Ghosting

8 2 1
                                    

Sehari, dua hari, tiga hari hingga sampai pada satu minggu dia sudah tak ada kabar lagi. Entahlah hilangnya begitu tiba-tiba sampai aku sadar bahwa ternyata people come and go itu ada.

Hari-hari terus berganti, tanpa ada dia yang pernah singgah di hati kemudian pergi melukai. Tanpa pamit, tanpa kata, hanya menyisakan luka. Ah sudahlah, semua akan kembali baik-baik saja ketika aku lupa tentangnya.

Harusnya kemarin aku tidak terlalu memikirkannya yang jelas-jelas sudah menjadi milik orang lain. Tapi hati mana bisa dikontrol kan? dia bergerak sesukanya, menaruh rasa juga menyimpan rasa pada seseorang yang seharusnya tidak diberi rasa.

Setelah beberapa hari, semuanya berjalan normal kembali. Aku sudah tidak memikirkan kehadirannya lagi, bodo amat dengannya. Tujuanku sekarang adalah membenahi diri dan juga hati, walaupun masih ada sisa-sisa pecahan kaca yang berserakan di dalam sana.

"Woy, ngelamun aja lo! ngelamunin apa sih Tha?" tiba-tiba Neisya menghampiriku.

"Ha? Ngga ko, siapa juga yg ngelamun. Ada-ada aja lo ah."

"Btw Tha, ntar sore ngumpul di rumah Nadia kuy," ajaknya.

"Ngapain?" Tanyaku.

"Ngumpul aja sih, makan-makan kayak biasanya. Ghibah juga hehehe," candanya.

Aku mengangguk, "Oke Nei." Jawabku.

Bel berbunyi, pelajaran pertama pun dimulai.

Dari balik pintu keluarlah Bu Sira, Guru Sosiologi yang sangat membosankan bagi kami. Karena cara belajarnya yang kuno, juga materi-materi yang cukup membosankan pula, apalagi dipenuhi dengan hapalan-hapalan istilah dari Sosiologi.

Ah iya, aku mengambil jurusan Ips. Entah kenapa disaat temanku yang lain memilih jurusan Ipa, aku malah sebaliknya. Padahal aku juga tidak terlalu suka dengan banyaknya hapalan. Namun, ada satu hal yang membuatku menarik masuk Ips yaitu belajar tentang masa lalu. Kita dituntut untuk mengingat setiap kejadian di masa lalu, mengahargai para perjuangan pahlawan-pahlawan negeri. Walaupun kadang juga suka ngantuk, hehe.

Jam pelajaran pertama ditutup dengan tugas kelompok yang harus selesai pada lusa mendatang. Ah memang tidak pernah absen tugas kelompok jika berhubungan dengan bu Sira, hobi sekali menyatukan anak-anak yang kebanyakan malas sekali belajar bersama dikarenakan pasti hanya ada satu atau dua orang yang berpikir, sisanya cuma numpang nama. Aku adalah salah satunya, dari yang berpikir ya bukan yang cuma numpang nama doang. Sombong dikit ngga papa yagesya, hahaha.

Waktu pun berlalu dengan cepat, jam pelajaran terus berganti hingga sampai diujung jam pelajaran terakhir di pukul 04:00 sore.

"Jadi otw nih?" tanya Nadia.

"skuy," jawab Neisya dan Andini. Kalo aku, ikut aja. Beban teman sepertiku tidak pantas banyak berkomentar bukan? Tidak bisa mengendarai motor, itu termasuk beban teman bukan?

Sesampainya di rumah Nadia, kami mulai memesan makanan. Nadia dan Andini sibuk mempersiapkan makanan, aku dan Neisya sibuk mengerjakan tugas kelompok yang diberikan bu Sira. Untungnya kelompok kali ini tidak ada yang hanya menumpang nama, semua bekerja. Jadi aku tidak perlu capek-capek mengerjakan sendiri.

Disela-sela mengerjakan tugas, ponsel Neisya berdering menandakan ada panggilan masuk. Spontan kami menoleh padanya, "Diangkat dulu Nei siapa tau penting," Ucapku.

Neisya mengambil ponselnya, melihat siapa yang menelponnya. "Ah Arfan ternyata guys," katanya.

Deg,

Nama itu, nama yang sudah ku hindari beberapa hari ini. Nama yang sudah mengganggu hari-hariku, kini terucap dari mulut temanku.

Berbagai pertanyaan mulai kembali muncul dalam benakku, kenapa dia tidak menghubungiku? sedangkan pada Neisya ia bisa. Kenapa dia menghilang tanpa jejak, sedangkan masih stay pada Neisya.
Entahlah, sekarang aku tidak fokus mengerjakan tugas.

"Gue ke toilet dulu guys," aku beranjak meninggalkan bertiga, enggan mendengar percakapan antara Arfan dan juga Neisya.

Setelah kurasa panggilan Neisya berakhir, aku kembali.

"Ini tugasnya udah beres deh kayanya Tha," ucap Nadia.

"Oh ok, syukur kalo gitu. Kita makan dulu aja ya, laper banget gue." ucapku.

Kita pun menyelesaikannya dengan cepat, dan lekas kembali pulang ke rumah masing-masing.

Setelah sampai di rumah, aku memasuki kamarku. Tidak ada siapa-siapa di rumah sore ini. Bebas sekali untukku overthinking. Sebelumnya aku membersihkan diri, berganti baju dan kembali dengan ponselku.

Tidak ada chat dari siapapun, hanya ada notif-notif tidak jelas seperti dari Telkomsel. Ah gini banget jadi jomblo.

Kembali ku teringat tentangnya, Alfarezel Arfan. Laki-laki misteriusnya yang belum pernah ku temui tiba-tiba memberikan rasa nyaman lalu kemudian menghilang.

Harapku semoga suatu saat ia datang kembali dengan versi yang lebih baik, tidak lagi melakukan ghosting terhadapku.  Karena rasanya, sangat tidak enak sekali ditinggal selagi sayang-sayangnya, diberi harapan tapi malah pergi dan menghilang. Sial, untuk pertama kalinya aku merasakan dengan nyata sakitnya ditinggal dengan harapan.

***

Sekian, jangan lupa vote sama komennya guys. Aku membuka kritikan dari kalian. Maaf maaf ye kalo banyak kurang, masih belajar nih jangan dihujat wkwk. Maaf lama ngegantungnyaa hihihii

ty

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 04, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Garis TakdirWhere stories live. Discover now