Page four

22 7 0
                                    

A villain in my own story

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

A villain in my own story

°°°

"Tidak ada pilihan lain Yunifer, aku tidak punya hati lagi untuk memaafkanmu. Kurang besar bagaimana kau mencoreng wajahku? Yunifer, saat kau bercinta dengan lelaki busuk itu, apa kau tidak sekali juga memikirkan putrimu? Winter begitu merindukanmu, gadis baik itu selalu bertanya tentangmu pada setiap langkah kecilnya. Yunifer, katakanlah kau tak lagi mencintaiku, lalu putrimu?"

Pria berambut abu gelap itu menatap lurus pada lawan bicaranya: seorang wanita muda yang berwajah begitu cantik juga terlihat begitu berantakan. Jubah yang wanita itu kenakan tidak terpasang dengan benar, rambut yang biasa terurus kini tampak diikat seadanya, bahkan tak ada pewarna bibir atau perona wajah yang ia oles. Si wanita tidak menjawab satu patah kata pun, yang ia lakukan hanya menunduk dan berharap semua ini adalah mimpi buruk. Si wanita berdoa pada apa saja yang mendengarkannya, ia berharap agar bisa memutar waktu dan tidak melakukan perselingkuhan tolol itu. Namun, nihil. Tidak ada yang dapat diputar, tidak ada yang bisa dikembalikan. Pria yang mengajaknya bicara adalah sosok ayah kandung dari putrinya, adalah suami yang sudah ia nikahi selama enam tahun lamanya.

Dellencer Holmwood, pria yang gemar mengumpulkan prangko ketika masih bersekolah dan tidak punya mantan kekasih ini adalah sosok lelaki idaman Yunifer sejak dulu. Dellen adalah pria penuh tanggung jawab, penuh kasih dan memiliki karir sempurna di bidang yang ia ambil. Butuh waktu lama bagi Yunifer untuk menggodanya, untuk mendapatkan hati dan mengeruk hartanya. Pepatah bilang, berlian tetap akan jadi berlian meski berada di kotak sampah, juga sebaliknya. Maka, Yunifer adalah sampah yang berada di kotak berlian.

"Dellen, aku sungguh menyesali perbuatanku, Dellen, aku benar-benar minta maaf. Aku mencintaimu, karena itu karena itu maafkanlah aku," lirih Yunifer dengan wajah tertunduk. Yunifer gemetar, ia takut ketika membayangkan akan kehilangan semua keindahan dan kemudahan miliknya selama ini. Yunifer tidak rela jika akan ada wanita lain yang akan mengambil posisinya.

"Hm. Karkata, nama anak yang kau kandung itu. Berikan nama Karkata padanya, Karkata Holmwood. Ketika ia sudah berusia delapan belas, aku akan mengambilnya darimu. Dan sebelum itu, kau akan terus dapatkan uang dariku setiap bulannya, jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Cukup besarkan saja anak itu dengan baik. Yunifer, tidak ada satu hari di mana aku tidak mencintaimu. Namun, jika cinta itu adalah racun untukku, maka sudah seharusnya aku buang bukan? Dan satu lagi, Winter akan tetap denganku. Kau jelas boleh menggugatku, tapi kau jelas tahu kau akan kalah dan berakhir tidak dapatkan uang. Kau pasti tahu mana yang baik. Sampai bertemu lagi Yunifer."

°°°

"Jadi, kau tinggal bersama Ibumu? Hanya berdua?" Lares menoleh singkat ke arah Karka, ia tak ingin fokusnya teralih jauh dan membuat keduanya dalam bahaya. Mereka kini berada dalam sebuah mobil Sedan berwarna hitam milik Lares. Awalnya, Lares tidak pernah suka mengendarai kendaraan roda empat, jika dapat memilih, Lares lebih menyenangi Sepeda motor. Lebih cepat dan tidak banyak batasan, sayangnya, Karka tidak terbiasa naik Sepeda motor. Karkata selalu menolak tawaran Lares ketika pria populer tersebut menawarinya pulang bersama, ada banyak alasan yang Karka sampaikan pada Lares sampai akhirnya Lares paham jika Karka bukan menolak pulang bersamanya melainkan menolak pulang menggunakan Sepeda motor.

