6. Cheating on Me

2.6K 402 71
                                    

hello, lovre! apa kabar?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

hello, lovre! apa kabar?

bantu ramein cerita ini dengan vote dan komen ya lov. itu berharga banget buat aku. terima kasih. 🥰

challenges: 1,2k views, 125 comments, 400 votes.

jangan lupa follow instagram beeverse_ untuk info seputar karyaku! 💗

happy reading!

.

Mendung menggantung di langit kota tatkala jam menunjuk tepat pada angka enam sore, menutup gemerlap bintang seperti pekat dosa yang melumuri jiwa suci. Temperatur yang mulai turun seiring memasuki musim dingin membuat pemanas ruangan bekerja lebih lama ketimbang sebelumnya. Cukup berhasil menaikkan tagihan listrik gedung apartemen ini selama dua sampai tiga bulan ke depan.

Di depan cermin, Lilith menatap dirinya sendiri sambil menilai-nilai penampilannya—turtleneck hangat yang dibalut lagi oleh coat berbahan wol. Coat-nya berwarna cokelat gelap sementara turtleneck-nya berwarna cokelat muda. Usai merasa tak ada yang kurang, Lilith keluar dari kamarnya, berniat langsung turun ke basemen untuk melajukan mobilnya, tetapi justru menemukan pemandangan yang cukup menarik.

Jeon yang duduk di sofa ruang tengah sambil memangku kucing, di sebelahnya terdapat beberapa camilan untuk ia nikmati sambil menonton televisi. Kucing itu terlihat sangat tenang, kelopak matanya mengatup sambil mendengkur pelan. Ia menikmati belaian dari Jeon seolah tahu jika orang yang membelainya itu adalah pria tampan. "Noona, mau ke mana?" Jeon bertanya tatkala menyadari Lilith berdiri di depan pintu kamar.

"Aku harus pergi ke kantor kekasihku. Kau bisa memasukkan kucingku ke dalam kandangnya jika hendak pergi," katanya seraya berjalan mendekati Jeon, lantas duduk di sofa tak jauh dari pria itu.

Jeon membungkam bibirnya seperti tak peduli dengan perkataan Lilith, tetapi sesungguhnya ia diam-diam melirik ke arah tas wadah makan berwarna biru yang baru Lilith letakkan di meja. Oh, ternyata itu untuk kekasihnya. Jeon pikir aksi memasak Lilith tadi adalah sebagai bentuk balas budi kepadanya karena sudah membuat sarapan dan membantu Lilith menyurus si kucing. Bukan salah Lilith, memang. Justru ini salah Jeon karena terlalu berekspektasi tinggi.

Menarik napas panjang, Jeon menyahut pelan, "Mungkin pukul delapan nanti." Memberi tahu jika ia akan pergi nanti malam—seperti pada malam-malam sebelumnya. Dan ia rasa, Lilith pun sudah hafal dengan itu kendati tak pernah menanyakan lebih jauh. "Ngomong-ngomong, Noona, sudahkah kau memikirkan nama yang cocok untuk kucing ini?" Jeon melirik kucing yang ada di pangkuannya.

"Belum, apa kau ada ide?" Lilith bertanya. Ia memang belum memikirkan nama yang cocok untuk kucing barunya.

"Aku tidak pandai dalam memberi nama."

Want to See My Cat?Where stories live. Discover now