PROLOG SEASON 2

619 69 15
                                    

[Warning: Biar nyambung sama ceritanya, mending baca dulu The Unwanted Princess season 1 yaaa]

****

"Jadi, menurutmu Elric mencintaiku, Yang Mulia?"

Ratu Heloise tertawa geli. "Seharusnya seorang perempuan seusiamu sudah bisa menyadari tanda-tanda cinta dari pria, Scania. Kau harus melatih perasaanmu supaya lebih peka."

Scania mengangkat dagu dan menyunggingkan senyum pada bayangan ibunya dari pantulan cermin besar. Ia menepuk helaian gaun biru yang ia kenakan dengan santai. "Oh, aku ahlinya. Percayalah."

Ratu Heloise mengangkat alis. "Aku meragukannya."

Scania menggigit bibirnya. "Tapi kadang firasat-firasat semacam itu bisa saja salah. Maksudku, kalau memang Elric mencintaiku, mengapa ia tidak melamarku waktu itu?"

Ratu membantu merapikan helaian rambut Scania yang berantakan. "Kalau itu, aku tidak tahu," gumamnya. "Sebaiknya kau tanyakan langsung padanya."

"Tidak, tidak." Scania menghentakkan kedua kaki sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. "Elric, mengapa kau tidak melamarku? Apa kau tidak mencintaiku? Lalu, dia harus menjawab apa? Oh, maaf kau bukan tipeku, Scania. Bisa Ibu bayangkan betapa canggungnya percakapan kami nantinya? Atau ... betapa merah wajahku?"

"Baiklah, tetapi daripada memikirkan hal itu," Ratu Heloise buru-buru berdiri dan berkacak pinggang. "Hmm, sepertinya seseorang akan terlambat datang ke rumah baca."

Scania menepuk dahinya sambil mendelik. "Oh, kau benar! Aku terlambat!" serunya. Ia lalu berlari sambil membawa buku-buku yang telah ia baca semalam, meninggalkan ibunya di kamar sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali.

****

Scania biasanya menghabiskan satu jam per hari dalam hidupnya untuk mendongeng di depan para orang buta di wilayah Kerajaan Heloise. Scania begitu terkenal dan dinanti-nanti oleh banyak orang, karena dirinya merupakan pendongeng yang baik. Tak pernah sedikit pun ia melupakan mereka, karena ia begitu peduli pada rakyat yang membutuhkannya.

Dulu, Scania selalu pergi sendirian. Namun, semenjak gelar kerajaannya kembali, Scania harus dikawal oleh barisan prajurit resmi kerajaan ke mana pun ia pergi. Termasuk saat ia berada di rumah baca.

Saat Scania selesai mendongeng di sore hari, langit menggelap. Hari ini sangat menyenangkan bagi Scania, terutama karena semua orang sangat antusias dengan dongeng yang ia bawakan. Sepertinya hari ini akan turun hujan, batin Scania. Gadis itu mempercepat langkahnya meninggalkan rumah baca, dan berbelok ke sebuah jalan besar. Di sana telah menanti sebuah kereta kuda yang diapit oleh beberapa pengawal berbaju besi.

Baru saja Scania hendak menghampiri para pengawal itu, tiba-tiba sesuatu muncul dari kejauhan. Scania berhenti sejenak. Ia lalu memicingkan matanya dan menarik napas.

"A-Apa itu ...,"

Scania gemetar.

"Yang Mul--"

"Sebentar!"

Scania menatap tajam pada para pengawal untuk beberapa saat, lalu kembali menoleh pada incarannya yang berada nun jauh di sana. Ada seseorang di dalam hutan. Scania yakin penglihatannya tidak salah, dan ia sangat ingin membuktikannya.

"Pengawal!" seru Scania. "Kalian semua bisa kembali ke istana duluan."

"Tanpa Anda, Yang Mulia?" Salah seorang pengawal maju mendekati Scania.

Scania tersenyum menutupi kejengkelannya. Mereka semua pasti tidak akan membiarkanku pergi seorang diri, pikir Scania. Ia mencoba untuk mencari alasan secepat mungkin, namun sosok misterius yang menarik perhatiannya itu kini lenyap. Scania jadi tergesa-gesa dan bicara asal.

"Ada sesuatu dari gaunku yang harus dirapikan, kau tahu, biasalah. Yang jelas ... ini urusan wanita."

"Oh, b-baiklah, Yang Mulia. Silakan selesaikan urusanmu selama yang kau mau, tetapi kami tetap tidak bisa pulang dengan tangan kosong," kata pengawal itu gugup. "Raja akan marah."

"Jadi, kalian akan tetap menungguku di sini?" Scania memutar bola matanya dengan malas. "Baiklah, hadap belakang!"

"M-Maksudnya bagaima--"

"Kecuali kalian lancang ingin mengintipku?"

"T-Tidak, Yang Mulia!" bantah seluruh pengawal ketakutan. "Cepat balik badan semua!" Mereka semua saling berbisik-bisik satu sama lain.

Scania berjalan mundur sambil melihat lurus ke barisan pengawal di sebelah kereta kuda. "Jangan bergerak, apalagi sampai menoleh ke sini sampai aku benar-benar selesai dengan gaunku!" perintah Scania. "Aku mengawasi kalian."

"Baik, Yang Mulia!"

Scania membalikkan badannya dan berlari begitu kencang.

Siapa itu?

Scania tidak peduli dengan ketakutan yang bersarang di benaknya. Bagaimana jika apa atau siapa yang menunggunya dalam hutan sangat berbahaya? Setidaknya jika sesuatu terjadi, ia akan berteriak sekencang mungkin hingga terdengar oleh para pengawal yang sedang berdiri memunggunginya di kejauhan. Setidaknya, ia bisa tidur nyenyak malam ini setelah rasa penasarannya hilang.

Scania berhenti berlari membiarkan paru-parunya terisi udara lebih banyak. Ia melihat ke sekelilingnya dengan waspada. Gelap.

"Aku tahu kau di sana!" pekiknya. "Tunjukkan dirimu!

Gadis berjubah akhirnya menunjukan dirinya dari balik pepohonan. Scania merinding. Aku berharap firasatku salah, pikirnya. Tapi ternyata benar.

Scania terbelalak melihat jubah secara jelas. Jubah itu seketika mengingatkannya akan kenangan pahit di masa lalu yang berusaha ia lupakan. Masa lalu kelam dalam hidupnya yang tidak ingin ia ceritakan pada siapa pun.

Gadis itu membuka tudung jubahnya, sehingga wajahnya yang penuh rasa percaya diri terlihat jelas. Scania terbelalak menatapnya, tidak mengenali sosok itu. Ia masih sangat muda, bahkan terlalu muda untuk bisa berada dalam jubah gelap milik Bangsa Wolfgang.

Bersamaan dengan itu, petir tiba-tiba menyambar dengan sangat keras.

"W-Wolfgang?" desah Scania terbata-bata. Badannya mulai gemetar. Dadanya terasa sesak.

Ini gila, batin Scania. Ada seorang Wolfgang di wilayahku?!

****

Vote? Comment?
Author kangen banget ih sama Scania!!!

The Unwanted Princess [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang