Reno tersenyum gemas mendengar penjelasan Arsenio, dua jarinya langsung menyentil pipi sepupunya.

"Renooo..." ucap Arsenio penuh penekanan sambil mengelus-elus pipinya.

Reno tersenyum seraya mengacungkan jari telunjuknya "1 sama bos." Arsenio hanya menatapnya kesal.

"Bos, lo tuh bodoh banget sih dalam hal romansa, itu tuh namanya liburan bukan honey moon bos, honey moon tuh cuma berduaan," jelas Reno yang merasa kasihan pada Arsenio dari pernikahaan pertama juga tidak pernah honey moon karena saat itu sepupunya belum memiliki perasaan pada almarhumah istrianya dan sekarang di saat menikah yang saling memiliki perasaan pria itu terlalu kaku melakukan hal romansa.

"Iya juga sih, tapi Farza pasti gak tega kalau gak ngajak Farzan."

"Ya, bos kasih pengertian ke Farza. Nanti kalau Farzan libur baru kalian liburan bertiga," saran Reno layaknya sang konsultasi cinta.

Arsenio tampak memikirkan saran Reno dan detik berikutnya ia menjentikkan jemarinya.

"Ok, saya terima saran kamu. Jadi, tolong kamu carikan tiket pesawat ke lombok untuk besok pagi ya Ren!"

"Ko gue yang cari? Kan bos yang mau honey moon."

"Ya, kan kamu yang nyaranin semuanya dan terima kasih Reno atas semua sarannya," ucap Arsenio tersenyum manis pada sepupunya yang menampakkan wajah masamnya.

🥀🥀🥀

Di tepi pantai terlihat wanita bersandar pada bahu pria yang merangkulnya. Mereka tampak tersenyum hangat menatap matahari yang sedang menampakkan warna jingganya seraya bernostalgia pada momen-momen dihadapan sang senja kala itu, kini telah menjadi kenangan indah yang kembali di kenang di tambah suara riuh ombak dan hembusan angin menambah kemesraan keduanya.

"Masya Allah ternyata benar apa yang kamu bilang waktu itu sayang, senja tampak menjadi indah setelah kita pernah memiliki kenangan di hadapannya," ujar Arsenio menatap kagum senja yang kini terlihat istimewa dinetranya.

"I-ya mas," balas Farzana sedikit gugup dan entah mengapa dirinya masih saja merasakan sensasi hangat pada pipinya, setiap kali sang suami memanggilnya dengan panggilan yang seminggu lalu baru ia dapatkan dari suaminya.

"Ternyata efektif juga ya saran dari Reno," tuturnya tersenyum penuh kemenangan.

"Efektif sih efektif mas tapi rasanya kita tega banget pergi gak pamit dulu sama Farzan," sahut Farzana saat di hari keberangkatan baru pulang mengantar Farzan sekolah, suaminya memaksa dirinya masuk ke dalam mobil dan dalam perjalan sang suami baru memberitahu akan pergi honey moon.

"Ya, kebetulan penerbangan kita jam Farzan masih sekolah sayang." Arsenio memberi alasan yang masuk akal, meski sebenarnya ia dan Reno sengaja memilih jam penerbangan dimana putranya masih sekolah.

Farzana mengangkat kepalanya dari bahu suaminya, lalu merubah posisi duduknya menghadap sang suami seraya menatapnya curiga.

"Kebetulan atau memang sengaja, hmm?"

Seketika Arsenio tercengang dengan insting sang istri, ternyata benar apa yang dikatakan papanya jangan pernah berbohong pada wanita sebab insting kaum mereka sangat tajam. Ia pun menyengir kuda sebab pada akhirnya ia tidak bisa menyangkal terkaan sang istri.

"Ya, kalau gak seperti itu. Kita kapan ada waktu berdua, hmm?kamukan lebih sibuk sama Farzan dibanding aku, ditambah dia tiap malam tidur di kamar kita," jelas Arsenio menaikkan bibir bawahnya.

Seketika Farzana tersenyum geli melihat ekspresi suaminya yang seperti anak kecil sedang cemburu, sungguh ia tidak berekspetasi tingkah Arsenio yang setelah menikah menjadi seperti anak kecil dan sangat pecemburu.

NETRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang