Sembilanbelas

4.6K 414 33
                                    

Jaemin membuka pintu ruangan Haechan. Dia berjalan pelan takut langkah kakinya mengganggu tidur damai istrinya.

Jaemin duduk dipinggir menggenggam tangan mungil istrinya, "jangan berubah, jangan tinggalin saya, saya butuh kamu dihidup saya".

"Bukan butuh, saya mau kamu selalu ada disamping saya dikehidupan ini atau kehidupan nanti".

Jaemin meletakkan sepatu kecil milik anaknya. Ternyata tanpa sepengetahuan Jaemin. Haechan sudah mulai membeli sedikit barang untuk anaknya.

"Kaka taruh sepatu kecil milik adek disini ya, nanti tolong kalau udah bangun bicara sama kaka ya, jangan diemin kaka".

Jaemin berdiri, tapi dia menyenggol sepatu kecil itu dan terjatuh. Ada dua lembar kertas didalam sepatu.

Jaemin membukanya perlahan. Air matanya turun ketika membaca tulisan tangan cantik istrinya.

"Selamat datang didunia adek, papi udah beliin beberapa barang untuk adek nanti kalau sudah datang didunia. Adek tahu ini barang ke berapa ? Ini sepatu barang ke empat yang papi beli dek".

"Kenapa papi beli ini yang ke empat, yang pertama baju, baju itu buat lindungin adek dari dinginnya dunia nanti, dunia dingin dek kalau kita gak pandai buat ngatur suhu hihi, terus yang kedua papi belikan topi bulu lucu buat adek. Gunanya sama buat ngelindungin adek, biar kepala adek tetap dingin walau kepanasan".

"Terus yang ketiga papi belikan selimut, dek kalau malem kadang suka dingin papi gak mau adek kedinginan, papi juga gak mau adek sendiri, nah selimut ini buat temen adek nanti".

"Yang terakhir papi beli kemarij itu sepatu, sepatu itu buat adek biar nanti kalau kemana-mana adek bisa terjaga dari kotoran. Sepatu juga bisa lindungin kaki adek dari kedinginan sampai kepanasan. Semua yang papi belikan ada maknanya".

"Adek tahu gak ? Papi beli ini diem-diem hihi papi mau buat suprise papah nanti kalau adek udah berumur 5 bulan. Perlengkapan yang papi beli mau kasih unjuk ke papah kalau papi merasa bersyukur bisa menjadi ibu dan istri yang baik untuh papah".

"Adek percaya kan sama papi, percaya kan sayang kalau papi bisa jaga adek, papi sama papah bakal jaga adek sampai kapanpun, papi sayang adek, adek sehat-sehat ya".

Jaemin menangis terduduk meremas kedua kertas itu. Perasaanya kini semakin hancur. Haechan mempersiapkan suprise untuk dirinya dan menjaga anaknya seorang diri.

Sedangkan dirinya sibuk dengan pekerjaan dan memperdulikan anak orang lain dan orang lain.

"Papah gak pantes disebut papah nak, papah gagal jadi ayah dan suami".

Jaemin sangat tercekat sesak didadanya tidak bohong. Jika ada yang bertanya kapan titik terlemah Jaemin. Jawabannya sekarang. Dirinya telah gagal menjadi kepala keluarga. Dirinya gagal menjadi suami. Dirinya gagal menjadi ayah.

Tapi Jaemin lupa berdoa sama Tuhan. Untuk meminta takdir bekerja sama kali ini. Bekerja sama pada porosnya tidak berubah. Jaemin lupa dengan Tuhan.

Sepatu kecil itu kini dipeluknya erat. Diciumnya dielusnya. "Maaf nak maaf".

Haechan sudah terbangun dengan mendengar isak tangis Jaemin. Hati Haechan sama sakitnya. Tak masalah jika hanya dirinya yang disakiti bukan anaknya.

Haechan menangis dalam diamnya. Berusaha untuk tetap berpura-pura tertidur. Dia ingin Jaemin tahu jika dia berjuang sendiri selama ini untuk menjaga anaknya.

--

Setelah bangun, keadaan Haechan dan Jaemin sama berantakannya. Tapi mereka berpura-pura tegar. Untuk saling menunjukan diri mereka tidak lemah. Nyatanya mereka sangat rapuh.

Semesta (NAHYUCK)Where stories live. Discover now