REAL[YoonMin]✅

Jimin Cemburu ~ Part 2 (END)

"Padahal kalo kamu ngelakuin itu, setidaknya aku bisa lebih percaya kalo kamu emang ga ada hubungan sama sekali sama orang lain. Tapi kamu ga pernah dateng kan? Apa kamu pernah dateng ke aku setelah hari itu?!" Jimin terlihat berucap sedikit lantang, karena perasaannya rasanya sudah tidak bisa ia bendung lebih lama lagi.

Ia merindukan kekasihnya, namun saat yoongi sudah berada di depan matanya, ia masih belum bisa memeluknya. Yang ada justru perdebatan sengit diantara keduanya. Semengerikan inikah merindukan seseorang? Batin si manis.

Yoongi mengusak surainya kasar, tangannya sudah terkepal erat menahan diri untuk tidak berucap dengan nada tinggi lagi pada Jimin. Yoongi berjalan mendekati Jimin ,ia meraih tangan Jimin yang tengah mengubur wajahnya hingga terbuka. Namun yang ia lihat hanyalah wajah sembab itu lagi.

"Hah...Aku minta maaf, aku terlalu emosi. Aku akan pulang" yoongi menyeka pipi Jimin yang basah sebentar, kemudian ia mendekat dan mengecup kening Jimin lumayan lama.

"Biar aku yang pulang, aku ganggu waktu kamu sama sahabatmu." Yoongi melepaskan tangannya dari pipi Jimin, ia lalu mengangguk sekilas saat bertemu tatap dengan Jimin.

"Aku cuma minta satu hal. Jangan terlalu mabuk. Telfon aku kalo terjadi sesuatu"

"Aku pergi dulu, maaf udah bentak kamu tadi. Aku minta maaf..." yoongi mengakhiri kalimatnya, ia membalik tubuhnya dan berjalan perlahan meninggalkan Jimin dengan kepala yang tertunduk, yoongi merasa bersalah saat ini, hatinya juga rasanya sesak menampung rasa bersalahnya pada kekasihnya sendiri.

Daripada terus disini yoongi tahu ia hanya akan berdebat dengan Jimin, pengaruh tubuhnya yang lelah akan menimbulkan pengaturan emosinya yang semakin buruk. Yoongi merasa ia harus pulang dan menenangkan dirinya sendiri, begitu pula Jimin, jika memang ia harus melepas emosinya dengan bersenang-senang bersama sahabatnya, biarkan saja yoongi akan mengalah.

Jimin menatap punggung yoongi yang berjalan menjauh, ia berulang kali menyeka pipinya yang terus saja basah dengan air matanya, ia ingin menahan yoongi untuk tidak pergi, namun ia merasa ragu untuk melakukan itu.

Sebersit rasa tidak tega merangsek di dalam hati Jimin, ia tidak tega membiarkan yoongi yang sudah datang ke apartemennya setelah selesai kerja, namun tidak berhasil bertemu dengannya. Terlebih lagi si manis juga masih mempunyai beberapa hal yang ingin ia bicarakan dengan kekasih pucatnya itu.

"Kamu tau hari ini hari apa?" Ucapan Jimin membuat langkah yoongi terhenti. Yoongi menoleh meskipun kini wajahnya benar benar suram. Ia sudah lelah dan ingin pulang, terserah kemana saja yang penting ia tidak berdebat dengan Jimin.

"Hari apalagi?! Stop Jim! Aku mau kita berhenti berdebat soal ini!" Yoongi justru meninggikan suaranya, ia menatap Jimin yang kini terisak itu tanpa rasa kasihan. Karena wajahnya justru datar tidak bereskpresi.

Jimin menyeka air matanya sebentar, ia lantas merogoh sakunya dengan pundak yang bergetar, ia menghidupkan ponselnya. Lalu Jimin berjalan mendekat lantas memberikan ponselnya kepada yoongi, setelahnya Jimin menjauh dengan  menatap yoongi kecewa.

Yoongi menerima ponsel Jimin, ia melihat apa yang ingin Jimin tunjukkan padanya, yoongi mengerjap perlahan segera setelah ia membaca yang tertera di layar ponsel itu jelas, dadanya bergemuruh ia merasa bersalah sebesar besarnya, semua rasa lelah dan penat di tubuhnya mendadak hilang tergantikan rasa sesak di hatinya yang rasanya hampir meledak. Pandangan yoongi terus saja berbalik kedua arah, setelah ia menatap Jimin lantas kembali menatap ponsel kekasihnya.

Dilayar si manis tersemat pengingat hari penting miliknya yang ia atur di ponselnya sendiri. Jimin sudah lama memasang pengingat hari pentingnya seperti ini, sehingga setiap kali hari hari penting miliknya datang, ia tidak akan lupa karena semuanya akan muncul di ponselnya. Termasuk hari ini, hari yang seharusnya menjadi hari mereka.