Cantik dan eksotik, pemandangan di kaki pengunungan mengingatkan Elang akan pertemuan pertamanya dengan Fatiha.
Tak terhitung perempuan cantik yang silih berganti mengisi hari-harinya, bukan menjadi hal baru baginya melihat perempuan cantik. Mengakui dalam hati, Fatiha memang amat sangat cantik, jenis kecantikan yang dapat memikat kaum Adam, sejenak mengambil alih perhatian mereka untuk menatapnya kala berpapasan. Demikian pula dengan Elang.
Sejenak ia terpaku ketika melihatnya duduk di balik meja, berkutat dengan berkas-berkas. Fatiha seperti boneka. Cantik saja tidak cukup untuk mendeskripsikannya, ia juga jelita dan memesona. Terlebih sikapnya, semakin menambah daya tariknya. Namun, bukan berarti Elang langsung jatuh hati padanya.
Ia mengagumi perempuan, semua perempuan cantik, tetapi tidak dengan jatuh cinta pada mereka. Sebagai seorang aktor merangkap model ternama, mudah bagi Elang menggaet perempuan yang menarik perhatiannya dan mengajaknya berkencan. Namun, berbeda dengan Fatiha.
Hampir semua orang di negeri ini mengenalnya, mengidolakan, dan menggilainya, tetapi gadis itu justru tidak mengenalnya. Elang merasa seperti orang bodoh kala pertama kali menginjakkan kaki di tempat indah ini.
“Bapak nyari siapa?” tanyanya, ketika Elang salah masuk ke dalam ruangannya.
Tidak ada raut keterkejutan sama sekali, terlebih binar memuja seperti yang kerap kali ditunjukkan oleh para penggemar Elang kala berjuma dengannya. Apakah hidup di pelosok membuatnya begitu gagap teknologi hingga tidak mengenal Elang? Apakah tidak ada televisi di tempat terpencil ini?
Pertanyaan-pertanyaan itu seketika terpatahkan kala mata Elang menabrak sebuah komputer led di meja gadis itu. Ia bisa mengoprasikan komputer, artinya tidak gagap-gagap amat. Seharusnya Fatiha mengenalinya, atau paling tidak sekedar tahu ia adalah seorang aktor terkenal tanah air. Dari benda persegi itu ia dapat mengakses internet. Ketik saja nama Kusumawardana, yang muncul bukan pengusaha kaya raya Kusumawardana atau Fatmawati Kusumawardana, istrinya, sosialita cantik yang terkenal akan kedermawanannya membangun banyak sekali panti asuhan untuk anak-anak telantar.
Ailangga Kusumawardana, mesin google akan memunculkan nama itu paling atas berikut foto-foto tampannya. Semua orang mengenalnya, tetapi si gadis bermata boneka itu tak sedikit pun menunjukkan tanda-tanda mengenalinya.
“Airlangga Kusumawardana.” Elang menyebutkan namanya tanpa diminta, ia tidak dapat menahan nada kesal dalam suaranya. Fatiha mengernyit, rautnya tetap tenang, tidak menunjukkan keterkejutan. Sepertinya benar-benar tidak mengenal Elang.
“Siapanya Pak Kusuma, ya?”
“Anaknya,” jawabnya. Kali ini kekesalannya memuncak melihat reaksinya. Gadis itu membulatkan mulut, membentuk kata ‘oh’ tanpa suara.
“Ada yang bisa saya bantu?”
“Di mana kamarku?”
“Kamar? Bapak sudah pesan melalui resepsionis?”
“Apakah pemilik tempat ini harus memesan terlebih dahulu?” Suaranya naik satu oktaf. “Seharusnya kalian menyiapkan yang terbaik tanpa diminta.”
“Pak Kusuma tidak mengatakan anaknya akan datang,” jawabnya kalem.
“Aku tidak perlu meminta ijin terlebih dahulu untuk datang. Tempat ini milikku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Muhasabah Cinta
RomanceMenyandang status janda di usia yang masih muda tidaklah mudah untuk Fatiha, apa lagi ia adalah bunga desa yang banyak disukai para pemuda. Tak hanya gangguan dari mantan suami, godaan dari para lelaki yang mengagumi Fatiha dan cemoohan tetangganya...