5 | Luke's Lifestyle

87 15 0
                                    

Seminggu setelah insiden Troich, Luke mempersiapkan beberapa ramuan, pedang, dan baju besi. Dia berencana untuk memburu monster yang telah meresahkan warga desa. Tapi dia harus menemukan jalan untuk menyingkirkan Jack dari jalannya, dia tahu pria itu tidak akan membiarkannya pergi sendirian.

Tapi dia harus memburu monster itu sendirian.

Pemburu monster. Dia punya monster untuk dibunuh. Monster yang sangat mematikan. Sangat mematikan, pada kenyataannya, ada kemungkinan yang sangat nyata bahwa jika dia pergi ke pertarungan ini terganggu dia akan mati dan tidak pernah melihat penyair lagi.

Pikiran itu seperti percikan air dingin di belakang lehernya. Dia perlu fokus. Dia tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri lagi. Ada seseorang yang harus dia kembalikan di penghujung hari.

Luke berjalan keluar dari istana menuju pasar bersama dengan Freya dan Jack. Dia tahu keduanya sudah berkenalan, Jack memberitahunya. Dia hanya harus menemukan saat yang tepat untuk pergi dari Jack. Mungkin mengajaknya minum dan pergi ke salah satu rumah bordil akan membuatnya lupa. Mungkin.

Nah sekarang Freya, satu-satunya alasan dia membawa gadis itu adalah karena Edmund Lyall, anak dari Lord Lyall ingin bertemu dengannya, tetapi terlalu malu untuk mengajak langsung. Jadi dia membantu, atau setidaknya dia mencoba. Dia hanya harus membawa Freya ke kedai tempat Edmund menunggu dan semuanya terserah kepada mereka berdua.

“Ke mana kita akan pergi?” bisik Freya.

“Mencari monster yang menjadi masalah itu, tapi menarik bagiku. Aku sudah berjanji kepada wanita itu, dan janji harus ditepati.” Luke menjawab dengan tenang.

“Luke, apakah kau sudah kehilangan akal?” tanya Freya, tidak percaya dengan keputusan yang dia buat. Luke mengangguk dengan percaya diri.

Hunting monsters is not just a phase, Freya, it's a lifestyle.” Luke menyeringai sedangkan gadis itu mendengkus kesal. Dia melirik Jack yang terlihat waspada. “Benar, Jack?”

“Ah? Ya, tentu,” ucap Jack, tidak tahu apa yang baru saja dia setujui. Luke terkekeh melihat sahabatnya.

“Demi Dewi Cahaya, kau seorang Pangeran, tidak bisakah kau setidaknya bersikap seperti salah satu dari mereka?” Luke memutar matanya, siapa yang peduli? Lucien masih ada jika dia meninggal.

“Yah... Mungkin kau ada benarnya.” Dia mengangkat bahu. Kemudian dia melihat sebuah kedai, tempat di mana Edmund menunggu. Sang Pangeran menyeringai, lebih lebar dari sebelumnya. “Jack, ada sebuah kedai bagus di sana. Kau mau minum?”

“Pangeran, Saya sedang bertugas—” Terlambat, Luke sudah menarik tangannya.

“Ayo, Freya,” ujarnya pada gadis itu yang mengikuti kedua Druid masuk ke dalam kedai. Dia melihat Edmund menatapnya saat dia berjalan untuk duduk di sebelah pria itu. “Halo, Ed.”

It's a pleasure to meet you here, my Prince.” Edmund tersenyum.

Luke menatap Freya dan Edmund bergantian dengan seringai geli. “Freya, ini temanku, Edmund Lyall. Ed, ini Freya Morrigan.”

“Aku tahu dia,” ujar Freya sambil duduk di sebelah Luke. “Putra dari Lord Lyall.”

Edmund tersenyum pada gadis itu. “Tiga bir, tolong,” kata Luke pada pelayan kedai. Dia menoleh kepada Jack yang masih berdiri. “Ayo, Jack, minum sedikit tidak akan menganggu tugasmu.”

“Kenapa kalian berdua tidak berkenalan?” tanya Luke kepada Edmund dan Freya.

“Yah, kami sudah saling kenal sejak dulu, Pangeran ku.” Edmund berkata dengan lembut. “Kami bermain bersama saat kami kecil. Tapi aku menjadi semakin sibuk dan jarang menemuinya.” Dia menatap pada Freya. “Aku turut berdukacita.”

Rise of Blood [Completed]Where stories live. Discover now