Page six

33 5 2
                                    

What is good? What is bad? I just use what the God gave me

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

What is good? What is bad? I just use what the God gave me.

°°°


"Aku dengar Paman berencana membawa adik tirimu tinggal satu rumah? Apa benar?" Wanita dengan rambut ikal panjang dan tampak tidak rapi itu sibuk bicara dengan jemarinya yang tak henti menyodorkan potongan makanan ke dalam mulut. Sementara wanita yang diajak bicara hanya membalas dengan tawa kecil dan pandangan gemas, Si wanita berambut merah muda pun mengangguk singkat sebelum akhirnya memutuskan untuk bicara.

"Benar, Ayah bilang adik tiriku akan tinggal satu rumah dengan kami. Tidak dalam jangka dekat, mungkin beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun lagi. Ayah tidak pernah bercerita secara lengkap tentang masalah ini sehingga aku minim informasi, dan juga aku tidak mau memaksanya, karena aku tahu itu akan menyakiti Ayah. Jadi, aku memutuskan untuk setuju dan ikut semua rencana Ayah. Lagi pula, pemikiran Ayah tidak mungkin salah." Si wanita yang diketahui bernama Winter ini tersenyum kecil, bola mata merah mudanya tampak berkilauan karena diterpa Matahari, membuat Si wanita semakin terlihat cantik.

"Benar juga, Paman tidak pernah sembarangan dalam mengambil keputusan. Paman selalu memikirkan semuanya dengan sangat matang tanpa merugikan dan menyakiti pihak mana pun, bahkan Paman bisa memaafkan semuanya dan menjalani kehidupan tanpa ada dendam. Terkadang, aku masih tidak habis pikir, bagaimana Paman bisa menerima adik tirimu begitu saja?"
Winter mengerjapkan mata perlahan sebelum membiarkannya teralih untuk beberapa saat ke depan. Ujung bibirnya terlihat berkedut samar, jika tak diperhatikan maka tak akan dapat menyadarinya: menyadari apa maksud senyum di wajah cantik tersebut.

"Elvetta, anak itu tidak melakukan kesalahan. Anak itu lahir tanpa tahu apa-apa, adalah hal yang buruk jika kita menyalahkannya dan malah memperlakukannya dengan keji. Tidakkah Elvetta yang baik hati juga berpikir begitu? Haha. Karenanya, aku dan Ayah tidak pernah merasa dendam pada Karkata, tidak juga membenci atau merasakan sesuatu yang buruk terhadapnya. Aku hanya menganggapnya sebagai adik laki-laki yang jauh, yang tidak dapat kesempatan untuk tumbuh besar denganku." Winter lagi-lagi tersenyum, pandangan gadis berusia delapan belas tahun ini terasa begitu hangat dan menyeluruh, seolah-olah Elvetta tengah memandangi pemandangan yang tercipta dari hasil imajinasi. Winter Holmwood selalu dikenal sebagai satu-satunya putri keluarga Holmwood dengan segudang prestasi di bidang seni. Meski nilai akademisnya tergolong rata-rata, Winter selalu dikenal sebagai Pianis andal di usia muda. Winter bahkan sudah menggelar konser perdananya dua tahun lalu, selain piano, Winter juga menguasai beberapa bahasa asing. Dibanding urusan bisnis, Winter lebih menyukai sejarah, tata letak sebuah Kota dan Negara juga hal-hal yang menarik dari sebuah tempat membuatnya menjadi salah satu calon menantu idaman para keluarga konglomerat.

Bunga cantik yang bagus dipajang di dalam kaca.

Adalah kalimat yang tidak bisa Winter lepas dari dirinya, adalah kalimat yang begitu melekat pada dirinya, adalah kalimat yang selalu bernaung di otak para orang tua dan pemuda yang menginginkan Winter menjadi bagian keluarga mereka.

