: Filosofi Coto

134 40 14
                                    

gladiolamorly-

bantu saya menemukan typo!

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

Sudah semestinya ada pergerakan samar-samar dari warga Sengkang tentang aksi protes dana daerah yang terlalu jelas tidak merata. Paling tidak, beberapa lubang jalan ditutup semen dan pasir yang seminggu ke depan akan amblas digerus hujan, atau ditumbuk ban mobil angkot wasweswos yang sedang kejar target.

Hadyan melengos, begitu ban motor besar milik Jair pada bagian depannya, menabrak batu keras seukuran kepalan tangan. Lagi, setelah susah payah menggeluti medan terjal berbukit-bukit dalam lorong kecil rumah kos Nawa, ban motor belakangnya terjebak lubang.

Untung saja, panjang kakinya yang lebih mendominasi keseluruhan tubuh, sedikit membantu. Kawasan ini memang terkenal memiliki kondisi tanah yang berbukit-bukit. Dasarnya memang sudah tidak rata sejak sebelum menjadi pemukiman warga sipil dan mahasiswa-mahasiswa dari luar kota yang menginginkan tempat bernaung murah meriah. Disini memang banyak yang menawarkan rumah tinggal dengan fasilitas minim, sesuai harga.

Tapi, Hadyan selalu suka lorong ini. Terutama penghuninya yang sering terlihat di teras rumah menyesap minuman dalam cangkir bermotif wajah pesepakbola. Mereka murah senyum. Hadyan memastikan bahwa mereka tidak mengenalinya. Namun, senyum dari pria tua yang sepertinya menyimpan banyak rahasia-rahasia kotor politik kursi, selalu memberi kesan seperti sambutan hangat kawan lama. Hadyan balas tersenyum hangat. Mengacungkan jempol sekilas pada bapak-bapak paruh baya berpostur tegap walau kesuburan rambutnya tak lagi berporos pada pucuk kepalanya. Terlihat, saat ia menoleh kearah lain, bagian belakang kepalanya ditumbuhi rambut beruban. Dari perawakannya, dapat Hadyan tebak bahwa semasa muda ia adalah abdi negara.

Hadyan membelokkan motornya, masuk ke lorong kawasan ini, lebih dalam. Ia punya masalah penglihatan jarak jauh. Namun, matanya masih mampu menangkap siluet gadis kurus berambut sebahu digunting berlapis, radius sepuluh meter di depan sana. Tak perlu ragu untuk menebak, itu Nawa. Lalu ia tak perlu berlama-lama lagi menunggu seperti orang bodoh untuk membiarkan gadis itu yang menghampirinya.

"Selamat sore, Hadyan. Kamu lapar nggak? Aku baru aja beli mie instan di warung. Kamu parkir di depan sa-eh? Motor baru?"

Hadyan menggeleng. "Bukan, dik. Ini motornya Jair."

"Abjair? Kawanmu yang katanya dokter anjing?"

Hadyan menyentil jidat Nawa dalam skala yang amat sangat pelan. "Dokter hewan, dik. Memang untuk beberapa kasus, hewan yang ia tangani adalah anjing. Tapi ia lebih sering berhadapan dengan kucing. Dia kembali dari Bone siang ini."

Nawa menggangguk mendengar penjelasan Hadyan dan berlari-lari kecil membukakan pagar untuk Hadyan. "Kamu parkirnya hati-hati, dik. Jangan nabrak pot bunga yang gede itu, ya! Aku masuk dulu, mau ngambil sesuatu."

Sengkang | Haechan NCTWhere stories live. Discover now