“Aku nggak pernah tau kalau mas Hardan itu sweet banget sama anak-anak,” ujar Widia.

“Dia itu suka banget sama anak-anak. Ya walaupun kelakuannya random, tapi kalau sama anak-anak dia emang sweet,”

“Aku nggak bisa bayangin kalau anak kalian lahir nanti, mas Hardan pasti berubah jadi papi yang overprotektif,” ucap Widia kemudian ia mengelus permukaan perut Gita.

“Sehat-sehat ya di dalam sana, papi sama mami mu sayang banget sama kamu.” sambung Widia, lagi.

○○○

Seminggu penuh, sebelum pergi tidur, Gita menyempatkan diri untuk membaca beberapa buku dongeng anak-anak. Kebiasaan barunya tentu mengundang tanya dari Hardan, yang selalu rutin menemaninya membaca buku-buku tersebut.

Ini bukanlah kemauan hatinya untuk ikut membaca, tetapi Gita memaksanya dan membuatnya terkurung di dalam kamar setelah jam 8 malam. Ia tidak pergi keluar bersama teman-temannya, ia juga sudah lama tidak melakukan kegiatan netflix and chill, seperti sebelumnya.

Jika boleh jujur, ia sudah sangat bosan. Tetapi ia juga tidak tega jika harus melihat Gita merengek dan menangis jika keinginannya tidak dituruti.

“Yah semua bukunya udah selesai aku baca,” keluh Gita menutup buku terakhir dengan judul kancil dan buaya yang baru saja ia baca.

Raut wajahnya berubah sedih, mengingat semua buku cerita dongeng anak-anak sudah selesai ia baca. Sialnya, ia juga belum terlalu mengantuk, lantas bagaimana ini? Dia tidak bisa pergi tidur jika benar-benar belum mengantuk.

“Besok kita beli lagi ya?” ujar Hardan bermaksud untuk menghibur.

“Sekarang aja, ayok!” ajak Gita lalu turun dari ranjang dan memakai jaketnya.

“Kemana? Ini udah malem lho, mana ada toko buku buka jam segini sayang?” tanya Hardan, Gita seketika mengerucutkan bibir mendengarnya.

“Nggak mau tau, pokoknya kita ke toko buku sekarang!”

“Gita tapi—”

“Atau kamu tidur diluar,”

Hardan menelan salivanya dengan susah payah. Membayangkan tidur sendirian diluar terasa menyeramkan baginya. Maka sebelum hal itu terjadi, ia pun segera turun dari ranjang dan mengikuti sang istri yang lebih dulu keluar kamar.

Dengan langkah gontai, Hardan menuju ke garasi untuk mengambil mobil. Sementara itu Gita berdiri di halaman menunggu Hardan kembali dengan naik mobil. Baru saja lelaki itu melewati pagar hendak keluar dari pekarangan rumah, Gita tiba-tiba saja berteriak memanggil namanya.

“Har, stop ... stop!

Hardan menginjak rem dengan perasaan panik. Ia menurunkan kaca jendela mobil lalu menatap istrinya bingung. Ada apakah gerangan sehingga dia harus mendengar Gita berteriak memanggilnya seperti itu? Apakah mobilnya hendak menabrak sesuatu? Atau ada kucing yang tak sengaja melintas di dekat mobil?.

“Kenapa?”

“Nggak jadi, ayo masuk!”

“Nggak jadi gimana? Git ... Gita! Sayang, hey ini gimana?”

Tetapi teriakan Hardan sama sekali tidak diindahkan oleh si wanita cantik yang dengan santainya masuk ke dalam rumah, seolah ia tidak pernah membuat dosa apapun. Sementara Hardan hanya mampu menebah dada menyikapi perilaku sang istri yang memang mood swing sekali akhir-akhir ini.

Beruntung Tuhan menciptakannya dengan banyaknya rasa sabar bersarang dalam dirinya. Dengan hati-hati ia kembali memasukkan mobil ke dalam garasi kemudian masuk kembali ke dalam rumah.

RUMORWhere stories live. Discover now