9. Tumbang Perisainya, Tumbang Rajanya

1.8K 265 39
                                    

Cie apdet lagi.

Rajin ya 😀

Btw ini udah pernah gue posting di twitter, jadi bahasanya baku.

~*~

Baekhyun memijat pundak suaminya yang terduduk lemas di kursi ruang tamu. Kepala lelaki tinggi itu terkulai di lengan kursi dengan mata memerah mengantuk karena dua hari dirinya tak tidur. Orang-orang datang silih berganti memberi dukungan, dari ba'da Maghrib hingga dini hari.

“Kamu tidur dulu malem ini, jangan keluar nemuin orang-orang. Tidur, istirahat, biar temen-temenmu yang layanin tamu.” Ujar Baekhyun, berikan usapan lembut di bahu suaminya.

“Gak enak akunya, Dek. Wong di rumah kok gak ditemuin.”

“Ya udah kamu ngungsi dulu ke rumah Bapak, tidur di sana. Lihaten matamu, merah begitu dua hari gak tidur, tiap siang sampe sore ke rumah-rumah warga. Nurut sama aku.”

Chanyeol mendesah pelan, menarik tangan Baekhyun, mengcup pergelangan tangannya dan memeluknya. Dia butuh ini, sedikit banyak rasa lelahnya lungsur.
Dan Chanyeol menyanggupinya, dirinya meninggalkan rumah dan mengistirahatkan diri di rumah mertuanya. Teman-teman dekat Chanyeol yang biasa datang memberitahu para tamu bahwa Chanyeol sedang berkunjung ke rumah teman di kecamatan. Baekhyun juga mengatakan demikian ketika menemani tamu-tamu itu.

“Papih kemana?” Tanya Sehun sambil melirik kakaknya yang sedang menyelesaikan tugas terakhirnya sebelum libur semester.

Dyo menoleh sekilas lalu menghendikkan bahu, “Katanya keluar, gak tau ke mana.” Balasnya.

Sehun mencebik lalu berbaring dan bergulung-gulung di atas tempat tidur, mengangkat bantal kecil yang baru dibeli Dyo dua bulan lalu kemudian dihirup aroma wanginya. Baru habis dicuci.

Sedang asik menciumi aroma wangi bantal bercampur wangi Dyo, kepala Sehun langsung menoleh ke arah Dyo kala suara batuk teramat keras dan terdengar amat menyakitkan itu keluar dari mulut kakaknya.

“Mamath kenapa?” Tanya Sehun, dirinya kelabakan dan segera turun dari tempat tidur.

Dengan masih terbatuk Dyo berusaha berbicara, “Mi-min-num!”

Tanpa banyak menunggu Sehun melesat keluar kamar mengambil air. Dyo masih terbatuk, dan makin lama suaranya makin terdengar menyakitkan. Ketika Sehun datang kembali ke kamar sambil membawa segelas besar air, kakaknya telah terduduk di lantai dengan darah menetes dari mulutnya, mengumpul dengan simbahan darah di bawahnya.

“MAMATH!”

Tubuh Sehun gemetar, gelas di tangannya berguncang hingga isinya tumpah berceceran. Dia taruh gelas ke atas meja kemudian duduk di depan kakaknya yang masih saja terbatuk dan mengeluarkan darah.

“Mamath kenapa? Apa yang thakit?” Tanya dia, matanya memerah sarat akan rasa takut.

Dyo menggeleng, tangannya yang gemetar menunjuk ke arah ruang tamu, meminta adiknya untuk memanggil Baekhyun atau siapapun yang ada di depan.

Sehun mengerti, dia bangkit lalu berlari. Namun belum sampai dirinya di depan pintu kamar, kakeknya lebih dulu datang dan menerabas masuk ke kamar, menangkap tubuh cucunya yang hampir tumbang.

“Abil, panggil Mamih.” Kata Minho, Sehun mengangguk dan kembali berlari.

Dyo ditidurkan di pangkuan Minho, air mata tumpah ruah, merasakan sesak menyerang dada.

“Se-sesek, Mbah—” bata Dyo susah payah.

Minho melepas kancing kemeja Dyo, melonggarkan semua belitan di tubuh cucunya sambil mengucapkan doa-doa.

Keluarga Pak Chanyeol | Chanbaek dan Kaisoo [Random Ideas]Where stories live. Discover now