"Winter, sudah hampir petang. Kita harus segera pulang sebelum Tuan Holmwood heboh mencarimu." Seorang pria dengan helai keemasan dan tertata begitu rapi tampak berdiri di samping Winter dan Elvetta begitu saja, "dan kau juga ada latihan Piano besok pagi. Kau butuh istirahat lebih banyak hari ini." Pria itu melanjutkan ucapannya tanpa menunggu jawaban dari Winter, ia juga tidak ragu untuk membantu Winter membereskan barang milik Si gadis yang berserakan di atas meja. Sesekali Si pria akan melirik ke arah jam tangan yang ia pakai seolah ia tengah diburu waktu.

"Kami baru mengobrol beberapa saat dan kau sudah sibuk menyuruh Winter pulang, memangnya tidak ada yang bisa Winter lakukan selain latihan dan belajar? Dia lama-lama bisa gila! Ah, teman baikku yang malang, bagaimana bisa kau berakhir dengan pria kaku yang seperti hidup di jaman batu ini?" cibir Elvetta sembari meraih tubuh sintal Winter dan memeluknya erat. Salah satu tangan Elvetta terasa mengusap punggung Winter dan tangan lainnya merebut tas milik Winter yang sudah berada di tangan Si pria.

"Winter tidak akan gila, jangan khawatir. Karena satu-satunya yang perlu dikhawatirkan di sini adalah dirimu." Si pria mengembuskan napasnya perlahan seperti tengah melihat hal yang paling mengecewakan dan menyedihkan seantero jagat raya.

"Kau, sedang mengejekku?"

"Tidak, saya sedang mendeskripsikanmu. Tidak bisa lihat jika saya prihatin?"

"Winter! Dengar, 'kan? Dengar apa yang pria sialan ini bilang!? Dia mengatakan aku orang gila yang prihatin! Astaga! Winter, jangan dekat-dekat dengannya, kau harus cepat-cepat cari pacar dan meninggalkan Si kacamata sial ini." Elvetta mendengus sebelum membenamkan wajahnya di tubuh Winter, hal yang membuat Winter semakin tergelak.
"Haha. Elvetta dan Kak Reftan selalu saja tampak akrab, aku iri sekali. Hm, Elvetta jangan marah. Ketahuilah, Kak Reftan hanya menginginkan hal yang terbaik untukku dan juga untuk Elvetta. Dan Kak Reftan adalah orang kepercayaan Ayah, karenanya Ayah membiarkan Kak Reftan mendampingiku ke banyak tempat, juga mengajariku banyak hal. Harusnya aku mengucapkan banyak sekali terima kasih padanya. Elvetta juga, bukankah Kak Reftan selalu mengajari Elvetta bahasa asing?"

Elvetta menggeram pelan, kembali diliriknya pria yang masih berdiri di belakang mereka. Seorang pria dengan tinggi mencapai seratus sembilan puluh senti, berambut emas dengan sepasang mata berwarna hitam pekat yang ditutup kacamata dengan bingkai berwarna kayu dengan desain klasik. Pria yang ada di belakangnya ini adalah asisten kepercayaan keluarga Holmwood, ia bahkan diisukan akan menjadi calon suami Winter: putri semata wayang Holmwood. Namun, isu tersebut tetap menjadi isu, tanpa ada lanjutan kabar tentang keduanya jatuh hati atau dijodohkan secara paksa.
"Iya, iya aku tahu. Kenapa juga dia harus menyebalkan sekali!? Astaga, darahku selalu naik jika berada di dekatnya, tidak seperti aku bermaksud untuk berkelakuan buruk. Sungguh!"

"Elvetta, pernah dengar tidak tentang cerita benang merah? Benang merah yang akan mengikat dua orang, dan tidak bisa putus meski salah satu atau keduanya telah mati. Benang merah itu akan mempertemukan dua orang yang sudah terikat dengan cara apa saja, menjadikan mereka sahabat, rekan kerja, sampai musuh. Dan uniknya, orang-orang yang terikat benang merah ini akan merasakan sesuatu yang lain di dalam diri ketika bertemu dengan pasangannya. Namun, benang merah juga tidak melulu berakhir manis atau berkaitan dengan kisah romansa, benang merah juga terkadang dikaitkan dengan takdir buruk yang tak bisa dielakkan bagaimanapun mereka menghindar."

Garden Of Mirror [ Bleu ] [ On Hold ]Where stories live. Discover now