Enambelas

5K 438 28
                                    

Jaemin kini duduk termenung didalam mobil, dipinggir jalan dengan pemandangan jembatan. Sunyi sepi. Pikirannya yang bercabang. Sesekali Jaemin memukul stirnya dan membenturkan kepalanya.

Ya Jaemin masih menangis karena cintanya dihianati. Dihianati oleh seorang perempuan yang dia bela dan dia bahagiakan selama dua tahun ini.

Tapi apa Jaemin merasa menyesal ? Tidak. Hati Jaemin merasa muak. Tapi pikirannya tetap sama.

"Kurang apa saya sama kamu Ju ? Dua tahun saya membahagiakan kamu. Dua tahun saya menemani kamu. Dua tahun saya tidak membiarkan air mata kamu jatuh. Dua tahun lelah saya pulang ke kamu".

"Tapi kamu kenapa begini sama saya Ju ? Apa saya kurang waktu untuk kamu ? Apa saya kurang memberikan perhatian untuk kamu ? Kasih sayang untuk kamu ?".

"Semuanya sudah saya lakukan sesuai porsi yang saya bisa Ju. Kamu saya jaga bagaikan berlian tapi kenapa kamu menyerahkan diri kamu kepada pria lain seperti emas Ju ?".

"Tuhan. Kenapa hati saya dan pikiran saya seperti ini. Saya muak tapi saya masih berani menyangkal semua ini. Apa ini salah saya yang tidak pandai menjaga berlian saya Tuhan ?".

Air matanya kini terus mengalir. Jaemin terus menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian Minju yang telah disentuh oleh lelaki lain.

Jaemin menetralkan sesak didadanya. Dirinya bernafas pelan. Mengusap air matanya. Dia kini berjalan entah tujuannya kemana.

Waktu sudah malam hampir tengah malam. Jaemin menghabiskan waktu ditempat tadi 5 jam.

Sepertinya Jaemin terlalu menyalahkan dirinya sendiri. Sampai lupa ada satu makhluk manis yang menantinya dirumah dengan khawatir.

"Selamat malam Tuan, tumben kesini jam segini ?".

Jaemin hanya tersenyum dan berlalu. Kini dia menaiki lift menuju lantai 15. Setelah sampai dilantai itu. Dia berjalan gontai, tenaganya sudah terkuras habis.

Dia menatap pintu yang sedang ditujunya pintu itu terbuka sedikit. Membuat siapa saja yang lewat dapat melihat setengah dari isi kamar itu.

Ada dua pasang kekasih yang sedang memasak dengan perempuan dipeluk dari belakang. Mereka bercanda dan tertawa. Seolah hari esok tidak akan ada lagi canda dan tawa.

Perempuan itu tertawa lebar, tawa itu seperti saat dirinya menerima barang mewah atau saat berbelanja.

Perempuan itu dicumbu dan kecup. Sungguh sangat romantis bukan.

"Sayang, udah ketemu Jaemin ?".

"Udah, tapi dia berubah deh".

"Berubah gimana ? Kamu gak berhasil dapet uang dia ?".

"Gak. Dia galak banget, sampe bentak aku kemarin".

"Udah dicuci kali otaknya sama istrinya".

"Mungkin, sayang maaf ya, aku belum ada uangnya".

"Iya gak papa sayang, aku yang nyari ya, buat bayi disini, sekarang giliran ayah yang cari ya sayang".

Laki-laki itu memeluk dan mengelus perut si perempuan.

"Terimakasih ayah".

"Sama-sama sayang".

"Kayaknya aku mau nyelakain dia deh"

"Nyelakain gimana hmm ?".

"Teror aja gak si ?".

"Boleh, tapi emang udah tau rumah barunya yang mana ?".

"Hihi belum sayang. Kamu cari tau ya".

"Oke sayang".

Setelah mendengar percakapan itu. Melihat dengan jelas bagaimana mereka berbicara dan berperilaku.

Semesta (NAHYUCK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang