiesbybelleza • Tentang Alisa Fernandes yang harus berjuang mempertahankan anaknya dan meninggalkan mimpi besarnya sebagai seorang idola pop Korea. "Dia bukan putramu, jangan sekali-kali mengatakan itu...
• I am Sorry •
Bắt đầu từ đầu
