IV - LET'S BREAK

15 11 5
                                    

Back lagi, alll.

Wish you enjoy for this part

yang makin hari makin gk jelas

Sesuai sama isi otak maimun.

Lagi minus mikirin apa-apa.

Okey, Happy reading...

_

_

_

_

×READY FOR HALU×



Ujian mendadak, salah satu yang paling dihindari oleh para murid dikaranekan kurangnya persiapan yang berujung saling menyontek atau bahkan kerja sama. Salah satu contohnya adalah Senja dan Cheza.

" Kenapa juga harus ada Biologi, masih mending matematika, " gerutu Senja melihat ragam pertanyaan berbahasa latin, yang bagi Senja serasa bahasa alien.

" Emang lo bisa matematik? " tanya Cheza. Setahunya dulu Senja bukan penyuka angka, paling benci lah ya, sampai setiap pelajaran matematika selalu saja bolos menggunakan berbagai alasan.

" Lo jangan ngeraguin gue, Za. Semenjak lo gk ada, gue berusaha buat naklukin apa yang gue gak bisa dan sekarang liat aja hasilnya. Gue berhasil, " ucap Senja merasa bangga pada diri sendiri.

" Terkecuali Gerhana, gue pengen nyerah rasanya. Kenapa coba dia harus jadi es kutub setelah gue ngungkapin perasaan. " Raut wajahnya berubah sendu.

Tugas matematika seakan terlupakan oleh keduanya. Mereka malah asik mengobrol, untung saja guru meninggalkan kelas setelah menuliskan pertanyaan dipapan. Para murid lain juga melakukan hal yang sama, terkecuali seseorang yang berambisi.

" Cari aja kelemahan dia. Cara itu bagus untuk bisa bikin dia jadi milik lo, " saran Cheza amat kurang tepat.

Senja langsung menggeleng, " Gue mau dia suka karna suka bukan karna paksaan. Gk keren kalau cuma gue yang suka. Kalaupun dia gk suka gue, itu gk papa. Seengganya gue bisa suka dia itu udah... "

" Udah cukup? cukup apanya sih nja? lo itu terkadang harus egois sedikit. Bukan sekedar mentingin perasaan dia doang, " sergah Cheza memotong perkataan sok bijak dari Senja, padahal dalam artiannya ia begitu mengharapkan cinta yang tak terbalaskan.

" Gk mesti gue paksa juga kali. "

" Sesuatu yang dipaksakan itu gk enak. "

Beberapa untaian kata dari Senja terasa menyindir Cheza. Gadis blasteran itu mengingat perlakuan kemarin malam ia bersama Kandra.

Gue harus ketemu dia nanti. Batin Cheza tertoleh kerah dua remaja didepan.

" Za, lo beneran naksir Kandra? " tanya Senja melihat gelagat Cheza yang sedari kemarin begitu terfokus pada Kandra.

Cheza mengangguk singkat sebagai jawaban. 

⛔⛔


Hasta, terlihat berjalan tergesa-gesa, seolah tengah menghindari seseorang. Hasta terus saja berjalan sejauh yang ia bisa, sampai berujuang di taman bekas seokalh yang dulu, tempatnya berada di belakang sekolah. Lumayan kumuh tapi masih terlihat bagus, bunga-bunganya juga banyak yang sedang bermekaran. Jarang ada murid yang ke sini.

"Lo mau lari kemana pun gue tau kemaana arah lo pergi. "

Hasta tidak menoleh, cukup dari suara ia tahu dia siapa.

" Pergi! " usir Hasta.

Dia Kandra, kekasih tersembunyi Hasta. Isu itu benar, Kandra dan Hasta memang berpacaran.

Tanpa menunggu persetujuan apa-apa, dua buah tangan kekar melingkar sempurna dipinggang Hasta.

" Lepasin gue Kandra!! " tangan Hasta menarik-narik kuat tangan Kandra, sesekali ia memukulnya, cukup membuat Kandra meringis kecil.

" Biarin gini dulu, Ta. " Suara Kandra meredam, ceruk leher Hasta ia jadikan tempat menumpu wajahnya.

Pergerakannya ia hentikan. Nafasnya terasa tersendat menahan sesak. Gejolak amarah dalam tubuhnya ia simpan sebisa mungkin untuk tetap tenang.

" Gue butuh penjelasan, Ndra, " pinta Hasta terdengar begitu lirih. Raut wajah terlukanya tidak dapat ia sembunyikan.

" Let's break up. "

Tangan Kandra luruh bersamaan saat rintikan air mata Hasta mengalir. Hasta berbalik dengan sangat pelan, matanya ia beranikan menatap mata coklat terang milik Kandra.

" Baru dua hari, Ka. Sesingkat itu? " tanya Hasta penuh tanda tanya.

Hubungan backstreet ia bersama Kandra hanya bertahan dua hari dan tanpa ada kesan sama sekali, semuanya seperti sia-sia, apa ini artinya hanya Hasta yang merasa terikat tidak Kandra. Laki-laki itu hanya bisa melihat Hasta tanpa ekspresi.

" Makasih untuk dua hari yang gk bermakna itu, Ta, " pamit Kandra.

Hasta terdiam, menatap Kandra yang berjarak sekitar 5 meter menjauh darinya, tapi ia belum sepenuhnya beranjak.

" Jangan salahin Cheza, dia gk salah. " Kembali Kandra mengambil langkah semakin menjauh dari Hasta, untuk sekarang hanya itu pilihan terbaik. 

Jujur saja, ekspresi Hasta cukup menyayat ulu hati Kandra ditambah tangisan tanpa suara yang ia lihat.

Tangisan tanpa suara menjadi saksi kalau Hasta sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kenapa cinta pertamanya harus patah seperti ini. Biarlah ia sekarang sendiri, semuanya terlalu sulit dipercaya.

" Lo hadir bawa luka, Za. "

" Tentunya. " 




÷BATAS HALUSINASI÷



Gimana untuk part gila ini?

Singkat? tentu

im so lazyyy

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIFESTYLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang