Prolog

7 1 0
                                    

Baru beberapa langkah memasuki club malam badan Rhiza sudah gemetar. Sekuat tenaga dia berusaha menguasai diri. Namun tiba-tiba saja dia kebelet ingin buang air kecil. Sudah menjadi kebiasaan rhiza  bila takut, akan kebelet ke kamar mandi.

Karena takut dan tidak tau dimana letak kamar mandinya rhiza berusaha memanggil Peni yang ada di depannya

"Pen... " Panggil nya dengan suara lirih dan gemetar

Karena suara yang bising membuat peni orang yang di panggil Rhiza tidak mendengarnya. Peni teman sekaligus sahabat satu-satunya Rhiza

Peni tidak tahu bahwa sahabatnya itu memiliki phobia terhadap keramaian, setahu dia Rhiza itu hanya seorang yang polos, pendiam dan juga antisosial.

Dia juga baru kenal sekitar 1 tahun, namun dengan sikap nya yang agak pecicilan dan bawel itu, membuatnua sangat nyaman berdekatan dengan Rhiza yang notabenenya pendiam.

"Pen... " Panggil Rhiza yang kedua kalinya

Lagi lagi yang dipanggil malah sibuk mencari sang pacar yang katanya mabuk berat.

Karena jengah Rhiza pun menepuk pundak peni dengan keras, dan berhasil peni akhirnya menoleh ke arah Rhiza. Tapi karena pencahayaan yang remang-remang peni tidak bisa melihat begitu jelas Rhiza yang gemetaran.

"Apaan sih za ?" Tanyanya dengan setengah berteriak

"Peni iza kebelet pipis" Balasnya dengan berteriak namun suaranya genetar

"Ya tinggal ke kamar mandi iza" Jawabnya

"Iya iza juga tau, tapi iza takut" Jawabnya dengan suara parau

"Hah?? lo ngomong apaan sih za? Teriaknya

" Aku takut peni" Dengan suara parau dan gemetar dia sudah tidak bisa berteriak lagi.

"Hah apaan sih, lo nanya toilet dimana kali ya. Tuh toilet sebelah sana... "

Tunjuknya kearah pojok sebelah kanan. Peni memang sudah hafal karena sering ke club tentunya untuk menjemput sang pacar tercinta.

"Tapi maaf ya gue gak bisa nganterin lo. Gue harus nyari Ryan takutnya kenapa-kenapa. " Lanjut peni

"Iyaa deh iya" Jawabnya pasrah

Dengan berat hati rhiza pun melangkahkan kakinya yang gemetar menuju tempat yang tadi ditunjukkan oleh sahabatnya. Rhiza berjalan dengan tangan di kedua telinganya gunu meredam suara bising yang terdengar sangat keras. Selain itu dia juga berusaha melihat ke depan tanpa menghiraukan sekitarnya.

Setelah melewati perjalanan yang menurutnya panjang, akhirnya terlihatlah pintu yang berwarna coklat dengan tulisan toilet wanita lalu dengan hati-hati tangan Rhiza memegang gagang pintu berwarna emas itu lalu dibukanya perlahan. Tak menunggu waktu lama dia pun masuk.

Dengan napas yang tersenggal dan badan yang masih gemetar Rhiza mencoba menenangkan diri terlebih dahulu.

Badan yang tadinya gemetar juga sudah berangsur-angsur baik. Rhiza mulai masuk ke bilik toilet yang pertama.

Suasana di toilet sangat sepi dengan pencahayaan remang memberi kesan seram. Jadi mungkin tidak ada yang berani berlama-lama di sini. Tapi tidak bagi Rhiza karena hal yang menakutkan malah ketika banyak orang

Setelah selesai dengan urusannya dia memutuskan untuk mencuci tangan dan berencana untuk diam sebentar menenangkan diri lagi sebelum menghadapi kebisingan di luar.