Karka mengangguk samar, bibirnya masih tersenyum ringan dengan tatapan mata yang sedari tadi mengarah pada spion. Seolah menjadi kebiasaannya untuk tetap awas pada sekitar.

"Benar, aku tinggal bersama Ibuku. Ibu bilang, Ayah biologisku tewas di penghujung meja judi dan kami bisa hidup karena sokongan dari Ayah tiriku. Lares, semua gunjingan dan rumor yang sering kau dengar tentangku adalah benar. Aku ini anak dari hasil perselingkuhan Ibu dan kekasih gelapnya, karena Ibu ketahuan mengandungku, maka Ayah tiriku menceraikan Ibu dan meninggalkan kami berdua saja. Sejak itu, Ibu selalu marah dan seperti orang hilang akal. Beliau sering kali menyalahkanku, memakiku dengan kata kasar, bahkan tidak jarang memukulku. Lares, kau pasti sering melihat bagaimana lenganku dipenuhi lebam atau terkadang ada luka di sudut bibirku. Benar Lares, itu semua karena Ibuku, semuanya Ibuku yang melakukan." Karkata menatap Alares, tatapannya tenang, tidak terlihat seperti menyimpan dendam atau pun memiliki rasa benci

Namun, Lares dapat merasakan aroma bengis dari setiap kata yang Karkata ucapkan, Lares dapat merasakan perasaan ngeri yang menancap ke dalam jantung begitu saja. Lares tahu betul rasa ini, Lares paham benar aura ini. Dan bagaimanapun caranya, Lares akan mengabulkan setiap keinginan Karkata.

"Ibumu, terdengar seperti wanita gila."

"Haha. Bagaimana kau dapat memanggilnya seperti itu? Haha. Bahkan aku juga, memanggilnya begitu Lares, aku menyebutnya wanita gila. Wanita gila yang kebetulan adalah Ibu kandungku, wanita gila yang kebetulan membesarkanku, wanita gila yang kebetulan sedarah denganku. Alares, aku pernah berpikir begini, jika wanita gila itu adalah Ibuku, apa mungkin aku ini juga gila?" Karkata tidak mengalihkan tatapannya sama sekali dari Alares, sepasang mata jernih itu menerobos masuk secara paksa ke dalam pikiran Alares seolah tengah mencari jawaban dengan sendirinya. Alares menggeleng. Reaksinya cepat, bahkan lebih cepat dibanding ketika ia harus menginjak pedal rem saat berhenti.

"Sama sekali tidak. Maksudku, semua manusia itu gila, siapa memangnya yang tidak gila di dunia ini? Maksudku, ah, sudahlah. Aku tidak tahu aku sedang bicara apa, aku hanya ingin bilang aku tidak menganggap perbuatanmu salah dan aku tidak setuju dengan Ibumu. Bahkan harusnya wanita itu saat ini dipenjara saja." Atau dibunuh, batin Alares. Benar, Alares ingin sekali menghabisi wanita itu dengan kedua tangannya sebagaimana ia ingin menghabisi pria yang paling ia benci sejagat raya. Pria yang dulunya telah gagal melindungi Rajanya, pria yang Rajanya pilih tetapi berakhir dengan berkhianat dan memilih wanita asing. Karkata masih tersenyum, pandangan matanya masih belum ia alihkan dari Alares. Pria dengan wajah di atas rata-rata ini sungguh menarik perhatiannya, Karkata tidak pernah berpikir jika kepingan-kepingan mimpi yang dianggapnya sebagai teror itu bisa berakhir dengan manis. Karena saat ini, Karkata begitu yakin jika Alares adalah salah satu dari kepingan mimpinya yang jadi kenyataan.

Garden Of Mirror [ Bleu ] [ On Hold ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora