Duapuluhsembilan

3.9K 362 15
                                    

Pagi ini dapur sudah sangat berisik berisikan dua orang yang sedang memasak didapur. Kompetisi ? Oh itu tentu saja tidak. Jaemin membantu Doyoung untuk menyiapkan makanan mereka. Terutama makanan Haechan.

"Kerja kan lo ? Mandi sana, gue gak mau Haechan punya suami bau" sinis Doyoung.

Entahlah menyindir atau bahkan mengatai Jaemin seperti ini bukan kesenangan dengan tujuan menyiksa. Tapi ini bentuk perhatian Doyoung terhadap adik iparnya.

"Oke" dengan lesu Jaemin beranjak kembali kekamarnya.

Dikamar suasana masih sama sepi, karena Haechan masih tidur. Sebenarnya sudah bangun tapi entah bagaimana mungkin ini bawaan bayi. Dirinya malas sekali bangun.

"Sayang" panggil Haechan melihat Jaemin menuju kamar mandi.

Jaemin berbalik dan menatap gemas Haechan yang matanya setengah terbuka dengan memeluk boneka.

Jaemin menghampiri Haechan. Memberikan kecupan singkat diseluruh wajah Haechan.

"Kenapa hm ? Mau apa ?".

"Maunya kamu gak kerja disini aja tiduran sama aku, terus kita kedokter nanti siang".

"Oke, aku cuti, tapi ijinin aku mandi dulu ya, badan aku udah bau".

"Mau ikut mandi" Haechan merentangkan tangannya memintanya untuk digendong.

Dengan sigap Jaemin menggendong Haechan menuju kamar mandi. Haechan sangat malas melepas pakaiannya sendiri. Jadi Jaemin lah yang membuka seluruh baju Haechan.

Jaemin meneguk salivanya melihat kulit tan mulus Haechan. Jaemin masih sangat mengagumi badan Haechan yang sangat pas. Walau dirinya sudah pernah melihatnya tapi rasa kagum masih sangat ada didiri Jaemin. Haechan adalah definisi manusia sempurna dihidup Jaemin.

Kini keduanya tengah berendam, Jaemin memeluk Haechan dari belakang. Dengan Haechan bersandar di dada bidang Jaemin. Memejamkan matanya merasakan air hangat yang kini tengah memanjakan kulitnya.

Jaemin perlahan mengelus perut Haechan, "anak papah lagi apa ? Hari ini jangan rewel ya, kemarin pinter loh gak rewel. Jagoan papah hebat".

Haechan tersenyum mendengar ucapan Jaemin. "Anak papah gak rewel kok, kan udah dikasih tau kakaknya kayaknya deh jadi gak rewel".

"Iya mungkin ya". Tangan Jaemin tak pernah berhenti mengelus perut Haechan.

Tangan kirinya secara naluri juga menyentuh bahkan mengelus paha Haechan yang terpampang jelas dihadapannya.

"Eengghh".

Jaemin mendengar leguhan Haechan tersenyum. Menggoda Haechan seperti ini adalah hobi baru Jaemin.

Tanpa Jaemin tau tangan kanan Haechan sudah berada di junior milik Jaemin. Dielusnya secara perlahan.

"Emhh, jangan dimainin sayang. Kasian".

"Kaka juga mainin paha aku".

Haechan membalikkan badannya kini duduk diatas pangkuan Jaemin. Tangan Jaemin dibawanya ke dada Haechan. Jaemin menuruti semua keinginan Haechan.

Diremasnya secara perlahan sesuai aturan yang Haechan tentukan. "Ahh.. hisap daddy...".

"Daddy ??".

"Ahh yahh.. daddy aah..".

Tanpa menunggu lama Jaemin menghisap puting Haechan yang sudah mengeras. Dijilat dan dihisapnya secara perlahan membuat hormon Haechan semakin naik.

Nafsu keduanya mulai bermain. "Ahhh janghnnnn gigithhhh ahh enakkhh daddyhhh aahhh".

Semesta (NAHYUCK)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora