🌊

Rambut joan basah dan seragam atasnya sudah berubah warna, tentu saja semua orang disana terkejut melihat apa yang baru saja di lakukan oleh Putra.

"Eh maksud Lo apaan Putra??" tanya Sandra berdiri dengan kesal, ia juga terkena sedikit cipratan jus tersebut begitu juga dengan Eline.

"Lo itu gak tahu diri ya, bisa-bisanya Lo mesra-mesraan sama cowok lain di depan tunangan Lo sendiri." marah Putra.

Sandra melipat kedua tangannya di depan dada, menatap putra remeh.

"Siapa, perasaan gw gak punya tunangan deh. Gw free, jadi gw bebas deket sama siapa aja." jawab Sandra yang diangguki kedua temannya.

"Oh gw lupa ngasih tahu kalian, kalau semalam gw udah batalin pertunangan gw sama Weez. Sekarang gw bukan tunangannya lagi, dan gw udah move on dari temen Lo itu." ujar Sandra yang sengaja menaikkan nada suaranya, ia ingin semua orang di kantin tahu statusnya.

Plak

Suara tamparan begitu nyaring, Sandra membuka matanya setelah tadi menutup matanya karena putra melayangkan tangan ke wajahnya. Semua orang terkejut, pipi Joan memerah bahkan ada darah di sudut bibirnya sambil mencoba melindungi Sandra.

Begitu juga Sandra yang tidak merasakan sakit padahal tadi jelas-jelas Putra ingin menamparnya, Joan membiarkan wajahnya tertoleh kesamping selama beberapa saat.

"Huh, sakit banget ternyata. Apalagi kalau Sandra yang kena tadi, bisa dipastikan bakalan bengkak pipinya." kata joan setenang mungkin sambil mengusap pipinya yang perih.

"Joan Lo gak papa, heh Putra Lo apa-apaan sih?" kata Viona yang ikut berdiri.

"Salahnya sendiri yang coba melindungi temen jalang Lo." Cibir Bisma, Farel juga ikut di belakangnya.

"Jaga mulut Lo ya, semua ini gara-gara temen Lo gak pernah balas cinta dari Sandra. Seharusnya kalian seneng dong kalau Sandra untuk lepasin Weez dan deket sama orang yang dia suka, terus kenapa kalian malah marah?" timpal Eline tidak terima.

"Apa, kalian mau ngomong apa sekarang. Semua itu bener kan, lagian setelah gw pikir-pikir Weez emang cocok banget sama si Tisya." kata Sandra, terdengar meremehkan.

"Zian udah selesai kan, yuk balik kekelas soalnya bentar lagi masuk?" tanya Roxy yang di balas anggukan oleh Zian.

Mereka berdua berdiri, Zian sudah berjalan diikuti Roxy. Setelah beberapa langkah, Roxy berhenti dan menatap kearah Joan.

"Kita duluan ya bang, kalau mau baku hantam silahkan. Tapi jangan sampai mati ya, dan buat kakak-kakak cantik mending balik kelas aja dek. Percuma kak, karena mereka bukan manusia yang punya hati kayak kita." ujar Roxy yang berjalan meninggalkan area kantin.

Seperti perkataan Roxy, Sandra dan teman-temannya juga kembali kekelas menuruti perintah Joan juga. Begitu juga murid yang lain, tersisa Joan dan anggota geng SPARTA.

"Kalian mau lanjut atau balik  kekelas, ah jangan-jangan kalian takut lagi?" tanya Joan terdengar meremehkan.

"Gak usah sombong deh Lo, belum tahu kalau mati jangan nuntut ya." ejek Bisma.

😭

Rumah sakit

Joan terbaring diatas brangkar setelah menerima pukulan dari anggota geng SPARTA, sementara Roxy terus tertawa terbahak-bahak melihat wajah tampan Joan yang penuh lebam.

"Seharusnya Lo kabur kalau tahu mau dikeroyok, jangan sok-sokan ngelawan. Hancur kan wajah tampan mahal Lo, hahahaha." kata Roxy yang duduk di sofa tidak jauh dari brangkar Joan.

"Gw gak tahu kalau mereka jago bela diri, tahu gitu gw gak akan nantanging mereka." balas Joan sambil mendengus kesal.

"Lain kali jangan salah pilih lawan, kalau Lo sampai mati gw rugi besar tahu gak. Secara udah berapa milyar yang gw keluarin buat bayar biaya rumah sakit dan make over penampilan Lo."

Joan terus menekuk kepalanya sambil merenggut kesal, sementara Roxy kembali meneruskan pekerjaannya. Hubungan mereka berdua memang tidak seperti bos dan anak buahnya, karena Roxy sudah menganggap Joan itu seperti sahabatnya. Jadi jangan aneh saat mereka bergurau seperti tadi.

"Fuck, dasar kakek bau tanah." umpat Roxy saat melihat laptopnya.

"Kenapa?" tanya joan yang sudah duduk di sampingnya.

"Nih kakek tua suka banget halangin rencana gw, gak kapok kali gw buat perusahaannya bangkrut kemaren." jelas Roxy yang sama sekali tidak di pahami Joan.

Tampangnya memang sempurna tapi tidak dengan otaknya, Joan menyerah saat Roxy memberinya tugas mengurus bisnis. Joan sama sekali tidak paham, dan otaknya juga menolak saat William mengajarinya.

"Aneh banget sih, kok ada ya anak yang pinter banget kayak Lo. Ngurusin banyak bisnis terus sekolah pula, tuh kepala emangnya gak sakit gitu." tanya Joan, ia hanya takjub pada Roxy yang sempurna menurutnya.

Roxy menutup laptopnya, menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Ia juga lelah, walaupun jiwanya ada orang dewasa tapi tubuhnya baru berusia 16 tahun. Tapi bukankah ia harus bekerja keras untuk mendapatkan semua kemewahan tersebut, walaupun pemberian dari Dewi yang memberikan kehidupan kedua.

"Kalau capek istirahat aja dulu, jangan terlalu maksain tubuh Lo. Gw takut Lo mati muda karena kecapean kerja." ujar Joan yang tidak dihiraukan oleh Roxy yang sudah memejamkan matanya.

Joan menghela nafasnya, mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Roxy setelah membenarkan posisi tubuhnya. Ia menatap lekat wajah Roxy, ribuan terimakasih yang terucap dalam hatinya tidak sebanding dengan pertolongan yang diberikan Roxy kepadanya. Joan bersyukur dengan kesempatan hidup yang DIA berikan, kesempatan kedua yang bisa ia gunakan untuk membantu sosok malaikat dihadapannya sekaligus merubah alur hidupnya harus berakhir tragis.

•bersambung•

Typo,, maafin ya😁

Perusak Alur (Roxy Aurelian) Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