II - BAHASA KALBU

19 11 6
                                    

Welcome back!

_

_

_

_


×READY FOR HALU×

Hari-hari berlalu. Selesai class meet dan pembagian rapot di Smanwa, kini Hasta sudah resmi naik kelas 11. Bersamaan dengan itu juga, kembarannya dipindahkan kesana untuk melanjutkan jenjang pendidikannya.

Hasta tidak bisa menolak. Kenyataannya kalau ia dan Chezaryn Xiuscha memang saudara kembar. Mereka terpisah sedari kecil. Swaktu masuk Tk, Hasta dan Cheza harus berpisah karna kedua orang tuanya sempat ingin berpisah tapi tak jadi.

Cheza dibawa kerumah adik dari sang ibu-Hazel ke Vietnam dan Hasta tinggal bersama sang ayah-Haizan di Indonesia. Kurang lebih kedua orang tuanya baru rujuk 5 tahun belakangan ini.

Cheza dan Hasta sudah berpisah selam 15 tahun silang. Komunikasi yang tidak terjalin begitu lama menimbulkan jurang dalam di tengah keduanya.

" Hasta, ayok makan. " Panggil sang mamah melihat anaknya baru datang mengenakan seragam sekolah rapi, persis seperti Cheza.

Hasta menoleh kearah sang mama sejenak sebelum tertoleh pada Cheza yang duduk manis di meja makan. Ia tidak melirik Hasta sama sekali.

Bangku kosong di samping Cheza ditempati Hasta. Tidak menunggu lama, Hazel, ibu dari keduannya memberika selembar roti yang telah diberi selai pada Hasta. Hasta mengambilnya.

Haizan telah selesai dengan makannya. Ia beralih pada kedua putrinya.

" Papa mau kalian berdua bisa akur. Ingat, kalian itu saudara kandung bukan tiri. Kalian hanya terpisah beberapa tahun, jangan jadikan itu sebagai jarak di antara kalian. " Nasihat yang Haizan berikan Melihat kedua putrinya berperilaku layaknya bukan saudara.

" Benar kata papa. Kalian berdua itu anak kami, anak kandung. Seharusnya kalian berprilaku layaknya saudar, bukan saling mendiami. Dan ya, untuk itu mama dan papa sudah memutuskan kalau kalian berdua pulang atau pergi kesekolah harus berdua, " sambung Hazel turut memberikan nasihat pada keduanya.

Baik Hasta dan Cheza sudah pasti tidak terima, tapi bagaimanapun kendali dipegang Hazel dan Haizan.

" Iya ma, " jawab Hasta.

Sedang Cheza menangguk sebagai jawaban. Mulutnya terisi oleh makanan.

Sok iye bilang iya, asliny lo nolak banget semua ini kan. Batin Cheza.

Lo diem itu tandanya lo gk mau. Batin Hasta.

Keduanya sontak menghentikan acara makannya. Mereka saling melempar pandangan.

" Lo ngatain gue!! " sungut keduanya serentak.

" Apasih, orang gue diem, " balas mereka serempak lagi.

Hazel dan Haizan melihat dengan tatapan bingung. Padahal tadi keduanya hanya diam saja, tidak mengeluarkan sepatah katapun atau bahkan penolakan.

Lalu sekarang kenapa mereka bertingkah aneh seperti sekarang?

" Apa yang kalian pertengkarkan? " tanya Haizan.

Hasta menjawab, " Pa, masa papa gk denger tadi. Cheza ngatain Hasta, pa, " adu Hasta.

Cheza tidak terima atas tuduhan Hasta ikut angkat suara. Sedari tadi ia hanya diam.

" Hasta, lo apa-apan sih. Gue gk pernah ya ngatain lo. "

Kecuali dalam hati. Lanjut Cheza dalam batin.

Hasta kembali mendengarnya. Cheza memang mengatainy, tapi tunggu, ia bilang dalam hati?

Berarti gue bisa denger suara hati Cheza? Pikir Hasta berbicara dalam hati.

Cheza melongo. Ia juga mendengar perkataan batin Hasta barusan. Ada apa ini? Bagaimana mereka bisa saling membaca apa isi hati?

Orang tua mereka kembali Heran melihat raut wajah kaget dari putri kembarnya.

" Sebenarnya kalian kenapa? " Hazel bertanya.

Keduanya menggeleng masih memperlihatkan raut wajah kaget.

Sedekat apa sebenarnya mereka sampai bisa saling mendengar bahasa kalbu.

Tidak ingin ambil pusing soal bahasa kalbu. Hasta dan Cheza memilih berangkat ke sekeloah berdua. Cheza memegang kemudi, sedang Hasta duduk di samping.

" Jangan sampai lo ngajak mati. "

Cheza berdehem. Malas sekali dengan orang overthingking macam Hasta.

🚘🚘🚘

Tengah hari. Aktivitas pembelajarn masih berlangsung. Senja yang duduk disamping Cheza mengajaknya bicara. Sejam penuh pembelajaran Kimia perminatan mampu membuat rasa jengah menghampiri rata-rata anak di Kelas XI IPA-D.

Kebetulan Senja dan Cheza satu kelas. Senja amat senang ditambah cowo yang ia taksir juga sekelas bersama.

" Za, liat deh dua cowo yang bangkunya paling depan itu. " Telunjuk Senja menunjuk kedepan tempat dua cowo itu berada.

Arah mata Cheza melihat kearah dua laki-laki rupawan di depan sana.

" Yang di kanan itu calon pacar gue, namanya Gerhana. Kalau di kiri itu Kakandra, cowo incaran kembaran lo, " jelas Senja tanpa diminta.

Awalnya Cheza tidak tertarik sama sekali, tapi saat ia membahas Hasta membuatnya merasa tertarik. Siapa gerangan laki-laki yang adiknya taksir itu.

" Nja, Kasi tahu gue semua soal Kakandra, " pinta Cheza masih menatap punggung lebar Kakandra.

Senja yang mendengar itu menoleh.

" Lo mau saingan sama adek sendiri? "

" Kalau iya, emang kenapa? Lagian tu cowo belum tentu mau sama Hasta. Dia cewe gk baik. " Jawaban tidak terduga dari Cheza, selaku kakak Hasta.

" Kenalin gue sama dia, nanti, " lanjutnya.

Ia tidak lagi melihat ke arah Kandra. Tatapannya kembali lurus kedepan memperhatikan guru Kimia itu menjelaskan.

Sebenarnya Cheza tidak sungguh-sungguh terhadap ucapannya. Ia hanya sebatas kata-kata tanpa pembuktian.

Buktinya saja sekarang ia sedang tidur bermalas-malasan di dalam Kelas. Kedua tangannya bertumpuk menjadi bantal di atas meja. Serasa kelas milik sendiri.

Dan tanpa ia sadari, seseorang berjalan kearahnya, hanya mereka berdua yang ada di kelas. Berada tepat di depan Cheza, laki- laki itu sedikit menunduk melihat wajah pulas Cheza.

" Lo mirip Hasta dan gue gk suka. "

÷BATAS HALUSINASI÷

Hihi, gimana?

LIFESTYLEWhere stories live. Discover now