[1] Pijar Fana

64 14 3
                                    

Lino mungkin tau, memenjarakan Lia dalam diri nya adalah sakit yang ia ciptakan dengan sendiri nya. Indahnya Mauntain Laurel pun mematikan dengan racun nya. Lalu celah mana lagi yang kira nya dapat Lino gapai jika dengan pasti menggenggam Lia adalah kesakitan yang nyata.

"Jangan sentuh!!!"

"Enggaaa kenaa"

"Kena nanti"

"Baa!!!"

"Ya Allah Lia!! Aku udah wudhu"

"Wudhu lagi"

"Gamau, basah"

"Cepetan sana, aku tunggu di warung kopi deket mesjid ya"

"Iyaa sayang"

Lia menatap dalam pada punggung tegap yang berjalan sembari memakai peci dikepalanya, kadang sesekali ia menangisi mereka berdua di malam hari kala semua nya terlelap. Karena pada kenyataannya tidak ada yang mampu memberikan jalan keluar dari labirin yang kini mereka jelajahi.

"Kalau kereta itu ga berhenti di stasiun kamu, berarti itu bukan kereta kamu"

Sedari awal bahkan Lia sendiri sadar, Lino bukan kereta yang menuju ke stasiun nya, bahkan arah nya berlawanan. Tapi, kereta itu menggesek kan roda besi pada rel berkarat dengan paksa menuju ke arah nya. Benar, seharusnya biarkan saja Lino melaju pada rel yang seharus nya.

"Teh es nya satu ya, bu"

"Iya"

°°°
Katakanlah seumpama kapas yang berharap jatuh di pergelangan akar tapi tertiup angin keujung ranting

Katakanlah layaknya arah mata angin yang berhembus kencang menuju timur tapi langkah tegap membawa pada selatan

Rinai yang bernyanyi
Petir yang menari
Lantas tertawan dalam lingkaran kelabu

Deras sekali hujan nya, tiada ampun pada semut yang berlari mencari tempat

Kita berandai pada harap yang mustahil

°°°

Sore itu, puas rasa nya bagi Lia berkeliling kota bersama Lino dengan motor bebek yang katanya baru ia beli beberapa waktu lalu, hasil tabungan selama tiga tahun yang disisihkan dari setengah uang rokok.

"Panas gak?"

"Enggak"

"Singkat banget"

"Enggaaaaaaaaaak"

"Ga gitu juga, Sayang"

"Siapa aja yang udah kamu panggil sayang?"

"Mulaiii, ngajak berantem terus"

"Aku nanya, ga ngajak berantem"

Rasa nya, sejam tanpa ajakan bertengkar dari Lia mustahil untuk Lino, ada saja topik yang bisa dijadikan perempuan itu bahan untuk bertengkar.

Terlampau jauh mungkin, sudah tahun ke tiga Lia membersamai tiap langkah Lino yang terasa berat ditiap jejak nya, tapi entah dengan apa Lia meringankan segala yang terasa berat. Sedikit Lino jabarkan, ia mungkin hancur sehancur nya jika bukan dengan Lia berjalan bersama.

"Lia"

Perempuan berambut panjang itu menoleh pada Lino yang kini tersenyum, langkah nya berhenti setelah membuka sedikit pagar rumah yang ditumbuhi beberapa tanaman.

Bandang [Lee Know] • 1998 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang