: Kamu ini kenapa, Jos?

120 45 14
                                    

gladiolamorly-

bantu saya menemukan typo!
.

bantu saya menemukan typo!

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

.

Hadyan mendapati pintu baja bengkel Josi penuh tempelan brosur penyedot kloset dan obat pembangkit gairah, alih-alih mendapati pria itu mengecer bahan bakar minyak seperti ratusan pagi sebelum ini. Lalu ternyata, dari belakang punggungnya, muncul Abjair yang sepertinya baru saja selesai menyodorkan uang sepuluh ribu pada tukang becak motor, dengan mata memerah.

"Motorku."

Hadyan menyodorkan kunci dengan gantungan berlogo partai yang menandakan kepihakan Abjair pada golongan besar yang menolak lengser. Pun, ia juga memihak pada politikus yang begitu Hadyan benci cara pikirnya, Andi Rawallangi. Ayahnya sendiri. Abjar menerima kunci motornya dengan senang hati, sebelum ia menjawab tatapan Hadyan yang dapat terbaca, di mata merahnya.

"Saya tidak bisa tidur dan tidak mau tidur. Makanya merah ini mata." Abjair menyunggingkan senyum kecut, menepuk-nepuk singkat bahu Hadyan.

"Kutemani kau cari motor kah? Ada punyanya temanku, second. Spesifikasi gahar, diatasnya motorku. Tapi kurasa kau mau yang baru. But by the way, lengkap surat-suratnya."

Mendengar cerocosan Abjair yang terdengar seperti kalimat persuasif sales regulator gas kejar target, Hadyan justru gencar meradar segala sudut muka bengkel. "Mana Josi?"

Abjair mengedikkan bahu. "Masih tidur mungkin."

Hadyan sekilas menggeleng, lalu menunjukkan gestur mengangguk yang amat ganjil. Ia memberi respon demikian, karena dua alasan. Yang pertama, karena dia tidak sepenuhnya yakin dengan perkataan abu-abu Abjair. Yang kedua, dia sendiri tak tahu bagaimana benarnya.

Tapi, Hadyan pikir, itu tetap logis. Mengingat, Josi memang jarang tidur tepat waktu. Atau bahkan, nyaris tidak pernah. Sedikitnya, tiga tahun ia pura-pura tidak mengantuk lalu akhirnya keterusan tidak punya rasa kantuk yang semestinya. Josi memiliki riwayat insomnia ekstrim yang membuatnya terlalu akrab dengan nyamuk-nyamuk malaria di malam hari dan kerap kali ditemukan terkapar di atas meja kerjanya dengan bengkel yang lupa ditutup. Tapi hari ini, tidak demikian. Bengkelnya ditutup, dan Josi tidak mengatakan apapun di grup chat.

"Kasusnya sama seperti kau waktu hilang mendadak, Jair."

Jair mengikuti Hadyan, duduk di atas tembok rendah, menyamping di sisi pintu bengkel. Lelaki itu mengusap matanya berkali-kali dengan punggung tangan, lalu menyugar rambutnya ke belakang.

"Itu saya tetap mengabari kalau saya ada urusan."

Lama mereka duduk menatap bengkel tertutup yang tidak dipastikan apakah pemiliknya ada di dalam sana atau pergi ke tempat yang tidak ingin siapapun ketahui itu. Jair terdiam, menerka kemana kemungkinan Josi pergi sepagi ini, dan timbul spekulasi bahwa lelaki berdarah Makassar itu pasti sedang melakukan peradaptasian pemuda Sengkang di pagi hari setelah kurang dari satu dekade ia pindah ke kota kecil ini. "Sepertinya saya tahu dia kemana."

SengkangWo Geschichten leben. Entdecke jetzt