5

246 51 5
                                    

Musim panas dimulai. (Name) mengeluh di atas ranjang rumah sakit karena ia harus menghabiskan musim panasnya di sana.

Beruntung ia sudah diperbolehkan untuk sekedar keluar kamar mencari udara segar.

Sinar matahari pagi ini tak terlalu panas, tapi tetap terang hingga (Name) harus menutupi matanya dengan tangan.

Celingak-celinguk mencari tempat yang tepat, gadis itu terpaku pada seseorang yang duduk diam di bangku taman rumah sakit.

Ia melangkah mendekat, merasa tertarik dengan anak itu.

Rambut pirang yang indah, serta bola mata biru yang mirip dengannya. (Name) berhenti tepat di depan anak itu dan tersenyum.

"Kakak pasien?"

'Basa basi yang basi, tapi lanjut lah.'

Anak itu sedikit ragu menatap (Name), namun tetap menjawab. "Iya, melihat pakaianmu, kamu juga?" (Name) mengangguk, lalu duduk di sebelah anak itu.

"Salam kenal, aku Sena (Name)! Kakak bisa memanggilku (Name)!"

"Ah ... iya, aku Tenshouin Eichi, senang bertemu denganmu, (Name)-chan."

Rahang (Name) hampir saja terjatuh ketika kalimat itu keluar.

'E-EICHI!?'

"Maaf, nama kakak siapa tadi?"

"Aku Tenshouin Eichi."

'Aku tidak salah orang? Ini benar Eichi?' (Name) sudah berteriak dalam hati, bagaimana bisa Eichi menjadi selucu ini?

'Akhirnya aku ketemu oshi kesayanganku!!!!' batinnya dengan air mata imajiner yang membasahi pipinya.

"Ra, rambut Eichi-san cantik."

'Eh!?'

(Name) spontan mengalihkan pandangannya. 'Bodoh! Bodoh! Bodoh!'

"Em, anu, maksudku—"

(Name) menghentikan ucapannya ketika suara tawa kecil terdengar dari Eichi.

"Haha, terima kasih."

"Surai abu-abu milikmu juga cantik, tampak anggun denganmu."

"Se, sebenarnya ini cukup berantakan karena aku tidak sempat merapikannya, sih." (Name) memainkan ujung rambutnya.

"Ka, kalau begitu mau kurapikan?" ucap Eichi yang tampak sedikit malu.

'(⁠⊙⁠_⁠◎⁠)!?'

Tanpa pikir panjang (Name) mengangguk semangat. "Tentu saja! Mohon bantuannya Eichi-san!" ucapnya sembari menempatkan dirinya supaya Eichi bisa menjangkau rambutnya.

Tangan Eichi menyentuh surai abu-abu itu.

"Lembut seperti kapas," ucapnya takjub dengan kilauan di matanya.

Eichi tidak sadar bahwa gadis di depannya sudah sangat salah tingkah hingga menutupi wajahnya sendiri dengan kedua tangannya.

Jika saja (Name) bisa berteriak, pasti semua orang akan tahu bahwa dia sedang sangat bahagia.

Gadis itu sangat bersyukur karena dia bertemu Eichi di masa-masa polosnya. Bayangkan saja hal ini terulang saat ia telah berusia lebih dari 17 tahun.

"Apakah aku boleh mengepangmu?" (Name) mengangkat alisnya, sedikit terkejut.

Ralat, sangat terkejut.

'Mama aku mau dikepangin anime!!!'

"Uhm! Tentu saja!" 

(Name) sedang berusaha keras untuk bersikap tenang sewajarnya.

Beberapa saat berlalu, gadis itu mengintip matahari yang semakin menampakkan dirinya.

"Sudah, ma-maafkan aku jika tidak terlalu bagus."

(Name) berbalik dan mencoba melihat hasil kepangannya. Semburat merah tipis muncul.

"Cantik."

"Benarkah? Syukurlah kau menyukainya!"

"Terima kasih Eichi-san!"

Percakapan berlangsung sangat lancar setelah itu. Berbicara tentang permainan, cuaca, dan hal-hal ringan khas lainnya di umur yang sesuai.

Dari sana (Name) tahu bahwa Eichi sudah berada di sana selama beberapa bulan.

Membayangkannya saja sudah memuakkan, bagaimana seorang anak menghabiskan waktunya di rumah sakit selama itu.

Bahkan anak laki-laki itu mengatakannya dengan senyuman yang terus terukir.

Gadis itu mengeluh ketika Eichi sudah bersiap untuk kembali ke dalam ruangannya.

'Baru juga lima menit.'

"Hari ini sangat menyenangkan, terima kasih da sampai jumpa (Name)-chan!"

'Akh! Lihat wajahnya saat melambaikan tangannya!'

"Iya! Sampai jumpa lagi Eichi-san!" Gadis itu balas melambaikan tangannya dengan semangat.

Ini juga sudah saatnya ia kembali ke ruangannya sendiri.

→•←•→←•→•←

"Loh, loh? Kakak kok sudah ada di sini sih?" (Name) menatap kaget Izumi yang sudah berada di kamar rumah sakitnya.

"Memangnya kau mau di sini terus, hah?"

"Kau duduk saja di sana kalau tidak mau membereskan barang-barangmu, mama papa akan datang setelah mengurus administrasi," ucap Izumi menunjuk kursi yang ada.

"Aku mau membereskan barangku sendiri—"

"Tidak boleh."

"Heeeh?"

(Name) memutar bola matanya malas dan duduk sesuai perintah Izumi.

Sembari menunggu, ia menyentuh bunga yang terselip di antara kepangan rambutnya. Bunga yang diletakkan Eichi sebelum ia kembali ke ruangannya.

'Kira-kira bunga apa, ya?'

"Rambutmu jelek," cetus Izumi.

"Jelek kata kakak? Ini bahkan lebih bagus dari kepanganku sendiri."

Izumi berhenti melakukan pekerjaannya dan menatap (Name) tajam.

"Tidak, tidak, tidak, bukan begitu—"

"Siapa yang merapikan rambutmu?"

'Tuhkan.'

"Temanku."

"Oh? Maksudmu anak pirang yang kau temui di bangku rumah sakit?"

"Eh? Kakak tahu darimana? Aku bahkan belum mengatakan apapun."

"Kau tidak cocok dengannya." Izumi melempar sebuah botol minum kearah (Name).

'Apa dia mau mengajak ribut?'

"Siapa juga yang tanya aku cocok dengannya atau tidak," balas (Name) yang meneguk air dalam botol minum itu.

Terkadang (Name) merasa mempunyai seorang kakak seperti Izumi Sena sangat menyebalkan. Tapi di sisi lain sedikit menyenangkan.

To be continued←

Kenapa sekolahan ga langsung libur aja si? Classmeet classmeet gajelas segala

Apa daya seorang npc ini 😔😔

As always, I hope y'all have a perfect day! 🤍

𝔸𝕣𝕦𝕟𝕚𝕜𝕒 | 𝐈𝐳𝐮𝐦𝐢 𝐒𝐞𝐧𝐚 𝐟𝐭.𝐥𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐬𝐢𝐬𝐭𝐞𝐫!𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Where stories live. Discover now