7

196 49 2
                                    

"Mau menonton apa?" (Name) memperlihatkan dua macam film di tangannya.

"Terserah."

"Yang ini? Oke!"

Izumi menatap datar adiknya yang sedang menghubungkan film tersebut pada televisi.

Jam menunjukkan pukul 8 ketika film terputar. Gadis itu duduk di atas sofa persis di sebelah kakaknya dengan selimut yang sudah membungkus tubuhnya.

Pemuda itu melirik (Name). "Kau ini alergi dingin atau apa?"

Manik biru (Name) menatap Izumi, rautnya sedikit tersentak tapi berhasil kembali normal dalam sekejap.

Senyum lebar terlukis manis di bibirnya.

"Tidak kok, tapi aku lebih suka sesuatu yang hangat daripada dingin."

"Dingin itu ... lebih menyeramkan daripada panas, menurutku."

Tak berniat membalas, Izumi mengalihkan pandangannya pada televisi.

Baru beberapa saat, kamar orang tua mereka terbuka.

"Sayang, jangan sampai larut malam nontonnya walau besok hari libur."

"Siap mah," jawab Izumi. (Name) hanya memperlihatkan emote jempol dengan senyuman di wajahnya.

Film berjalan dengan menyenangkan. Tak jarang Izumi dan (Name) tertawa karena candaan mereka sendiri yang mengomentari film tersebut.

Layaknya saudara pada umumnya. Meski dibilang pada umumnya, ini adalah yang pertama kali bagi (Name).

Gadis itu sudah berpindah posisi berkali-kali. Kini kepalanya bersandar pada paha sang kakak dengan selimut yang masih membungkus badannya supaya hangat.

Hampir pukul 10 tepat. Izumi menatap adiknya yang tak melakukan apa-apa cukup lama.

(Name) sudah tertidur pulas. Izumi memutuskan untuk menyelesaikan film yang sedang ia tonton bersama sebelum adiknya tertidur.

"Yang ingin menonton siapa sih? Chou uzai," gumamnya menepuk-nepuk pelan surai abu-abu (Name).

Setelah film berakhir dengan perlahan Izumi mengalihkan kepala (Name) agar ia bisa mematikan film dan membereskan ruang keluarga.

Kini ia berdiri melipat tangannya, berpikir apa yang harus ia lakukan pada (Name).

"Apa aku buang ke sungai saja, ya?" Ia menghela napas panjang.

Tentu saja ia hanya bercanda. Dia menggendong (Name) dipunggungnya, harap-harap tak membangunkan gadis itu.

Pintu kamar (Name) ia buka perlahan, pikiran pertama yang muncul adalah betapa berantakannya kamar itu.

Barang-barang yang tak tertata rapi di atas meja, selimut yang juga tak terlipat, bantal di lantai. Sungguh seperti kapal pecah.

Karena tak ingin berlama-lama Izumi mengambil bantal itu dengan satu tangan dan menaruhnya di atas kasur kemudian meletakkan (Name) dengan hati-hati.

Sebelum keluar, manik biru itu terfokus pada sesuatu di antara barang-barang berantakan yang berada di atas meja.

Sebuah kamera.

Kamera yang ia berikan di ulang tahun (Name) yang ke-10.

Sudah 3 tahun berlalu, tapi keadaan kamera itu tampak baik walau sering digunakan setiap saat oleh adiknya.

Izumi tersenyum tipis sebelum benar-benar menutup pintu kamar (Name).

'Yah, setidaknya kau merawat pemberianku dengan cukup baik.'

Matahari terbit dari ufuk timur. Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela membuat sang empu terbangun dari tidur nyenyaknya.

Perlahan ia duduk, tangannya memegangi kepalanya yang terasa pusing.

'Bukannya kemarin aku berada di sofa, ya?'

Beberapa saat kemudian (Name) tersenyum. Ia berdiri dan membereskan kamarnya yang 'sedikit' berantakan sebelum menuju ke kamar kakaknya.

Hal yang wajar sesama saudara masuk ke kamar saudaranya tanpa izin.

(Name) membuka pintu kamar itu dengan perlahan.

Melihat kamar Izumi, gadis itu langsung tertohok. Semua barang-barangnya rapi tanpa ada satupun yang berserakan.

"Ada apa ...?" lirih Izumi dengan suara khas orang bangun tidurnya. (Name) membuka gorden kamar agar sinar matahari dapat masuk.

"Terima kasih." Izumi hanya membalasnya dengan deheman.

Perlahan pemuda itu terduduk di tepi kasur, masih mengumpulkan nyawanya sebelum siap beraktivitas.

"Kakak mau susu hangat tidak? Aku akan membuatkannya." Izumi mengangguk pelan sebagai jawaban.

Melihat kakaknya yang mulai berdiri dan beranjak mandi, (Name) keluar dan membantu ibunya untuk memasak sebentar sembari membuat susu hangat yang ia bicarakan.

"Apakah ada hal yang menyenangkan di sekolah?" tanya ibunya membuka percakapan.

"Tidak ada sih ma, tapi semuanya baik-baik saja," jawab (Name) sembari mengaduk masakan.

"Syukurlah, kau harus bilang jika ada orang yang menjahilimu loh."

(Name) hanya bisa menggaruk kepalanya ketika mendengar nada sindiran dari kalimat ibunya.

"Nanti (Name) mau lanjut ke mana?" Kini giliran sang ayah yang bertanya, (Name) memberikan secangkir kopi padanya.

"Sama kayak kakak, tapi jurusan reguler mungkin."

'Hoax itu, kalau aku bilang jurusan produser, sekarang kan belum dibuat.'

"Kau yakin?" sahut Izumi yang baru saja keluar.

(Name) berganti memberi secangkir susu hangat padanya, juga secangkir untuk dirinya sendiri.

"Iya, satu sekolahan saja."

'Lagian masih lama, sekarang masih kelas delapan.'

"Aku tidak mau."

"Kan yang mau nyekolahin papa sama mama, aku tidak butuh pendapat kakak."

Ayah mereka hampir saja menyemburkan kopi yang baru ia minum. Entah karena panas atau karena menahan tawa.

Begitu juga ibu mereka yang menjatuhkan sebuah pisau karena terkejut.

(Name) yang melihatnya hanya bisa menatap was-was karena pisau tajam itu bisa saja mengenai sang ibu.

Percakapan kembali mengalir sembari menunggu makanan selesai dimasak.

Suara piring dan sendok beradu mengiringi percakapan hangat keluarga di pagi hari. (Name) tertawa puas ketika Izumi diperlakukan seperti bayi oleh ibunya.

Tapi perlahan ia merasakan sesuatu yang aneh.

Sesuatu seperti ... keluarganya semakin menjauh, seperti ada tembok yang menghalanginya dengan mereka.

(Name) memang termasuk di dalam mereka, tapi di sisi lain ada bagian asing yang ia rasakan.

'Bodoh, ini sudah berjalan sangat lama tapi kenapa masih saja begini, sih?' batinnya sedikit menggeleng untuk menghapus pikiran anehnya.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

"Ah? Tidak, aku hanya sedang memikirkan sesuatu."

'Aku beritahu pun kalian pasti tidak akan paham.'

→To be continued←

Alurnya lama banget ya? Ini masih panjang sebelum (Name) masuk Yumenosaki sih. Mungkin masih 5 atau 6 chapter lagi.

See you!

𝔸𝕣𝕦𝕟𝕚𝕜𝕒 | 𝐈𝐳𝐮𝐦𝐢 𝐒𝐞𝐧𝐚 𝐟𝐭.𝐥𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐬𝐢𝐬𝐭𝐞𝐫!𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Where stories live. Discover now