"Uhh lega banget, badan juga udah gak terlalu gemetar" Gumamnya pada diri sendiri

Setelah di rasa cukup lama Rhiza memutuskan untuk keluar. Ditambah Rhiza juga takut sahabat nya meninggalkan di

Bruk

Bruk

Namun baru saja mau melangkahkan kaki nya tiba tiba terdengar suara pintu yang dibuka dan di tutup dengan keras. Membuat rhiza langsung mengalihkan tatapannya kepintu tersebut

Dan terlihat lah sosok pemuda yang sangat tampan dengan tinggi diatas rata-rata. Membuat dia tak bisa mengalihkan tatapannya dari pemuda tersebut barang sedetik pun.

Tak berbeda dengan rhiza, Axe  juga sama terpesona dengan paras perempuan yang sangat imut dengan badan yang mungil.

Dengan langkah sempoyongan pemuda itu menghampiri perempuan imut itu

Setelah sampai di hadapan Rhiza. Pemuda yang ternyata bernama Axe itu mendorong Rhiza dengan satu tangan sampai menubruk dinding di belakangnya. Lalu Axe mengungkung Rhiza dengan kedua tangan nya.

Tanpa aba-aba terlebih dahulu satu tangannya membelai rambut Rhiza, lalu turun ke pipi dan berakhir di bibir nya. Membuat si empu sangat terkejut dan badannya kembali gemetar. Namun tak dihiraukan oleh Axe. Mata mereka beradu pandang tak ada kata yang terucap dari keduanya. Hanya keheningan diantaranya.

Dalam jarak yang begitu dekat, tak ayal Rhiza mencium bau yang sangat menyengat di indra penciumannya. Seperti bau pertama kali dia menginjakkan kaki ke club ini. Namun dia masih tidak tau bau apa itu. Mungkin nanti dia harus menanyakan ke peni. Rhiza terus bergulat dengan pemikiran dan ketakutannya sedangkan Axe dia mengamati dan menyeringai melihat mangsanya ini begitu ketakutan dan bertanya-tanya

Cup

Detak jantungnya seakan berhenti, napasnya tersenggal-sengal, dan kepala yang mendadak pusing. Belum selesai dengan keterkejutan nya yang tadi rhiza dibuat terkejut lagi dengan sesuatu  lembut dan dingin yang mendarat di bibir nya entah apa yang pemuda di depannya ini lakukan.

Apalagi Axe melumat bibirnya dengan sangat agresif juga menggigit bibir nya sedikit tanpa bisa dicegah lidah pemuda itu menerobos masuk. Sebelum mencerna apa yang terjadi tiba-tiba bayangan keriuhan yang terjadi di club berputar di otaknya mengakibatkan badan yang sudah gemetar bertambah gemetar, lalu nafasnya tambah tersenggal dan jangan lupakan kepalanya tiba-tiba pusing bahkan pemuda yang sedang melumatnya itu juga seakan berputar.

Di tengah kesadarannya dia merasakan tangan Axe merayap memegang payudaranya sedikit meremasnya dengan tangan yang satunya memegang pinggang rhiza seraya merapatkan tubuh keduanya.

"Ahh... Ahh" Desah rhiza dikala ada sesuatu yang keras sedang di gesekkan ke vagina yang masih dibalut celana jean selutut, lumatan di bibir nya pun makin dalam dan intens, dengan tangan yang makin keras meremas payudaranya.

"Eung... " Disusul erangan Axe di depannya

Dengan sisa kesadarannya kedua tangan rhiza dianggat dengan perlahan dan berusaha untuk menyadarkan Axe, yang satu dipakai untuk menarik baju dan yang satunya lagi dipakai untuk menepuk pundak Axe.

Axe yang merasakan baju nya ditarik dan pundak nya di tepuk pun tersadar segera melepaskan ciuman. Tangan yang semula meremas payudara rhiza pun ditarik.

Kesadarannya makin menipis bahkan penglihatannya jadi berkunang-kunang.

Bruk

Tubuh mungil rhiza jatuh ke pelukan Axe dalam keadaan pingsan. Axe yang melihat itu pun seketika panik tanpa babibu dia berlari keluar dengan rhiza yang berada di gendongannya.

~~~

See youu next chapter

Jangan lupa vote Dan komen ya guys

Salam hangat

Isyup


Beautiful ShadowWhere stories live. Discover now