10.

2K 274 85
                                    

Kalila mengusap matanya perlahan saat merasakan terangnya sinar matahari yang masuk ke dalam kamarnya. Ia menggeliat sebentar, kemudian memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Gadis itu membuka matanya, dan menyadari bahwa dia berada di kamarnya, tertidur yang—sejak kapan ia pulang dan tidur? Bukankah semalam ia masih berada di pesta ulang tahun Bima dan berbincang bersama teman-temannya dan meminum segelas mocktail dan—rasa kantuk Kalila seketika hilang begitu mengingat kejadian dimana dirinya jatuh dalam rangkulan Bima dan pemuda itu hampir menciumnya.

Tangan Kalila berusaha merogoh ponselnya yang tergeletak diatas meja. Ia membuka aplikasi whatsapp untuk menghubungi Levanya. Namun saat melihat deretan nama yang tertera, nama Zevan berada di paling atas. Kalila membukanya, dan ia terkejut ketika melihat isinya. Gadis itu segera menelepon Levanya.

"Halo??? Kal! Lo udah bangun?? Gimana rasanya? Lo enakan?"

"Hai! Gue gapapa kok, Lev."

"Haahhh.... syukur dehhh gue lega banget!"

"Semalem tuh ada apa ya? Gue..... gak inget deh?"

"Hhh.... gue ceritain aja ya ke lo. Kemarin lo diajak ngobrol sama Bima bareng temen-temennya. Terus gue gak ngerti, pokoknya lo disodorin minum sama Bima, terus gak lama dari itu lo tipsy. Lo dijadiin as a joke sama mereka, dan Bima try to kiss you. Temennya Bima pokoknya kayak bercanda gitu mau cium lo, muji-muji lo, ledekin muka lo. Mereka bener-bener brengsek banget gue benci liatnya. Terus akhirnya gue hubungin Zevan buat dateng, dan gak taunya dia emang dari awal udah ngikutin gue sama lo dan tunggu di parkiran. Yaudah, di beresin tu orang sama Zevan."

"Zevan.....? Dia dateng?"

"Iyaa. Dan lo tau? Dia langsung minta pihak club buat bubarin partynya si Bima."

"Hah?? Terus?"

"Yaudah deh, bubar. Terus Zevan minta tolong asistennya buat nganter gue pulang sementara dia mulangin lo."

"Hmm... okay...." Kalila menggigit bibir bawahnya. "Tapi Bima enggak nyium gue kan?"

"Enggak kok. Pas Bima udah mau nyium lo, Zevan dateng ngehajar dia."

"Oke, oke... makasih banyak ya Lev."

"Iyaa, lo istirahat gih yang banyak! Makan minum yang bener!"

"Iyaaa! Bye, Lev. Makasih yaa."

"Gak usah makasih ke gue, makasih ke Zevan dulu. Kalo gak ada dia gatau deh gimana."

"Hm. Iya gue bakal bilang makasih."

"Yaudahh! Bagus deh! Byee!!"

"Bye. Thanks." Kalila mematikan teleponnya. Ia memainkan ponselnya sebentar, sambil berpikir. Sepeduli dan se-khawatir itukah Zevan padanya? Setelah mencuci wajah dan menyikat giginya, Kalila turun ke bawah, hendak menemui Zevan. Pemuda itu pasti sudah bangun jam segini, kan?

Benar saja, ketika menuruni tangga, Zevan sudah berada di dapur, sibuk dengan teflon dan spatula di tangannya. Menyadari kehadiran Kalila, pemuda itu diam sebentar, "sarapan." Katanya yang kemudian kembali melanjutkan kegiatannya.

Kalila mengangguk. Jujur ia takut dan merasa begitu bersalah pada Zevan. Ia berjalan pelan menuju meja makan. Rasanya ia ingin balik ke kamar saja.

"Duduk sini, sup-nya sebentar lagi jadi." Zevan menata mangkuk di sebelah piring yang sudah tersaji nasi dan omelet.

Kalila menurut. Gadis itu duduk dan menunggu di bangkunya, hanya diam memperhatikan Zevan yang sibuk mengurus supnya.

Begitu supnya jadi, Zevan segera menuangkannya ke dalam mangkuk Kalila, juga miliknya sendiri, kemudian duduk di hadapan Kalila. "Makan yang banyak, habisin supnya."

MY YELLOW [LISKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang