tigabelas; bintang kecil (1)

Start from the beginning
                                    

"Sebenernya gue lebih mempertanyakan kok bisa sih kamu mau berhubungan sama manusia aneh bentukan Hardan begini, Gita?" sahut Jivan yang mengundang tawa semuanya disana.

"Seperti apa kata Raya barusan, kalau Tuhan bilang jadi, seaneh apapun Hardan kalau dia jodoh gue ya bakalan jadi,"

Tidak tahukah Gita, Hardan disana tersenyum lebar sekali mendengar jawabannya. Sedangkan Jivan menggelengkan kepalanya berulang kali karena merasa bahwa Hardan beruntung mendapatkan perempuan seperti Gita. Sedikit tidak adil bagi Jivan yang memang sudah mengetahui seluk beluk Hardan sebagai mantan player.

"Tapi kamu tau kan dia ini ... "

"Player?"

Jivan mengangguk.

"Tau lah, aku sama dia kan udah sahabatan dari jaman batu,"

Hardan ikut mengangguk, "Udah deh Van, mau lo bongkar aib gue pun Gita udah tau semuanya,"

Jivan mencebik dan Hardan kembali tertawa keras melihatnya. Memang dasar, kelakuan Jivan tidak pernah berubah dari jaman bujang hingga hampir menjadi papah muda beranak satu. Tetapi tidak masalah, Hardan tetap menganggapnya sahabat meskipun Jivan terkadang banyak membuatnya kesal.

"Kalian semua jangan lupa dateng ya? Kita berdua sangat menantikan kehadiran kalian semua disini."

"Siap komandan!"

Pandangan Gita beralih pada Raya dan memberikan kode agar gadis itu mengikutinya. Raya yang paham pun ikut undur diri bersama Gita menuju rooftop. Sedangkan yang lainnya masih tinggal di lantai satu melanjutkan perbincangan.

○○○

"Selamat ya mbak, akhirnya kalian nikah juga," ujar Raya, Gita tersenyum mendengarnya.

Mereka duduk berhadapan di rooftop sembari menikmati hembusan angin sore hari. Beruntung rooftop sedang sepi, para pelanggan banyak yang memilih duduk di lantai satu karena angin sore lumayan kencang dan dingin hari ini.

"Gimana sama mbak Kalya? Bukannya mas Hardan dan mbak Kalya itu ... "

"Rumor yang selama ini tersebar di kampus itu nggak bener sama sekali. Yang terjadi sebenarnya adalah Hardan itu ternyata adalah saudaranya Kalyana,"

"Maksudnya?"

Raya menyamankan posisi duduknya. Antusiasme yang tinggi terpantik setelah mendengar penjelasan dari Gita. Membuatnya ingin mendengarkan kebenaran dibalik rumor yang selama ini meresahkan tersebut.

"Kamu tau kan ibunya Hardan itu siapa? Gimana kisahnya dia dan Cantika yang selama ini menyambung hidup tanpa adanya kehadiran sosok orang tua?"

Raya mengangguk. Sebagai saksi hidup seorang Hardan Adimasatya, dirinya tentu mengetahui sebagian kisah masa lalu kelam dari rekan kerjanya di cafe tersebut.

"Kalyana juga mengalami hal yang tidak jauh berbeda,"

Gita mengambil napas, "Dia itu saudara tirinya Hardan dan Cantika. Lebih tepatnya adik tirinya Hardan dan kakak perempuan tirinya Cantika. Ibu mereka meninggalkannya sendirian di luar negeri dan Kalyana bisa balik kesini karena Hardan jemput dia waktu itu. Seandainya nggak ada Hardan, Kalyana nggak akan pernah ada di Indonesia. Dia akan terus sendirian disana, ngurus dirinya sendiri tanpa ada sanak saudara yang memahami posisi dia,"

"Hah? Bentar-bentar ... ini beneran mbak?"

Gita mengangguk pelan, "Iya ini beneran,"

"Terus anaknya mbak Kalya itu ... "

"Ada kecelakaan kecil yang membuat Kalyana akhirnya hamil. Sampai sekarang Hardan nggak tau siapa ayah kandung dari anak itu,"

Raya melemas. Bahunya merosot mendengar kebenaran dibalik rumor meresahkan yang memang telah menimbulkan banyak asumsi negatif tersebut. Tidak tahu pula jika kebenarannya akan sesakit ini untuk didengar.

RUMORWhere stories live. Discover now