bonus chapter 4

2.2K 202 79
                                    

untuk salah satu reader yang req Papanya Seluna masih hidup sebelum lahirin si bocil, lunas ya utangku>< (user /santieka22)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

untuk salah satu reader yang req Papanya Seluna masih hidup sebelum lahirin si bocil, lunas ya utangku><
(user /santieka22)

5,1k +words, banyak narasi, alur cepat, bacanya pelan-pelan ya maaf kalo ada typo
•••


Luhan terbangun saat merasakan perutnya melilit dan pegal yang luar biasa. Jam menunjukkan pukul 2 dini hari, sementara sosok lelaki tinggi di sebelahnya tertidur dengan pulas. Tidak masalah, mengingat Sehun baru saja pulang sedari perjalanan bisnis ke luar kota dan Luhan tak berniat mengganggu tidur berkualitas sang suami.

Di usapnya perut buncit yang baru saja memasuki usia 6 bulan. Secara halus memberikan pengertian di dalam hati bahwa Luhan sangat menyayangi makhluk kecil yang sedang bertumbuh agar tak terus membuatnya khawatir. Tak lupa menyematkan sebuah doa agar ia di berikan kekuatan untuk melalui ini semua.

"Shh. Shh. Yang tenang ya Dek di dalem. Papa disini kok. Jangan takut, hm? Kasian nanti Daddy kebangun" bisiknya sedikit melirih. Masih terus mengusap lembut perutnya sendiri.

Hening masih mendominasi. Perlahan sabit indah itu meredup karena rasa kantuk yang tak terelakkan meski masih dalam posisi terduduk sambil bersandar pada kepala ranjang.

Sembari mengelus perut, sesekali Luhan gunakan kesempatan itu untuk melirik wajah tertidur sang suami di sela redupnya sepasang sabit cantiknya. Perasaan debar itu kembali menghampiri bahkan Luhan bersumpah bukan keinginannya untuk merona layaknya remaja kasmaran. Bagaimana pria dingin yang sedari dulu ia kejar dan berakhir pada pertemuan kembali yang begitu tiba-tiba hingga kini menjadi sepasang suami karena kehadiran malaikat kecil yang tengah ada di dalam perutnya.

Masih menatap lekat dengan wajah sendu hingga sepasang mata kelam itu terbuka telak tanpa tanda—sontak membuat Luhan memalingkan wajah dengan cepat. Bahkan kinerja jantungnya di dalam sana ikut berpacu cepat dan membuat perutnya semakin melilit.

"Lo kebangun? Kok gak bangunin gue? Butuh apa?" tanya Sehun masih dengan suara parau lalu ikut terduduk di sebelah Luhan. Terbersit perasaan khawatir mengingat selama mengandung buah hatinya, Luhan selalu merasa kelelahan.

"Akh—akh!" karena terkejut dan berimbas pada perut yang melilit di dalam sana.

Sehun terlihat panik, "Lu? Y-you okay? Mau ke rumah sakit gak?"

Yang di tanya hanya menggeleng cepat, "Ini tadi lagi melilit terus g-gue juga kaget lo tetiba buka mata"

Rasanya takut dan kalut jika sesuatu terjadi pada Luhan di usia kehamilan yang sudah mulai membesar seperti ini. Sehun perlahan ikut mengelus perut buncit sang suami tepat di atas telapak tangan Luhan, turut andil memberikan afeksi manis untuk anak mereka di dalam sana, "Dek, ayo di dalem sana be good ya. Behave. Kasian Papa. Kita sayang Dedek"

FELL IN TOXIC✔️Where stories live. Discover now